Kristaloid vs Koloid untuk Resusitasi Cairan

Oleh :
dr.Saphira Evani

Resusitasi cairan adalah modalitas tatalaksana utama pada syok hipovolemik. Cairan yang digunakan di Indonesia umumnya adalah kristaloid, tetapi terdapat kepercayaan bahwa koloid lebih baik karena akan berada di intravaskular lebih lama dibandingkan kristaloid.

Syok hipovolemik  merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Syok hipovolemik dapat timbul akibat perdarahan, diare, kondisi luka bakar yang berat, dan kehilangan cairan third space karena inflamasi misalnya pada sepsis atau pankreatitis.[1] Syok hipovolemik didefinisikan sebagai penurunan volume intravaskuler yang menimbulkan penurunan perfusi jaringan. Kondisi syok hipovolemik ditandai dengan hipotensi, hipoperfusi atau hipoksia jaringan, dan indeks jantung yang rendah. Keadaan syok hipovolemik yang tidak ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan kerusakan seluler yang berujung kepada kegagalan multiorgan dan kematian.[2,3]

Sekilas Mengenai Cairan Resusitasi

Penanganan syok hipovolemik salah satunya adalah dengan melakukan resusitasi cairan. Resusitasi cairan akan menambah volume cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan hingga penyebab syok teratasi.

Referensi