Alo dokter. Berdasarkan beberapa jurnal yang saya baca, D-dimer merupakan faktor prognostik pada Covid-19. Saya menjumpai pasien laki-laki, usia 74 tahun...
Pasien lansia dengan COVID-19 memiliki nilai D-dimer yang meningkat - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Pasien lansia dengan COVID-19 memiliki nilai D-dimer yang meningkat
Alo dokter. Berdasarkan beberapa jurnal yang saya baca, D-dimer merupakan faktor prognostik pada Covid-19. Saya menjumpai pasien laki-laki, usia 74 tahun dengan hasil swab positif tanpa gejala, hasil CT scan thorax dalam batas normal, namun D-dimer meningkat (2300). Pasca pemberian Enoxaparin selama 5 hari D-dimer kembali meningkat mencapai 3000 namun kondisi tetap stabil bahkan tanpa gejala. Oleh konsulen dosis Enoxaparin kemudian dilanjutkan. Pasien memiliki riwayat hipertensi kronis dan mantan perokok, sudah berhenti merokok sejak sekitar 5 tahun yang lalu. Yang ingin saya tanyakan, kira-kira apa penyebab D-dimer pasien malah meningkat pasca pemberian Enoxaparin dan signifikansinya pada perkembangan penyakit pasien? Terima kasih
ALO Dokter,
Kalau kembali ke fisiologi hemostasis Dok, D Dimer merupakan end product dari fibrinolisis. Sehingga meningkatnya D-Dimer dipengaruhi oleh aktivasi hemostasis, baik perdarahan, trombosis, maupun DIC. Beberapa faktor lain yang juga yang bisa meningkatkan D-Dimer antara lain kehamilan, inflamasi, malignansi, penyakit liver, penyakit jantung, trauma, dan post surgical.
Bila D-Dimer meningkat pada pasien tersebut, kemungkinan ada faktor inflamasi disana (COVID), ditambah faktor hipertensi, usia tua, dan perokok. Selama faktor yang meningkatkan D-Dimer belum teratasi kemungkinan D-Dimer bisa saja tidak turun walaupun sudah diberikan antikoagulan. Namun mungkin yang terpenting tidak hanya menilai dari D-Dimer saja, namun menilai klinis juga (walaupun mungkin D-Dimer menjadi salah satu predictive prognostic factor untuk COVID dengan gejala berat, CMIIW ya Dok untuk ini, jadi koagulopati menjadi salah satu penentu gejala COVID yang berat, bukan gejala ringan ataupun tanpa gejala).
Penggunaan antikoagulan yang mungkin bisa jadi "pisau bermata dua" juga perlu kehati-hatian dok, untuk menjaga keseimbangan hemostasis, sehingga trombosis bisa terurai namun tidak menjadi perdarahan. Tapi mungkin ada kemungkinan kedua mengenai D-Dimer yang meningkat, yaitu dosis enoxaparin yang belum optimal. Biasa kita menggunakan antikoagulan bisa dosis profilaksis maupun dosis teurapetik, bila menggunakan Enoxaparin mungkin bisa digunakan pemeriksaan anti Factor-Xa untuk memantau dosis Enoxaparin ataupun aPTT bila anti factor Xa tidak tersedia.
Ketiga Dok, mobilisasi juga berperan dalam nilai D-Dimer dan klinis pasien. Mungkin bila memungkinkan, bisa dipertimbangkan untuk mempercepat proses mobilisasi tergantung dari klinis pasien. Tapi rasanya untuk yang ini tidak berhubungan dengan pasien yang Dokter share, karena pasien tanpa gejala.
Semoga bermanfaat, mungkin ada TS paru, anestesi, atau hematologi yang bisa bantu jawab.
Beberapa referensi yang mungkin bisa jadi sumber bacaan Dok
https://www.alomedika.com/koagulopati-pada-covid19
https://www.alomedika.com/terapi-antikoagulan-pada-pasien-covid-19
https://jintensivecare.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40560-020-00466-z
https://emedicine.medscape.com/article/2085111-overview#a2
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4691677/
Alo dokter, coba bantu menjawab sekaligus ikut berdiskusi ya dok. Dari referensi yang saya dapatkan juga memang peningkatan D-dimer dapat dijumpai pada pasien COVID-19, D-dimer sendiri berkaitan dengan peningkatan risiko keparahan penyakit, trombosis, dan penyakit ginjal akut, bahkan peningkatan mortalitas. (referensi: https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/ATVBAHA.120.314872 )
Kaitannya D-dimer meningkat pasca pemberian Enoxapharin, saya juga belum menemukan sumber yang membahas dengan detail dok mengapa bisa terjadi peningkatan. Namun, dari salah satu sumber berikut ini : https://www.cebm.net/covid-19/20200/ yang membahas mengenai efektivitas terapi profilasksis venous thromboembolism (VTE) pada pasien COVID-19.
Didapatkan bahwa pada pasien COVID-19 yang dilakukan pemberian treatment profilaksis VTE dengan pemberian heparin (diantaranya dengan low molecular weight heparin) terdapat juga peningkatan insidens kejadian komplikasi trombolisis. Oleh karena itu masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kaitannya dengan faktor risiko dan kaitannya pemberian antikoagulan sebelumnya atau secara dini pada pasien dengan COVID-19.
Semoga dapat membantu dok, turut menyimak juga jawaban dari TS lainnya. Mohon koreksi jika ada kesalahan atau kekurangan, terima kasih.