ALO, dr. Nurul!

Kalau menurut saya, sebaiknya kita menjelaskan dari sisi medisnya saja, Dok, tanpa perlu menanggapi atau memberikan pendapat tentang instansi lain.

Kita perlu menyampaikan bahwa sampai saat ini, eucalyptus belum terbukti dapat mengobati COVID-19. Beberapa studi memang menyatakan bahwa eucalyptus mempunyai efek antiviral pada virus influenza, tetapi ini jika diaplikasikan secara langsung pada kultur virus, bukan sebagai aromatherapy. Tidak ada studi yang menunjukkan bahwa penggunaan eucalyptus sebagai aromatherapy dapat membunuh virus. Efek antimikrobanya juga masih berdasarkan studi in vitro saja, bukan in vivo.

Selain itu, perlu diedukasi juga, Dok, agar masyarakat tidak gegabah dalam menggunakan eucalyptus, seperti meminum minyak ini, karena minyak eucalyptus sangat toksik jika masuk ke saluran pencernaan, terutama untuk anak-anak. Bahkan, minyak eucalyptus yang tertelan (>= 5 mL) dapat mengarahkan ke gejala berat, seperti depresi SSP (koma), kejang, dan gagal napas.

Semangat, dr. Nurul!

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7260602/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6612361/

https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Eucalyptus_Oil_Poisoning/

Alo Dok, 

Dari salah satu jurnal yang dinyatakan bahwa eucalyptus memang memiliki efek inhibisi virus SARS Cov 2 tapi berdasarkan penelitian biomolekuler. Di jurnal lainnya (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6612361/) didapatkan juga efek inhibisi terhadap virus HSV1 dan H1N1, tapi bukan SARS-Cov 2. Jadi memang klaim tersebut tidak didasarkan atas EBM. Mungkin bisa dijawab saja dok, kalau dari sisi medis belum ada produk atau obat apapun yang dapat mencegah Covid, tidak perlu fokus ke instansinya dok.