Alo dr. Farhanah, Sp.JP, izin bertanya dokter.Pada pasien COVID-19 yang telah lama mendapatkan ACE inhibitor dan ARB, apa saja yang perlu dimonitoring serta...
Pemberian ACE Inhibitor dan Angiotensin Receptor Blockers Pada Pasien COVID-19 - Kardiologi Ask The Expert - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Pemberian ACE Inhibitor dan Angiotensin Receptor Blockers Pada Pasien COVID-19 - Kardiologi Ask The Expert
Alo dr. Farhanah, Sp.JP, izin bertanya dokter.
Pada pasien COVID-19 yang telah lama mendapatkan ACE inhibitor dan ARB, apa saja yang perlu dimonitoring serta diwaspadai dokter?
Terimakasih sebelumnya 🙏
http://www.inaheart.org/upload/image/Buku_Pedoman_Tatalaksana_COVID-19_5OP_Edisi_3_2020.pdf
http://www.inaheart.org/upload/image/FINAL-Panduan_Diagnosis_dan_Tatalaksana_Penyakit_Kardiovaskular_pada_PANDEMI_COVID-19.pdf
Alo dokter Nurul. Sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa obat penghambat RAS meningkatkan kadar ACE-2 dalam jaringan manusia dan tidak ada penelitian pada hewan atau manusia yang menunjukkan bahwa obat penghambat RAS meningkatkan kadar ACE-2 di paru-paru, ataupun bahwa tingkat ekspresi ACE-2 di paru-paru adalah merupakan faktor pembatas/limiting factor dari infeksi COVID-19.
Penatalaksanaan covid - 19 merujuk pada buku pedoman yang telah dikeluarkan perki dan kemenkes.
Sebagian besar pasien jantung yang dirawat di rumah sakit akan mengalami infeksi yang lebih berat bahkan memerlukan alat bantu pernapasan. Kelompok pasien ini cenderung usianya lebih tua dan memiliki komorbid seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit ginjal kronis. Pasien dengan penyakit berat juga dapat mengalami komplikasi multi-organ pada severitas yang berat. Pasien hipertensi mungkin juga mengalami hipertrofi ventrikel kiri atau penyakit jantung dan berisiko lebih tinggi terkena aritmia, terutama ketika mengalami hipoksia. Kadar kalium plasma harus dipantau karena aritmia dapat diperburuk akibat dari seringnya terjadi penurunan kadar kalium plasma atau hipokalemia. Kejadian ini pertama kali dilaporkan pada infeksi coronavirus SARS dan laporan kasus hingga saat ini juga menunjukkan kondisi yang serupa pada pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan perawatan di rumah sakit. Hal ini diduga disebabkan oleh peningkatan kehilangan kalium dari urin, yang dapat diperburuk dengan terapi diuretik.
Jika pasien mengalami perburukan klinis dan mengalami hipotensi atau mengalami cedera ginjal akut karena penyakitnya yang berat, terapi antihipertensi mungkin perlu dihentikan. Sebaliknya, obat antihipertensi parenteral jarang tetapi masih mungkin diperlukan untuk pasien hipertensi yang mendapatkan tatalaksana ventilasi mekanik dengan tekanan darah yang tidak terkontrol setelah dihentikannya pengobatan hipertensi sebelumnya (yaitu hipertensi grade 2, BP> 160/100 mmHg) tetapi tujuan dalam situasi akut adalah untuk mempertahankan tekanan darah di bawah level tersebut dan tidak bertujuan untuk kontrol tekanan darah yang optimal.