Menangani Prolaktinoma Saat Kehamilan

Oleh :
dr. Cipta Pramana SpOGK

Prolaktinoma bisa terjadi pada saat kehamilan, dan pengelolaannya membutuhkan tantangan tersendiri. Selama kehamilan, kelenjar hipofisis mengalami hiperplasia karena peningkatan kadar serum estrogen yang menyebabkan pembesaran tumor. Pembesaran tumor hipofisis dapat menyebabkan tekanan pada kiasma optikum yang menyebabkan gangguan penglihatan, seperti homonymous hemianopia. Prolaktinoma dapat memiliki gejala yang mirip dengan gejala kehamilan seperti amenore, galaktorea dan disfungsi seksual sehingga menunda diagnosis dan manajemen. Risiko pembesaran tumor mencapai 3% pada kasus mikroadenoma, 32% pada makroadenoma yang sebelumnya tidak dilakukan operasi ablatif, dan sekitar 4,8% pada makroadenoma yang dilakukan pengobatan ablatif sebelumnya.

Prolaktinoma merupakan jenis atau sub tipe klinis adenoma hipofisis yang paling sering ditemukan, dengan prevalensi sekitar 25/100.000 sampai 63/100.000 populasi, dengan insiden antara 2,1 hingga 5,4 kasus/100.000 per tahun. Biasanya prolaktinoma diderita oleh wanita premenopause dengan gejala klinis gangguan menstruasi dan galaktorea.[1,2]  Prolaktinoma adalah adenoma yang timbul dari sel laktotrof di kelenjar hipofisis yang mensekresi prolaktin, dan dianggap sebagai jenis tumor hipofisis yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 40% dari semua adenoma hipofisis.[3]

Prolaktin bisa diproduksi karena ada hambatan tonik dopamine yang disekresikan oleh hipotalamus. Payudara adalah jaringan utama untuk prolaktin, tetapi ada beberapa jaringan organ yang mempunyai reseptor prolaktin yaitu liver, ovarium, testis dan prostat. Fungsi utama prolaktin adalah inisiasi dan pemeliharaan laktasi, tetapi juga sebagai faktor pertumbuhan, neurotransmitter maupun immunoregulator melalui mekanisme autokrin atau parakrin.[4]

Referensi