Gambaran klinis kolesteatoma pada kanal telinga luar seringkali sulit dibedakan dengan keratosis obturans. Kolesteatoma dan keratosis obturans adalah dua penyakit dengan patofisiologi yang berbeda, sehingga penanganannya juga berbeda. Piepergerdes et al. pada tahun 1980 pertama kali mengemukakan bahwa keratosis obturans dan kolesteatoma kanal telinga luar adalah dua penyakit berbeda dengan penatalaksanaan yang berbeda pula.[1-4]
Gambaran klinis kedua kelainan ini tampak serupa, yaitu penumpukan skuama keratin di kanal telinga luar. Namun, dokter penting untuk mengetahui perbedaan kedua jenis penyakit yang mirip ini, agar dapat memilih tata laksana yang paling tepat.[1-3]
Perbedaan Perjalanan Penyakit Kolesteatoma Vs Keratosis Obturans
Kolesteatoma merupakan kondisi langka dengan gambaran penumpukan epitel skuamosa berkeratinisasi di kanal telinga, yang dapat disertai erosi tulang di area kanal telinga tengah atau tulang mastoid. Kolesteatoma paling sering ditemukan di kanal telinga tengah, tetapi juga dapat terjadi di kanal telinga luar dengan persentase yang lebih kecil.[5-7]
Pada kolesteatoma kanal telinga luar, penumpukan keratin hanya bersumber dari keratin yang dikeluarkan dari kantung kolesteatoma, sehingga penumpukan keratin tampak tidak beraturan serta penyebarannya ke rongga mastoid hanya melalui kanal telinga luar sisi posterior saja. Kolesteatoma diduga terjadi akibat penimbunan keratin terskuamasi di dalam suatu kantong teretraksi yang bersifat abnormal.[8,9]
Gambar 1. Kolesteatoma di Kanal Telinga Kiri.
Sementara itu, keratosis obturans memiliki karakteristik akumulasi keratin hingga menutup kanal telinga, yang disertai dengan pelebaran kanal telinga. Kondisi ini juga merupakan kondisi patologi yang langka. Pada keratosis obturans, ditemukan juga hiperemia kanal telinga, penebalan membran timpani, serta kerusakan tulang yang bersifat difus sepanjang kanal telinga luar.[3,4,8]
Perjalanan penyakit keratosis obturans diduga terkait dengan faktor risiko eczema, dermatitis seboroik dan furunkulosis. Keratosis obturans timbul akibat migrasi abnormal lapisan kulit meatus akustikus eksternus, yang menyebabkan penumpukan lapisan keratin secara merata di sepanjang kanal telinga luar.[8,10]
Perbedaan Gejala atau Keluhan Pasien
Gejala khas kolesteatoma adalah otorea rekuren yang tidak nyeri. Namun, kolesteatoma juga dapat menyebabkan rasa nyeri bersifat tumpul disertai tinnitus, pruritus, paralisis nervus fasialis, dan sefalgia. Kolesteatoma kanal telinga luar umumnya menyerang pasien usia lanjut, tetapi dapat juga ditemukan pada usia dewasa muda dengan prevalensi lebih sedikit.[2,3,5,11]
Gejala khas keratosis obturans adalah kehilangan pendengaran yang disertai nyeri akut telinga, disertai deposit keratin deskuamasi di kanal telinga luar hingga menutup kanal telinga. Umumnya keratosis obturans terjadi secara bilateral dan lebih sering menyerang usia muda <40 tahun.[1,8]
Perbedaan Tanda pada Otoskopi
Diagnosis kedua kelainan ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan otoskopi. Kanal telinga harus dibersihkan terlebih dahulu dari serumen, krusta, dan jaringan granulasi, agar inspeksi dapat optimal hingga terlihat membran timpani.[9]
Otoskopi pada kolesteatoma akan terlihat gambaran kantong kolesteatoma, berupa polip granular. Selain itu juga dapat ditemui akumulasi debris skuama di dalam kantong kolesteatoma. Terkadang dapat juga ditemukan jaringan granulasi di area mukosa yang berbatasan dengan kolesteatoma. Setiap polip granul yang ditemukan di area kanal kanal aurikula harus dicurigai sebagai kolesteatoma, hingga terbukti bukan kolesteatoma.[9]
Pada keratosis obturans, dari pemeriksaan luar akan tampak kanal telinga yang ditutupi oleh jaringan skuamosa keratin, yang apabila jaringan keratin dilepaskan maka akan tampak kanal telinga yang melebar. Lebih lanjut, terlihat gambaran kulit kanal telinga hiperemis dan tanda inflamasi pada membran timpani.[4]
Tabel 1. Perbandingan Keratosis Obturans dan Kolesteatoma Kanal Telinga Luar
Keratosis Obturans | Kolesteatoma Kanal Telinga Luar |
Skuama keratin menumpuk hingga menutupi kanal telinga luar, disertai kanal telinga yang melebar | Skuama keratin tersebar di sekeliling kanal telinga luar |
Lebih sering ditemukan pada usia muda (<40 tahun) | Lebih sering ditemukan pada usia tua (>45 tahun)
|
Umumnya menyerang kanal telinga secara bilateral dan disertai tuli konduktif | Umumnya, menyerang kanal telinga unilateral dan dapat ditemukan ketulian |
Jarang disertai otorea | Sering disertai otorea yang berbau tidak sedap |
Nyeri hebat bersifat akut pada kedua kanal telinga | Nyeri tidak terlalu kuat, bersifat tumpul dan kronik |
Jarang disertai erosi tulang | Sering disertai erosi tulang |
Umumnya kanal telinga hiperemis disertai penebalan dinding membran timpani | Umumnya membran timpani normal |
Sumber: Reren, 2023.[4,7,12,13]
Perbedaan Manajemen
Pemeriksaan radiologi CT Scan dan MRI dapat membantu untuk menilai derajat keparahan kolesteatoma, serta dapat membantu untuk mendeteksi kelainan anatomi area telinga sebelum menentukan penatalaksanaan yang tepat untuk pasien.[9,11]
Walaupun bersifat benigna, kolesteatoma bersifat invasif, sehingga apabila tidak ditata laksana secara optimal akan menyebabkan komplikasi erosi tulang temporal dan gangguan sistem saraf pusat. Kolesteatoma sering membutuhkan prosedur pembedahan.[9]
Sementara, keratosis obturans umumnya hanya membutuhkan terapi konservatif saja pada kondisi ringan. Pasien juga dapat dianjurkan untuk secara rutin membersihkan kanal telinga luar setiap 1‒3 bulan. Pada kasus seperti ini, tambahan pemberian tetes telinga, campuran alkohol atau gliserin dalam peroksida 3% sebanyak 3 kali/minggu terbukti cukup bermanfaat.[3,6,10]
Setelah keratin pada kanal telinga dibersihkan, dianjurkan untuk menutup kanal telinga dengan kasa lembab yang telah diberikan salep antibiotik dan kortikosteroid, untuk menekan inflamasi. Apabila telah terjadi komplikasi, berupa erosi tulang kanal telinga luar, perlu dilakukan prosedur pembedahan tanning jaringan di bawah kulit. Prosedur ini untuk menghilangkan echo pada dinding kanal telinga luar.[10]
Perbedaan Risiko Komplikasi dan Rekurensi
Prognosis kolesteatoma kanal telinga luar jauh lebih buruk daripada keratosis obturans. Selain ketulian, kolesteatoma yang mengikis tulang dapat menyebabkan infeksi intrakranial (meningitis, abses epidural, trombosis sinus sigmoid) dan kelumpuhan saraf wajah.[9]
Kolesteatoma membutuhkan manajemen pembedahan, dengan risiko jangka panjang, berupa rekurensi ataupun residu kolesteatoma pasca operasi. Penderita kolesteatoma dianjurkan untuk melakukan follow up rutin, walaupun telah menjalani prosedur pembedahan dan dinyatakan sembuh. Pada pasien kolesteatoma yang mengalami komplikasi pada membran timpani, perlu dilakukan timpanoplasti untuk membantu mengembalikan pendengaran.[9]
Prognosis keratosis obturans umumnya baik, kecuali terjadi komplikasi yang dapat menyebabkan erosi tulang luas hingga automastoidektomi. Namun, kondisi ini tidak sampai terjadi komplikasi intrakranial. Keratosis obturans dapat terjadi rekurensi, yang apabila dibiarkan berlanjut hingga bertahun-tahun akan meningkatkan risiko komplikasi berat.[10]
Kesimpulan
Secara umum, kolesteatoma kanal telinga luar dan keratosis obturans memiliki kesamaan gambaran klinis. Kedua kasus ini sekilas terlihat sama, berupa penumpukan jaringan keratin di area kanal telinga luar hingga menutupi kanal telinga.
Namun, keratosis obturans umumnya terjadi pada pasien usia muda dan bersifat bilateral, dengan gambaran klinis otalgia berat, tuli konduktif, dan pelebaran kanal telinga. Sementara itu, kolesteatoma kanal telinga luar umumnya ditemukan pada pasien usia tua, unilateral, dan sering disertai erosi tulang.
Tata laksana keratosis obturans seringkali bersifat konservatif, dengan tujuan menjaga kanal telinga luar selalu bersih sehingga keratin tidak sempat menumpuk pada kanal telinga. Sementara pada kolesteatoma, tata laksana utama yang harus dilakukan adalah membuang kantung kolesteatoma, yang menjadi sumber keluarnya jaringan keratin yang menutupi kanal telinga.
Prognosis keratosis obturans jauh lebih baik daripada kolesteatoma, karena secara umum tidak membutuhkan prosedur pembedahan. Keratosis obturans lebih jarang rekurensi, selama pasien rutin melakukan perawatan untuk membersihkan kanal telinga. Sebaliknya, prognosis kolesteatoma akan semakin buruk apabila tidak dilakukan terapi pembedahan untuk membuang kantong kolesteatoma yang ada.