Bruksisme atau bruxism sering dihubung-hubungkan dengan stres psikologis dan diagnosisnya memerlukan alat diagnostik terstandar. Bruksisme merupakan hiperaktivitas parafungsional otot mastikator, berupa gerakan repetitif yang dikenal sebagai Repetitive Masticatory Muscle Activity (RMMA) dan berlangsung secara tidak disadari. Bruksisme dapat berupa grinding (menggertakan gigi), gnashing (mengerot), bracing (menguatkan rahang), atau clenching (mengatupkan rahang dengan keras).[1-5]
Tanda klinis yang sering ditemui pada pasien berupa keausan gigi secara tidak normal, fraktur gigi, fraktur akar, gigi goyang, nyeri, hipertrofi otot wajah, disfungsi gerakan membuka mulut saat bangun tidur, sakit kepala terutama di area otot temporal, serta gangguan temporomandibular (TMD). Selain menyebabkan masalah pada rongga mulut, kondisi ini juga berdampak pada kualitas hidup, kualitas tidur, serta kondisi mental seseorang.[1,5-8]
(Konten ini khusus untuk dokter. Registrasi untuk baca selengkapnya)