Teknik mencegah hipotermia pada neonatus perlu diketahui oleh dokter karena kondisi ini dapat menyebabkan berbagai morbiditas dan mortalitas pada neonatus. Hipotermia pada neonatus adalah penurunan suhu badan secara progresif, yaitu suhu aksila terukur <36,5°C. Hipotermia diklasifikasikan menjadi hipotermia ringan dengan suhu 36–36,4°C, hipotermia sedang 32–35,9°C, dan hipotermia berat <32°C.[1,2]
Neonatus mudah kehilangan panas tubuhnya karena rasio permukaan tubuh terhadap massa tubuhnya tinggi. Selain itu, jaringan lemak subkutan neonatus juga masih sedikit, kulitnya masih imatur, dan kadar air dalam tubuhnya tinggi. Mekanisme metabolik pada neonatus juga belum sempurna, terutama pada bayi prematur. Kondisi hipotermia akan meningkatkan risiko hipoglikemia, distress respirasi, ikterus, dan asidosis metabolik.[1]
Bermacam Teknik Pencegahan Hipotermia pada Neonatus
Selain teknik standar seperti mengeringkan dan membungkus bayi dengan selimut, teknik lain untuk mencegah hipotermia adalah pengaturan suhu ruang perawatan, resusitasi pada penghangat (warmer), penggunaan plastik polyethylene, penggunaan matras hangat, penggunaan penutup kepala, dan kontak kulit dengan kulit. Pemilihan teknik dipertimbangkan berdasarkan sumber daya yang ada dan kondisi neonatus.[3]
Teknik menghangatkan bayi dengan perawatan metode kanguru (PMK) terbukti efektif mengatasi hipotermia pada neonatus. Metode kanguru menggunakan kontak kulit dengan kulit, biasanya antara bayi dan ibu. Rerata waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu normal pada neonatus yang mengalami hipotermia adalah 1–2 jam dengan PMK. Teknik ini mudah dilakukan di mana pun dan tidak berefek samping.[4,5]
Efektivitas Teknik-Teknik Pencegahan Hipotermia pada Neonatus
Meta analisis terhadap 32 studi dengan total 3.568 neonatus prematur membuktikan bahwa bila dibandingkan dengan perawatan standar (mengeringkan dan melapisi bayi dengan selimut hangat, dengan atau tanpa topi kain), penggunaan intervensi lain dapat meningkatkan temperatur core dengan lebih baik.[8]
Intervensi lain yang dimaksud adalah pembungkus plastik yang disertai matras termal, pembungkus plastik disertai penghangat udara, pembungkus plastik disertai topi plastik, pembungkus plastik saja, atau matras termal saja.[8]
Hasil meta analisis tersebut menunjukkan bahwa pembungkus plastik yang disertai matras termal bisa menurunkan risiko hipotermia secara paling baik dan menurunkan mortalitas. Namun, metode ini mungkin meningkatkan risiko hipertermia.[8]
Pembungkus plastik disertai penghangat udara bisa mengurangi risiko cedera otak berat akibat hipotermia secara lebih baik daripada perawatan standar. Pembungkus plastik disertai topi plastik dapat menurunkan mortalitas secara lebih baik daripada pembungkus plastik saja atau perawatan standar saja.[8]
Meta analisis lain yang melibatkan 25 studi terhadap bayi prematur atau bayi dengan berat badan <2.500 gram menganalisis bayi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok yang menggunakan pelindung diri, kelompok yang menggunakan penghangat (warmer, kontak kulit dengan kulit), dan kelompok yang mendapatkan keduanya.[9]
Penggunaan pelindung diri seperti plastik terbukti menurunkan kejadian hipotermia dibandingkan dengan perawatan standar, begitu juga dengan penggunaan penghangat. Kombinasi keduanya dapat memberikan luaran yang lebih baik tanpa memberikan efek samping yang signifikan seperti hipertermia.[9]
Pencegahan Hipotermia pada Kasus Bedah Neonatus
Pada kasus bedah, pencegahan hipotermia pada neonatus dapat dilakukan dengan beberapa cara saat persiapan, transportasi, dan selama operasi. Cairan infus atau darah yang diberikan pada neonatus sebaiknya dihangatkan terlebih dahulu (37°C).[6]
Bagian-bagian tubuh neonatus ditutup agar hangat, baik kepala, tangan, kaki, maupun abdomen. Pada saat transportasi bayi, gunakan inkubator transpor (suhu inkubator 32°C) dan atur suhu ruang operasi dengan rerata suhu 25,7°C.[6]
Pencegahan hipotermia di ruang rawat intensif neonatus (NICU) di Amerika Serikat untuk neonatus dengan berat badan 1.000-1.500 gram dilakukan dengan menggunakan topi yang dilapisi polyurethane. Sementara itu, pada neonatus dengan berat <1.000 gram, selain pemakaian topi yang dilapisi polyurethane, bayi juga diberikan plastik polyurethane dan matras khusus yang menghangatkan. Dengan upaya tersebut, hipotermia khususnya pada bayi prematur menurun secara signifikan.[7]
Kesimpulan
Hipotermia rentan terjadi pada neonatus (terutama yang prematur) karena neonatus mudah kehilangan panas tubuhnya. Hipotermia dapat meningkatkan risiko hipoglikemia, cedera otak, distress respirasi, ikterus, dan asidosis metabolik.
Selain perawatan standar berupa pengeringan dan pembungkusan neonatus dengan selimut, intervensi dengan pembungkus plastik disertai matras termal, pembungkus plastik disertai udara yang dihangatkan, atau pembungkus plastik disertai topi plastik dapat meningkatkan temperatur core neonatus. Metode-metode ini dapat mengurangi risiko hipotermia dan mortalitas.
Pada kasus bedah, intervensi untuk mencegah hipotermia neonatus harus dilakukan saat persiapan, transportasi, maupun selama durasi operasi. Cairan infus atau darah yang hendak diberikan kepada neonatus dihangatkan terlebih dahulu. Bagian-bagian tubuh neonatus ditutup agar hangat dan neonatus ditransportasi dalam inkubator. Suhu ruang operasi juga diatur agar hangat.