Alo dr. Soeklola, Sp.KJ, izin bertanya, bagaimana kriteria diagnosis PTSD (Post Traumatic Stress Dissorder), bagaimana tatalaksananya dan apa bedanya dok dg...
Kriteria apa saja yang dapat mendiagnosa PTSD (post-traumatic stress disorder) pada pasien - Kesehatan Jiwa Ask The Expert - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Kriteria apa saja yang dapat mendiagnosa PTSD (post-traumatic stress disorder) pada pasien - Kesehatan Jiwa Ask The Expert
Alo dr. Soeklola, Sp.KJ, izin bertanya, bagaimana kriteria diagnosis PTSD (Post Traumatic Stress Dissorder), bagaimana tatalaksananya dan apa bedanya dok dg gangguan psikosomatis.
Sama-sama dr. Athia, semoga terbantu
Alo dr. Athia,
Tentu kedua kondisi baik PTSD dan psikosomatis merupakan kondisi yang berbeda. Pembeda utama pada kondisi PTSD harus ada riwayat trauma katastrofik yaitu trauma yang sangat hebat atau akibat kejadian yang luar biasa di luar kebiasaan yang mungkin terjadi misalnya korban perang, korban bencana alam, korban pemerkosaan, korban kekerasan, ataupun korban kriminal lainnya. Perlu diingat pada pasien PTSD tidak selalu harus ia yang mengalami melainkan bisa jadi menyaksikan, mendengar atau berada di tempat kejadian.
Kriteria diagnosis PTSD menurut American Psychological Association's (APA) Diagnostic and Statistical Manual Fifth Edition (DSM-5) adalah:
- Pernah mengalami kecelakaan atau pernah terancam mati, mengalami cedera atau kekerasan seksual, baik secara langsung atau pernah menyaksikannya.
- Mengalami gejala di bawah ini selama lebih dari satu bulan:
- Mengalami gejala intrusi (contohnya seperti mimpi buruk, kilas balik, sensasi bahwa kejadian traumatisnya sedang terulang lagi, pikiran ketakutan).
- Mengalami gejala penghindaran (contohnya seperti tidak mau membicarakan tentang kejadian traumatisnya, menghindari situasi yang mengingatkannya tentang kejadian tersebut).
- Dua atau lebih dari gejala yang memengaruhi mood dan pemikiran (contohnya seperti ketidakmampuan untuk mengingat beberapa aspek dari kejadian traumatisnya, merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, merasa menjauh dari orang terdekat, mengalami penurunan motivasi hidup, sulit berkonsentrasi, serta masalah mental seperti depresi, fobia, dan kekhawatiran).
- Dua atau lebih gejala gairah dan reaktivitas (contohnya seperti sulit tidur, sensitif dan suka marah, sangat sensitif terhadap situasi berbahaya, merasa tegang dan khawatir).
Sementara psikosomatik sendiri dapat terjadi akibat kondisi kejiwaan memperberat kondisi fisik yang dialami ataupun sebaliknya. Jadi bisa dikatakan kondisi fisik yang dialami tersebut betul-betul nyata dan ada. misalnya pasien depresi mengalami gangguan gastritis. Gastritisnya sendiri perlu mendapatkan penanganan.
Semoga membantu.