Deteksi dan Tata Laksana Awal Hiponatremia Akibat Olahraga

Oleh :
dr. Queen Sugih Ariyani

Deteksi dan tata laksana awal yang tepat terhadap hiponatremia akibat olahraga (exercise-associated hyponatremia) dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas kasus ini. Dokter perlu memahami cara membedakan hiponatremia akibat olahraga dari diagnosis lain seperti dehidrasi dan heat stroke karena meskipun memiliki gejala yang mirip, kasus-kasus ini membutuhkan tata laksana yang sangat berbeda.

Hiponatremia yang terjadi akibat olahraga disebut juga sebagai exercise-associated hyponatremia (EAH). Kondisi ini didefinisikan sebagai konsentrasi natrium serum yang berada di bawah nilai rujukan (135 mmol/L) dan yang terjadi saat aktivitas fisik sedang berlangsung atau dalam waktu 24 jam setelah aktivitas fisik. EAH dapat bersifat simptomatik maupun asimptomatik. Pada kondisi yang berat, EAH dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa perubahan status mental seperti delirium, kejang, dan koma akibat edema serebri.[1,2]

Aktivitas fisik yang sering menimbulkan EAH adalah olahraga dengan intensitas sedang hingga berat yang menguji ketahanan (endurance) seperti lari marathon (42.2 km), triathlon (3.8 km berenang, 180 km bersepeda, dan 42.2 km lari), dan ultramarathon (100 km). Namun, EAH juga dapat ditemukan pada individu yang melakukan hiking, backpacking, atau bersepeda untuk kebutuhan rekreasional.[1,2]

Referensi