Intrauterine device (IUD) dapat dipasang dini setelah persalinan ataupun ditunda. IUD merupakan metode kontrasepsi yang sering direkomendasikan bagi wanita pascapersalinan karena efikasinya yang tinggi dalam mencegah kehamilan.[1]
Pada periode postpartum, penundaan pemasangan kontrasepsi sering ditemukan. Padahal, pemasangan kontrasepsi setelah melahirkan dapat membantu memanjangkan interval antar kehamilan yang bermanfaat dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan dengan menggunakan kontrasepsi akan membantu menghindari beban finansial, psikologi, dan kesehatan yang tidak perlu.[2]
Interval antar kehamilan yang lebih panjang juga dapat menurunkan risiko komplikasi maternal, termasuk kematian, perdarahan postpartum, endometritis puerperal, dan anemia. Panduan WHO merekomendasikan jarak kehamilan setidaknya 24 bulan dengan tujuan menurunkan luaran buruk maternal dan kesehatan bayi.[2]
Pembagian Waktu Pemasangan Intrauterine Device (IUD)
Pemasangan intrauterine device (IUD) dapat dilakukan pascapersalinan baik pada pasien yang menjalani persalinan spontan maupun sectio caesarea, juga pada pasien yang menyusui ataupun tidak menyusui. Berdasarkan panduan WHO, waktu pemasangan IUD pascapersalinan terbagi menjadi 4 kelompok yaitu:
- Insersi dini pascaplasenta, yaitu dilakukan dalam waktu 10 menit pasca ekspulsi plasenta
- Insersi segera pascapersalinan, yaitu dilakukan dalam waktu lebih dari 10 menit sampai 48 jam pascapersalinan
- Insersi tunda pascapersalinan, yaitu dilakukan dalam waktu lebih dari 48 jam sampai 4 minggu pascapersalinan
- Insersi interval pascapersalinan, yaitu dilakukan dalam waktu lebih dari 4 minggu pascapersalinan[2–4,17]
Efikasi Intrauterine Device (IUD) Dini vs Waktu Lainnya
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan bahwa insersi kontrasepsi jangka panjang reversibel, baik implan maupun intrauterine device (IUD), efektif dalam menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan. Selain itu, kontrasepsi jangka panjang juga memiliki angka compliance yang baik dibandingkan kontrasepsi jangka pendek misalnya kontrasepsi pil.[5–11]
Tinjauan sistematik Cochrane oleh Lopez et al mencoba menilai luaran dari insersi IUD dini jika dibandingkan dengan insersi pada waktu lainnya dengan melibatkan 15 uji klinis. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam hal angka insersi IUD (insertion rates), walaupun sebuah uji klinis di Uganda menunjukkan bahwa angka insersi IUD lebih tinggi untuk pemasangan dini.
Hasil lain dari tinjauan ini adalah kejadian ekspulsi saat pemantauan 6 bulan lebih banyak ditemukan pada insersi IUD dini dibandingkan waktu pemasangan lain. Lopez et al berpendapat bahwa keuntungan dari pemasangan IUD dini setelah persalinan melebihi kerugian yang berupa peningkatan risiko ekspulsi.[2,17]
Studi lain menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna angka kehamilan antara kelompok insersi dini pascaplasenta dibandingkan insersi interval dan insersi segera pascapersalinan, baik pada 8 minggu, 6 bulan, dan 1 tahun pascainsersi. Angka kehamilan ditemukan sebesar 2 dari 84 wanita dengan insersi IUD dini pasca plasenta, dibandingkan 2 dari 43 wanita pada insersi segera dan 4 dari 130 wanita pada insersi interval.[12]
Kontraindikasi dari insersi dini IUD adalah pada infeksi intrauterine saat persalinan, perdarahan postpartum, dan puerperal sepsis.[13]
Komplikasi Insersi Intrauterine Device (IUD) Dini vs Waktu Lainnya
Pada studi yang dilakukan oleh Eroglu et al. di Turki pada 268 wanita, ditemukan bahwa insersi segera pascapersalinan memiliki angka komplikasi paling tinggi dengan angka kejadian 50% pada follow up 8 minggu dan 29,2% pada 6 bulan pascainsersi.
Sementara itu, untuk insersi dini pascaplasenta, angka komplikasi 8 minggu ditemukan sebesar 28% dan pada 6 bulan ditemukan sebesar 8,2%. Untuk insersi interval pascapersalinan, komplikasi ditemukan sebesar 10,9% pada 8 minggu dan 9,2% pada 6 bulan. Pada studi ini, komplikasi yang diteliti mencakup kehamilan, ekspulsi, perforasi uterus, infeksi saluran reproduksi, dan perdarahan.[12,18]
Angka ekspulsi lengkap pada 1 tahun pertama lebih tinggi pada insersi segera pascapersalinan yaitu 18,6%. Sementara pada insersi dini pascaplasenta sebesar 14,3% dan insersi interval pascapersalinan sebesar 3,8%.
Angka ekspulsi parsial juga lebih tinggi pada insersi segera pascapersalinan, yaitu sebesar 51,2%. Angka ekspulsi parsial pada insersi dini pascaplasenta dilaporkan sebesar 22,6% dan pada insersi interval sebesar 3,1%.[12]
Akan tetapi, peneliti menyebutkan bahwa belum bisa diketahui pasti apakah ekspulsi berhubungan hanya dengan waktu insersi ataukah dipengaruhi juga oleh faktor jenis IUD yang digunakan, teknik insersi, paritas, dan tingkat keterampilan dokter yang melakukan tindakan.[12]
Beberapa studi lain juga tidak menemukan perbedaan bermakna terkait komplikasi perforasi uterus, perdarahan masif, infeksi saluran reproduksi, dan hilangnya benang tanpa dislokasi IUD.
Akan tetapi, dilaporkan bahwa ibu yang menyusui berisiko lebih tinggi mengalami perforasi. Copper IUD juga dilaporkan meningkatkan kejadian menorrhagia setelah persalinan sectio caesarea (6,6%). Nyeri akibat penggunaan IUD tembaga dilaporkan sebesar 1,0–2,1%.[12,14–18]
Kesulitan dan Kelebihan Insersi Intrauterine Device Dini
Kesulitan pemasangan intrauterine device (IUD) dini pascaplasenta umumnya disebabkan oleh kontraksi kuat uterus, sehingga kanal serviks menyempit.[3]
Wanita yang menunda pemasangan IUD bisa mengalami kehamilan sebelum sempat melakukan pemasangan, atau bahkan bisa sama sekali tidak kembali ke dokter untuk pemasangan IUD karena sibuk mengurus neonatusnya.
Terdapat studi yang menunjukkan bahwa 95% pasien yang menyatakan berniat memasang IUD secara dini benar–benar melakukan pemasangan IUD tersebut. Sedangkan, hanya 45% dari pasien yang berniat memasang IUD tunda pada akhirnya benar–benar melakukan pemasangan tersebut.[2]
Pemasangan IUD segera setelah melahirkan juga dapat menghindarkan ibu dari rasa tidak nyaman yang timbul karena pemasangan IUD di waktu standar. Selain itu, perdarahan dari pemasangan IUD akan tersamarkan oleh adanya lochia. IUD yang dipasang dini juga relatif lebih aman, karena wanita sudah pasti diketahui sedang tidak hamil dan memiliki motivasi pemasangan kontrasepsi yang lebih tinggi.[2]
Kesimpulan
Studi yang ada menunjukkan bahwa insersi intrauterine device (IUD) dini pascaplasenta memiliki efikasi yang serupa dalam mencegah kehamilan jika dibandingkan pemasangan pada waktu lainnya. Walaupun pemasangan IUD dini berkaitan dengan tingkat ekspulsi yang lebih tinggi, keuntungan dari tindakan ini melebihi kekurangan berupa risiko peningkatan ekspulsi tersebut.
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli