Induksi Persalinan dengan Kateter Foley

Oleh :
dr. Nathania S. Sutisna

Salah satu metode induksi persalinan secara mekanik adalah balon kateter foley yang dapat merangsang pematangan serviks, sehingga dapat digunakan pada pasien dengan skor Bishop rendah. Pada prosedur induksi dengan kateter foley, kateter akan dimasukkan ke dalam serviks dan balon dikembangkan proksimal dari ostium interna serviks. Hal ini diharapkan akan menginisiasi atau mengakselerasi persalinan.[1,2]

Proses persalinan didahului dengan serviks yang melunak dan menipis atau dikenal dengan pematangan serviks (cervical ripening), dilanjutkan dengan pembukaan serviks. Proses pematangan serviks dapat terjadi secara alami tanpa bantuan dan dapat pula dibantu dengan obat-obatan, seperti prostaglandin sintetik, atau secara mekanik dengan kateter foley.

Induksi Persalinan dengan Kateter Foley

Oksitosin merupakan modalitas yang paling banyak digunakan pada kasus yang memerlukan induksi persalinan. Meski demikian, penggunaan oksitosin akan kurang efektif pada pasien dengan skor Bishop yang rendah, yang menandakan serviks belum siap. Pada kasus seperti itu, modalitas induksi lainnya perlu dipertimbangkan, termasuk penggunaan kateter foley.[1-3]

Efikasi Induksi Persalinan dengan Kateter Foley Menurut Bukti Ilmiah

Tinjauan sistematik Cochrane (2023) menganalisis 112 uji klinis untuk mengevaluasi efikasi induksi persalinan dengan kateter foley bila dibandingkan dengan penggunaan prostaglandin E2 (PGE2) dan misoprostol dosis rendah. Hasil dari tinjauan sistematik Cochrane tersebut dipaparkan lebih lanjut di bawah ini.[1]

Kateter Foley vs Prostaglandin Per Vaginam

Pada perbandingan antara kateter foley dan PGE2 vaginal, tinjauan Cochrane ini menunjukkan bahwa kateter foley memiliki efikasi yang serupa dalam hal kegagalan terjadinya persalinan normal dalam 24 jam dan kebutuhan sectio caesarea. Namun, induksi kateter foley dilaporkan menurunkan risiko hiperstimulasi uterus dengan perubahan fetal heart rate/FHR (RR 0,35) dan kemungkinan morbiditas neonatal serius atau kematian perinatal (RR 0,48).[1]

Kateter Foley vs Misoprostol Per Vaginam

Saat dibandingkan dengan misoprostol vaginal dosis rendah, kateter foley juga menurunkan risiko hiperstimulasi uterus dengan perubahan FHR, tetapi sedikit meningkatkan kebutuhan sectio caesarea (RR 1,28). Selain itu, tidak ada perbedaan signifikan terkait kegagalan terjadinya persalinan normal dalam 24 jam (RR 1,09).[1]

Kateter Foley vs Misoprostol Oral

Sementara itu, bila dibandingkan dengan misoprostol oral, kateter foley menunjukkan efikasi yang lebih rendah untuk kemungkinan kegagalan persalinan vaginal dalam 24 jam, dan sedikit meningkatkan risiko sectio caesarea (RR 1,17). Namun, perbedaan dalam hasil keamanan neonatal antara keduanya tidak dapat disimpulkan karena kualitas bukti yang ada rendah hingga sangat rendah.[1]

Makna Klinis

Secara keseluruhan, dalam tinjauan Cochrane tersebut, bukti berkualitas rendah hingga sedang mengindikasikan bahwa kateter foley memiliki profil keamanan yang lebih baik dibandingkan metode farmakologis, terutama dalam menurunkan risiko hiperstimulasi uterus dan komplikasi neonatal serius. Namun, efikasinya sedikit di bawah misoprostol oral dan vaginal dalam hal percepatan persalinan. Oleh karena itu, pilihan metode induksi tetap harus mempertimbangkan skenario klinis masing-masing pasien.[1]

Penggunaan Induksi Kateter Foley pada Pasien dengan Riwayat Sectio Caesarea

Induksi dengan kateter foley diduga akan aman digunakan pada pasien dengan riwayat sectio caesarea yang menginginkan vaginal birth after caesarean section (VBAC) karena tidak merangsang kontraksi uterus. Hal ini didukung oleh hasil suatu studi di Oman, yang melibatkan 68 pasien dengan riwayat operasi caesar yang menjalani induksi persalinan menggunakan kateter foley. Studi ini menunjukkan tingkat keberhasilan persalinan normal sebesar 69% tanpa komplikasi serius seperti ruptur uterus.[4]

Hasil serupa juga dilaporkan oleh sebuah studi lain di India yang melibatkan 96 pasien dengan riwayat operasi caesar dan akan menjalani induksi persalinan menggunakan kateter foley. Dalam studi ini, keberhasilan persalinan normal dilaporkan pada 40% kasus tanpa komplikasi serius seperti ruptur uterus. Faktor yang meningkatkan risiko kegagalan persalinan normal pada studi ini adalah adanya mekonium pada air ketuban dan abnormalitas FHR.[5]

Penggunaan Induksi Kateter Foley pada Ketuban Pecah Dini

Tujuan induksi pada ketuban pecah dini (KPD) adalah mengurangi durasi kelahiran sehingga diharapkan dapat menurunkan kejadian korioamnionitis. Dalam suatu penelitian observasional terhadap 155 rekam medis (122 induksi kateter foley dan 33 dengan misoprostol), didapatkan waktu induksi lebih singkat pada kelompok kateter foley dibandingkan misoprostol (736 menit vs 1354 menit) dan kecurigaan korioamnionitis juga dilaporkan lebih sedikit pada kelompok kateter foley.[6]

Penelitian lain melibatkan 202 pasien KPD, yang mana dilakukan intervensi induksi dengan kateter foley dan misoprostol oral dengan rasio 1:1. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara waktu dari induksi hingga kelahiran (1311 vs 1435 menit). Tidak juga ditemukan perbedaan bermakna pada angka sectio caesarea dan infeksi pada ibu dan bayi dalam kedua kelompok dengan pemberian profilaksis antibiotik sebelumnya.[7]

Risiko Komplikasi Akibat Penggunaan Kateter Foley sebagai Metode Induksi

Induksi kateter foley memiliki biaya yang relatif murah, reversibilitas yang baik (dapat dilepas dengan cepat), dan risiko lebih rendah menyebabkan gangguan FHR dan takisistol. Komplikasi mayor akibat tindakan ini juga relatif jarang dilaporkan. Komplikasi minor seperti perdarahan, nyeri, ketuban pecah (amniotomi yang tidak disengaja), dan demam juga jarang dilaporkan.

Menurut sebuah studi yang melibatkan 1083 wanita yang menjalani induksi dengan kateter foley dengan infus salin ekstra-amniotik, ditemukan sekitar 8,8% mengalami komplikasi. Dari jumlah ini sekitar 3% mengalami reaksi demam transien yang akut, 2% FHR yang meragukan, 8% perdarahan per vaginam, 7% nyeri hebat, dan 3% berubahnya presentasi dari verteks menjadi sungsang.[8]

Kesimpulan

Balon kateter foley merupakan salah satu metode induksi persalinan yang dapat digunakan pada pasien dengan skor Bishop yang rendah. Bukti ilmiah yang ada mengindikasikan bahwa penggunaan balon kateter foley memiliki efikasi yang serupa dengan prostaglandin per vaginam, tetapi lebih rendah bila dibandingkan misoprostol.

Meski demikian, metode induksi dengan kateter foley memiliki tingkat keamanan yang baik, dengan angka komplikasi keseluruhan yang relatif rendah dan dapat menurunkan risiko hiperstimulasi uterus (yang kerap terjadi pada penggunaan metode induksi farmakologi). Metode induksi dengan kateter foley juga bisa dipertimbangkan untuk pasien dengan riwayat sectio caesarea yang menginginkan VBAC (vaginal birth after caesarean section), atau pada pasien yang mengalami ketuban pecah dini.

 

Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha

Referensi