Pilihan Tata Laksana Bedah untuk Paronikia

Oleh :
dr. Harris Bartimeus, Sp.B

Pendekatan bedah pada paronikia umumnya dilakukan bila terapi konservatif tidak berhasil atau bila pasien datang sudah dalam tahapan penyakit lanjut. Paronikia, atau lebih sering dikenal dengan istilah cantengan oleh masyarakat awam, disebabkan oleh pertumbuhan kuku ke dalam jaringan yang berada di dekatnya sehingga terjadi inflamasi, nyeri, dan infeksi.

Hingga kini masih belum ada konsensus baku mengenai indikasi pembedahan pada paronikia, tetapi umumnya pembedahan dilakukan karena perjalanan penyakit yang menetap dan progresif.  Pemilihan pendekatan penatalaksanaan juga didasarkan pada derajat keparahan paronikia, ada tidaknya nyeri atau infeksi sekunder, serta onychogryphosis.[1-4]

Bedah untuk Paronikia

Sekilas Mengenai Pilihan Pendekatan Non-Bedah pada Paronikia

Obat analgesik, seperti ibuprofen dan paracetamol, dapat digunakan untuk meredakan nyeri. Penggunaan antibiotik tidak direkomendasikan secara rutin kecuali terdapat tanda infeksi berat, sedangkan kortikosteroid dapat ditambahkan untuk mengurangi inflamasi jika diperlukan.

Perawatan mandiri oleh pasien memiliki peran penting dalam mencegah progresivitas dan kekambuhan. Tindakan sederhana seperti menjaga kebersihan kaki, merendam kaki dalam air sabun hangat, serta menggunting kuku secara lurus (tidak melengkung) dianjurkan. Pasien juga harus dihindarkan dari penggunaan sepatu sempit.

Tata laksana konservatif efektif pada kasus ringan dengan tujuan utama mengurangi tekanan antara kuku dan jaringan sekitar (lateral fold). Metode taping dilakukan menggunakan plester untuk menarik jaringan yang meradang menjauh dari kuku. Sementara itu, metode packing dilakukan dengan menyelipkan kapas atau benang gigi di antara kuku dan lipatan kulit untuk mengurangi tekanan langsung dan mencegah iritasi lebih lanjut.

Pendekatan lain, seperti gutter splint dan nail brace, diperuntukkan bagi kasus yang lebih berat. Gutter splint memakai potongan kateter plastik yang diselipkan di antara kuku dan kulit lalu difiksasi selama beberapa minggu. Sementara itu, teknik nail brace digunakan untuk mengoreksi kelengkungan kuku yang patologis dan menekan jaringan sekitar, terutama pada deformitas kuku kronik.[1-7]

Pilihan Tata Laksana Bedah pada Paronikia

Penatalaksanaan bedah dilakukan pada paronikia apabila tata laksana konservatif tidak berhasil atau bila pasien datang sudah dalam kondisi yang berat. Variasi dari metode bedah pada paronikia sangat banyak.  Namun kebanyakan dari metode tersebut merupakan variasi minor dari metode bedah yang sebelumnya telah ada.[2,4-9]

Teknik avulsi kuku saat ini telah banyak ditinggalkan dikarenakan banyak morbiditas pasca tindakan.  Rekurensi juga menjadi salah satu masalah yang timbul pasca avulsi kuku.[2,4-6]

Eksisi Baji (Wedge Excision)

Metode yang disebut juga sebagai teknik Winograd ini dilakukan dengan membuat eksisi berbentuk baji yang membuang lateral fold yang meradang dan sebagian kuku (nail fold) yang menusuk.  Namun, metode ini umumnya membutuhkan waktu sembuh 3-6 minggu dengan risiko rekurensi dan perubahan bentuk kuku yang kurang baik secara kosmetik. Di samping itu, metode ini juga dapat menyebabkan pertumbuhan kuku yang abnormal.[2,4-7]

Reduksi Lateral Fold

Metode ini bertujuan untuk membuang bagian jaringan (lateral fold) yang meradang dan mencegah tumbuh overlapping kembali dengan kuku (nail fold). Ada beberapa modifikasi dari metode ini, yakni teknik Vandenbos, Noel, DuVries, Howard, Perez Rosa dan lateral foldplasty.[2,4-7]

Teknik Vandenbos:

Teknik Vandenbos dilakukan dengan melakukan eksisi jaringan lateral fold sambil tetap mempertahankan matriks kuku. Eksisi tersebut dilakukan sampai mengelilingi lateral fold dan membuang seluruh jaringan granulasi dan kulit sekitar lateral fold yang meradang.

Luka pasca eksisi akan dirawat secara terbuka dengan sebelumnya dilakukan kontrol perdarahan menggunakan elektrokauterisasi. Beberapa studi menunjukkan rendahnya angka rekurensi, komplikasi yang lebih rendah, waktu sembuh yang lebih cepat, dan aspek kosmetik yang lebih baik.[4,5,7]

Teknik Howard Dubois:

Teknik Howard atau Howard Dubois adalah teknik yang digunakan untuk kasus derajat ringan atau sedang. Teknik ini dilakukan dengan melakukan insisi berbentuk fish-mouth tepat di tepi distal nail plate dan insisi lain dilakukan pada ujung distal jaringan.  Periosteum akan dipisahkan dari nail bed dan luka jaringan akan ditutup kembali sehingga menghasilkan kelengkungan nail plate yang lebih rata.

Kelebihan dari teknik ini adalah mengurangi tingkat rekurensi, waktu pulih yang lebih cepat, mencegah pendangkalan kuku, meredakan gejala radang, tingkat kepuasan pasien yang baik, dan aspek kosmetik yang lebih baik.  Kekurangannya adalah prosedurnya yang cukup rumit dan nyeri pasca operasi yang terkadang mengganggu.[4,5,7]

Teknik Noel:

Noel memperkenalkan teknik lain yang lebih minimal invasif. Teknik ini dilakukan tanpa melibatkan nail plate ataupun nail bed.  Jaringan lateral fold yang meradang akan dieksisi dan luka tersebut akan dijahit tutup kembali.

Dabrowski et al., memodifikasi teknik ini dengan melewatkan jahitan aproksimasi melalui bawah kuku (subungual).  Beberapa studi menunjukkan bahwa teknik ini memiliki tingkat rekurensi yang lebih rendah dengan tingkat kepuasan pasien yang lebih tinggi.[4,5,7]

Eksisi Nail Bed 

Metode ini disebut juga sebagai metode Zadik. Teknik ini dilakukan dengan cara membuang matriks germinal kuku di proksimal nail bed dengan membuat insisi H untuk mengekspos area tersebut.  Matriks germinal kuku akan dibuang dengan cara kuretase.

Metode ini memiliki tingkat rekurensi yang tinggi, yaitu sekitar 60,5%. Angka infeksi pasca operasi yang cukup tinggi juga menjadi salah satu alasan mengapa teknik ini sudah banyak ditinggalkan.[5-7]

Eksisi Segmental Matrikektomi 

Eksisi segmental dari matriks kuku bagian lateral merupakan metode yang kurang invasif dibandingkan metode lain. Matriks kuku bagian lateral (nail fold) akan diangkat sebagian menggunakan nail elevator, setelah itu matrikektomi segmental dilakukan dengan memotong matriks kuku bagian lateral secara lurus sampai ke ujung proksimal, lalu ujung matriks kuku diseksi sampai bebas dari tulang dan tepi jaringan sekitar diaproksimasi ke nail bed dengan jahitan atau sterile strips.

Elektrokauter atau laser dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengganti diseksi ujung proksimal dari matriks kuku. Pada publikasi lain, kauterisasi kimiawi sebagai pengganti elektrokauter juga dapat digunakan. Zat yang biasa digunakan adalah fenol, trichloroacetic acid 90% (TCA), dan natrium hidroksida 10%. Sebuah studi mendapatkan bahwa aproksimasi lateral fold ke nail bed akan memberikan waktu penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan kauterisasi kimiawi.[5-10]

Kesimpulan

Belum ada konsensus yang dapat memberikan panduan dalam hal indikasi medis maupun pilihan pendekatan bedah terbaik pada kasus paronikia. Pemilihan teknik bedah untuk kasus paronikia bisa disesuaikan dengan preferensi ahli bedah, meskipun sekarang tentunya sudah ada pergeseran kepada penggunaan teknik yang lebih minimal invasif.

Pada umumnya, tindakan bedah dilakukan bila terapi konservatif gagal atau kondisi sudah berat. Teknik seperti Winograd, Vandenbos, Howard, dan Noel memiliki keunggulan masing-masing dalam menurunkan rekurensi dan memperbaiki aspek kosmetik. Sebaliknya, metode seperti avulsi kuku dan eksisi nail bed sudah sangat jarang digunakan karena risiko komplikasi yang tinggi.

Referensi