Alo Dokter, selamat hari anestesi seduniaAkhir akhir ini kita tentu sering mendengar bagaimana pendidikan kedokteran kita, terutama pendidikan spesialis,...
Prestasi, intelejensi VS Koneksi, relasi dan tendensi dalam pendidikan spesialis - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Prestasi, intelejensi VS Koneksi, relasi dan tendensi dalam pendidikan spesialis
Alo Dokter, selamat hari anestesi sedunia
Akhir akhir ini kita tentu sering mendengar bagaimana pendidikan kedokteran kita, terutama pendidikan spesialis, dibahas di media media. saat ini harus kita akui bahwa karir sebagai dokter spesialis masih cukup seksi untuk dipilih sebagai jenjang karir berikutnya dari kebanyakan dokter umum di indonesia. pada tulisan ini, saya ingin sedikit membahas tentang bagaimana pendidikan spesialis kita di Indonesia sejak seleksi dan proses residensi, sampai lulus menjadi seorang dokter spesialis dari sudut pandang saya.
yang pertama adalah saat seleksi penerimaan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Proses penerimaan PPDS sebenarnya adalah proses standard dimana terdapat seleksi secara administratif berupa kelengkapan dokumen, seleksi tes potensi akademik,TOEFL, dan biasanya di tahap akhir ditutup dengan seleksi wawancara. sekilas menurut saya tidak ada yang salah dengan proses seleksi tersebut sampai akhirnya saya menjalani sendiri dan tanpa sengaja mengetahui hasilnya (tanpa sengaja) saat menjalani PPDS. ternyata proses seleksi tersebut tidak semudah yang saya bayangkan dimana ada banyak sekali pertimbangan di dalamnya di luar hal hal yang seharusnya diujikan. hal-hal seperti koneksi, relasi, bahkan tendensi dalam seleksi wawancara bisa menjadi hal yang sangat menentukan dalam menentukan hasilnya. selain itu, pada proses nya teman teman dengan kedinasan tertentu atau dengan label tertentu bisa jadi akan diterima walauapun misalnya (mohon maaf) secara prestasi dan intelejensi masih kurang dibandingkan dengan pesainganya dalam seleksi. sad but true hal hal seperti itu ada dalam seleksi PPDS kita, tetapi memang sangat sulit dibuktikan. Tanpa bermaksud mengecilkan hati teman-teman dokter yang tidak memiliki previlege tersebut, karena tetap ada dokter yang tidak memiliki previlege tersebut (mungkin biasa dipakai istilah muggle atau mud blood sebagai guyonan)yang tetap bisa mendaftar PPDS. sedikit tips untuk teman-teman yang tidak memiliki previlege tersebut adalah cari tau tentang siapa saja saingan kalian saat mendaftar dan tentukan saat yang tepat untuk mendaftar (misal, saat yang daftar mud blood semua dan ini strategi yang saya pakai saat mendaftar).
yang kedua adalah saat menjalani PPDS. ternyata keanehan dalam pendidikan spesialis belum berhenti saat proses seleksi saja. saat proses pendidikan pun banyak sekali kejanggalan yang saya rasakan.saya akan berikan beberapa contoh, misalkan saat saya baru masuk hari pertama. senior satu semester di atas saya sudah memberi doktrin bahwa jadi PPDS tidak perlu pintar,tetapi yang penting manut dengan senior dan senior itu selalu benar. menurut saya ini doktrin yang bisa menyesatkan karena tentu yang namanya senior itu belum tentu benar.senior juga adalah manusia yang sangat mungkin sekali melakukan kesalahan. ironisnya pada prakteknya ternyata memang hal tersebut benar.PPDS yang pandai mengambil hati senior, yang selalu menurut apa kata senior itu adalah PPDS yang akan selamat dan jarang terkena masalah walaupun sebenarnya ada masalah (saya lebih suka menyebut mereka mereka ini penjilat dan pencari muka). ketika saya pernah menanyakan kenapa hal hal seperti ini diajarkan padahal hal seperti ini akan menghambat perkembangan dunia kedokteran, tentu teman teman sudah tau jawabannya yaitu karena attitude/adab lebih penting daripada ilmu. hal ini membuat saya lebih kaget lagi karena menurut saya telah terjadi pergeseran definisi dari attitude atau adab itu sendiri. bagaimana bisa adab didefinisikan sebagai selalu menurut apa kata senior walaupun seniornya itu salah dan orang yang tidak menurut seniornya itu dikatakan tidak mempunyai attitude. bagaimana dengan kalau kita tidak memiliki ilmu yang baik dan benar lalu kita menangani pasien dengan tidak baik dan benar pula karena kurangnya ilmu pengetahuan kita?apakah itu kita beradab terhadap pasien kita?
pada tulisan ini saya ingin mengajak teman-teman dokter sekalian, terutama yang sedang menjalani residensi atau akan mendaftar PPDS untuk berani menyuarakan pendapat, berani mengatakan hal yang benar itu adalah benar dan yang salah itu adalah salah walaupun yang berbuat salah itu adalah senior kita. bukankah lebih beradab bila kita menegur senior kita yang berbuat salah (tentunya dengan cara yang baik dan sopan) daripada kita membiarkannya padahal kita tau itu adalah salah?mari kita tinjau kembali bagaimana sebenarnya kita mendefinisikan apa itu adab/attitude dalam dunia kedokteran. janganlan kita bersembunyi dari kebodohan kita dibalik istilah adab/attitude.
terima kasih, sekali lagi selamat hari anestesi sedunia
atau ke LN..mungkin bk Bds sih open minded person