Hecting V Konservatif: Tata Laksana Laserasi Lidah

Oleh :
dr. Alicia Pricelda

Belum ada konsensus dan pedoman baku mengenai tata laksana yang optimal untuk kasus laserasi lidah. Beberapa ahli lebih menyukai melakukan penjahitan karena dianggap menghasilkan lama perawatan lebih singkat, kemungkinan infeksi lebih kecil, dan keyakinan adanya hasil fungsional yang lebih baik. Meski begitu, saat ini terapi konservatif lebih disukai karena dianggap akan memberi luaran yang serupa.[1-3]

Tujuan utama dari penanganan laserasi lidah adalah untuk menutup luka dengan adekuat, menghentikan perdarahan, meminimalisir komplikasi, menjaga mobilitas lidah, dan mengoptimalkan fungsi artikulasi. Penatalaksanaan pada kasus laserasi lidah yang parah umumnya perlu dilakukan dalam 8 jam dari timbulnya cedera karena penundaan lebih dari 24 jam dikaitkan dengan luaran lebih buruk.[4,5]

Laserasi Lidah

Secara umum, perlu dilakukan pemeriksaan untuk menentukan laserasi lidah seperti apa yang masih mendapat manfaat lebih besar dari penjahitan. Penilaian klinis dokter bersamaan dengan persetujuan pasien dan pertimbangan potensi risiko perlu digunakan untuk memutuskan apakah laserasi pada lidah membutuhkan penjahitan atau tidak.[1-3]

Penjahitan pada Laserasi Lidah

Salah satu tata laksana yang dapat dilakukan pada laserasi lidah adalah penjahitan. Penjahitan memiliki beberapa keuntungan, seperti kekuatan dan ketahanan yang tinggi.[6]

Teknik jahitan yang dipilih untuk digunakan harus menutup lesi dengan sempurna, serta bidang otot perlu ditutup dengan benang yang dapat diserap. Pasca perbaikan bedah dengan penjahitan, pasien perlu menjalani diet cair, menjaga kebersihan mulut, dan melakukan mobilitas dini. Latihan peregangan dapat dilakukan untuk meningkatkan luaran fungsional.[5,7]

Indikasi Penjahitan Laserasi Lidah

Perlunya penjahitan pada laserasi lidah bergantung pada besar laserasi dan jarak atau gap pada lidah yang ditimbulkan akibat laserasi tersebut. Pemeriksaan dilakukan pada saat lidah berada di dalam mulut pada posisi istirahat, bukan saat posisi dijulurkan dari mulut.[1,4]

Laserasi Kompleks:

Laserasi kompleks yang membutuhkan penjahitan adalah:

  • Laserasi yang menimbulkan flap yang besar
  • Perdarahan yang aktif
  • Terdapat luka yang membagi lidah menjadi dua atau full-thickness injury

  • Laserasi yang berbentu U atau U-shaped lacerations

  • Cedera avulsi amputasi
  • Cedera yang terjadi terus menerus pada lidah yang memerlukan perbaikan[1,4]

Full-thickness injury khususnya, membutuhkan perbaikan yang berlapis, termasuk pada lapisan otot, mukosa ventral, dan mukosa dorsal. Terlepas dari kontroversi, laserasi lidah yang dalam seperti pada kasus full-thickess injury harus dijahit berlapis, dengan benang yang dapat diserap, dan dilakukan sebelum terjadinya edema pada lidah.[5,7]

Indikasi Menurut Zurich Tongue Scheme:

Menurut Zurich Tongue Scheme (ZTS) laserasi membutuhkan jahitan apabila:

  • Letak laserasi berada pada ujung lidah
  • Panjang laserasi lebih panjang dari 2 cm dan terletak pada dorsum lidah, yang apabila tidak dilakukan penjahitan pada laserasi ini dapat mengakibatkan hasil kosmetik yang tidak memuaskan pada ujung lidah atau penyembuhan yang lama[3]

Penjahitan Tertunda:

Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah keberadaan infeksi. Luka baru yang tidak terinfeksi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan penjahitan, namun luka yang terinfeksi dapat disembuhkan terlebih dahulu dengan tata laksana konservatif dan dapat dilakukan revisi setelahnya apabila diperlukan.

Kondisi lidah yang sudah memiliki edema yang luas dengan jaringan yang rusak juga lebih baik untuk melakukan penjahitan tertunda hingga kondisi membaik. Dalam situasi seperti itu, debridemen dan tata laksana konservatif mungkin menjadi pilihan yang lebih baik, yang kemudian bisa diikuti dengan tindakan penjahitan untuk revisi.[7]

Penjahitan Laserasi Lidah pada Anak

Laserasi lidah yang terjadi pada anak merupakan tantangan tersendiri. Penjahitan dapat dipertimbangkan, tergantung dari tingkat kooperatif pasien. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kooperatif anak adalah Frankl scale. Pertimbangkan penggunaan sedasi atau anestesi umum pada anak yang memerlukan penjahitan tetapi sangat tidak kooperatif.[6,7]

Tabel 1. Frankl Scale

Frankl Scale Definisi
Definitely negative Penolakan pengobatan, tangisan yang kuat, ketakutan, atau bukti nyata lainnya dari negativisme ekstrim
Negative Keengganan untuk menerima pengobatan, tidak kooperatif, beberapa bukti sikap negatif tetapi tidak diucapkan (cemberut, menarik diri)
Positive Penerimaan pengobatan; terkadang ada perilaku hati-hati; kemauan untuk mematuhi dokter, terkadang dengan perlawanan, tetapi pasien mengikuti arahan dokter secara kooperatif
Definitely positive Hubungan baik dengan dokter; menunjukkan minat pada prosedur; tawa; dan kesenangan.

Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2023.[9]

Tata Laksana Konservatif pada Laserasi Lidah

Tata laksana konservatif dipertimbangkan karena lidah merupakan organ tubuh yang memiliki banyak pembuluh darah dan memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi, sehingga memiliki kecenderungan untuk penyembuhan sendiri. Apabila dalam kondisi lidah beristirahat di dalam mulut, lidah yang mengalami laserasi tidak menimbulkan jarak atau gap, maka semakin besar kemungkinan untuk dapat sembuh dengan sendirinya.

Perbaikan dengan penjahitan merupakan tata laksana yang kontroversial karena cedera oral biasanya sembuh dengan baik dengan tata laksana konservatif, dan memasukkan benda asing seperti jahitan terutama pada bayi atau anak dapat berpotensi membahayakan. Laserasi linear yang sederhana, terutama jika terletak di tengah-tengah lidah memiliki kemungkinan sembuh dengan risiko infeksi yang minimal.

Pelindung mulut dan pelindung gigi juga merupakan salah satu modalitas yang non-invasif untuk membantu terjadinya penyembuhan laserasi lidah. Tata laksana konservatif dinilai memiliki lebih sedikit komplikasi, tidak menimbulkan trauma pada anak dan orang tua karena menghindari sedasi dan prosedur operasi, serta membutuhkan waktu dan biaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan tata laksana penjahitan.[3,4]

Komplikasi Penanganan Laserasi Lidah

Pada pasien anak, risiko timbulnya komplikasi dengan penjahitan lebih besar bila dibandingkan dengan pengobatan konservatif. Meskipun begitu, untuk cedera atau laserasi yang lebih parah atau tipe laserasi kompleks, tetap dibutuhkan tata laksana penjahitan.

Potensi komplikasi perbaikan laserasi lidah dengan jahitan adalah timbulnya jaringan parut, dehisensi luka, dan gangguan pada artikulasi atau lisping. Granuloma dapat timbul akibat reaksi tubuh terhadap benang yang tidak mampu terserap, bekas luka juga dapat terlihat setelah penjahitan namun juga dapat timbul pada pasien yang memilih tata laksana konservatif.[1,2,8]

Komplikasi infeksi sangat mungkin terjadi mengingat regio oral merupakan lingkungan yang kaya akan bakteri. Untuk itu, penggunaan antibiotik profilaksis dapat dipertimbangkan.[6]

Bukti Ilmiah Perbandingan Pendekatan Konservatif dan Penjahitan

Sebuah tinjauan sistematik mengevaluasi hasil dari 11 studi dengan total 142 kasus laserasi lidah untuk membandingkan luaran dari pendekatan konservatif dengan penjahitan. Dalam tinjauan ini, sedikitnya 26 laserasi (18,3%) termasuk penetrasi lapisan otot lidah, dan 24 (16,9%) diklasifikasikan sebagai full-thickness. 35 dari 142 laserasi lidah (24,6%) menjalani penjahitan, sedangkan sisanya menjalani berbagai bentuk manajemen konservatif.

Sebagian besar penelitian yang dievaluasi melaporkan luaran kesembuhan laserasi lidah yang sangat baik terlepas dari pendekatan yang dipilih. Tidak didapatkan perbedaan dalam hal pembentukan jaringan parut maupun luaran fungsional. Tidak ada kasus infeksi yang dilaporkan.[2]

Kesimpulan

Belum ada bukti ilmiah maupun pedoman klinis yang cukup untuk menentukan apakah pendekatan konservatif ataukah penjahitan yang lebih baik digunakan dalam penanganan laserasi lidah. Pada kasus laserasi simpleks dengan jarak atau gap yang tidak terlalu besar, serta kasus laserasi pada bayi dan anak, pendekatan konservatif umumnya bisa memberi luaran klinis yang setara dengan penjahitan dan menghindarkan keperluan sedasi dan anestesi serta membutuhkan biaya lebih sedikit.

Penjahitan dapat dipertimbangkan pada pasien yang menderita laserasi kompleks, laserasi pada ujung lidah, laserasi dengan gap yang besar, ataupun laserasi yang dikhawatirkan tidak terlihat baik secara kosmetik jika tidak dilakukan penjahitan. Benang yang digunakan sebaiknya bersifat absorbable. Setelah penjahitan, pasien diminta untuk mengonsumsi diet cair, menjaga kebersihan mulut, dan melakukan peregangan.

Referensi