Progres Vaksin Virus Chikungunya

Oleh :
dr.Lilik Maulidyatus Sholikhah, Sp.PD

Saat ini sudah ada vaksin virus chikungunya yang disetujui untuk penggunaan klinis, serta ada juga yang masih di fase awal uji preklinik. Di Amerika Serikat, vaksin virus chikungunya yang telah melewati uji klinis dan disetujui oleh FDA ada dua, yaitu vaksin IXCHIQ dan vaksin VIMKUNYA.[1,2]

Kemajuan Vaksin Virus Chikungunya

Virus chikungunya termasuk golongan arbovirus yang ditransmisikan melalui gigitan nyamuk genus Aedes, khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Cara transmisi tersebut menyebabkan penularan infeksi virus chikungunya luas, cepat, dan sporadis. WHO juga menyatakan infeksi chikungunya sebagai infeksi re-emerging dan wabah ini masih menjadi endemis di negara Asia, termasuk Indonesia.[1,3-5]

Progres Vaksin Virus Chikungunya

Jenis Vaksin Virus Chikungunya Saat Ini

Vaksin virus chikungunya yang dikembangkan saat ini ada lima, tetapi yang telah melewati seluruh fase uji klinis dan disetujui penggunaannya hanya dua, yaitu vaksin VLA1553 (IXCHIQ) dan vaksin PXVX0317 (VIMKUNYA).[1,2,6]

Vaksin IXCHIQ:

Vaksin VLA1553 atau yang dikenal dengan vaksin IXCHIQ merupakan vaksin hidup, yaitu vaksin yang berasal virus chikungunya yang telah dilemahkan. Struktur vaksin IXCHIQ berasal dari virus chikungunya yang bagian asam amino 62 nsP3 dihilangkan dan diganti dengan penghubung asam amino lain yaitu AYRAAAG.

Struktur tersebut telah diuji stabilitas genetiknya dan didapatkan tidak ada peningkatan titer sehingga diharapkan tidak terjadi mutasi genetik ketika ditransferkan ke tubuh. Mekanisme kerja vaksin hidup IXCHIQ adalah dengan menginduksi infeksi ringan dan viremia transien untuk merangsang respons imun tubuh, sehingga banyak pasien yang mendapat vaksin ini akan mengalami efek samping demam, nyeri sendi dan otot, serta nyeri kepala.

Keunggulan utama vaksin ini adalah kemampuannya untuk bereplikasi, yang menghasilkan imunogenisitas dan efek protektif yang lebih tinggi dibandingkan vaksin non-replikatif. Meski demikian, karena merupakan vaksin hidup, IXCHIQ dikontraindikasikan pada individu imunokompromais. Vaksin ini juga dikontraindikasikan pada individu dengan riwayat alergi berat, seperti reaksi anafilaktik, terhadap komponen vaksin.

Dari aspek regulasi, vaksin ini telah menyelesaikan uji klinis fase III, dan pada tahun 2023 telah mendapat persetujuan FDA untuk didistribusikan secara komersial. Indikasi penggunaan:

  • Individu usia ≥18 tahun yang akan melakukan perjalanan ke daerah endemis chikungunya.[1,2,6]

Vaksin VIMKUNYA:

Vaksin VIMKUNYA adalah vaksin VLP (virus like particle) yang berasal dari suatu partikel yang menyerupai struktur protein E3, E2, 6K, dan E1 virus chikungunya, tetapi tidak mengandung RNA virus chikungunya sehingga diharapkan risiko terjadi infeksi saat ditransfer ke tubuh tidak ada. Meski secara teori imunogenisitas vaksin ini di bawah vaksin hidup, keunggulan utamanya adalah profil keamanan yang lebih baik, khususnya pada populasi dengan kondisi medis khusus.

Hingga saat ini, vaksin VIMKUNYA masih dalam tahap evaluasi lanjutan untuk populasi imunokompromais. Belum ada data yang secara eksplisit menyatakan keamanannya pada kelompok tersebut, namun secara umum vaksin VLP tergolong aman pada populasi ini dan pada kehamilan.

Dari sisi perkembangan regulasi, vaksin ini memasuki tahap percepatan uji klinis fase III pada tahun 2024, dan telah mendapatkan persetujuan FDA pada Februari 2025 untuk digunakan pada populasi usia ≥12 tahun.[1,2,6]

Efikasi Vaksin Virus Chikungunya Menurut Bukti Ilmiah

Sudah ada beberapa bukti mengenai efikasi vaksin IXCHIQ dan VIMKUNYA, baik dari uji preklinik maupun uji klinik.[1,7]

Basis Bukti Vaksin IXCHIQ

Uji preklinik dan uji klinik terkait efikasi vaksin IXCHIQ umumnya dilakukan dengan parameter utama berupa imunogenisitas, efek protektif, dan durasi kekebalan. Pada uji preklinik awal, vaksin diuji pada model hewan tikus, disuntikkan secara subkutan di paha dengan dosis 10⁴ dan 10⁵ PFU (plaque-forming units). Imunogenitas diukur menggunakan titer antibodi IgG dan neutralizing antibody (Nab). Selain itu, respons sel T CD8+ juga dianalisis dengan uji interferon-γ ELISPOT.

Hasil menunjukkan bahwa seluruh tikus yang menerima dua dosis vaksin membentuk antibodi IgG dan meningkatkan titer Nab secara bermakna, berkisar antara 10¹ hingga <10⁴ genom/mL. Studi ini kemudian dilanjutkan pada kera, yang disuntikkan dosis tunggal 10⁵ PFU dan dimonitor hingga hari ke-81 pascavaksin. Puncak respons Nab terjadi pada hari ke-2 hingga ke-4 dengan titer antara 10³ hingga 10⁶ genom/mL.

Dalam uji klinis fase I, vaksinasi diberikan pada 120 subjek dengan tiga dosis berbeda (rendah, sedang, tinggi) dan menerima satu kali imunisasi, diikuti dengan revaksinasi dosis tinggi pada bulan ke-6 atau ke-12. Hasil menunjukkan bahwa imunogenisitas vaksin tinggi, dengan 100% serokonversi pada hari ke-14 dan Nab bertahan hingga 1 tahun pasca vaksinasi tunggal.

Selanjutnya, dalam uji fase III, 4.128 peserta sehat usia ≥18 tahun dibagi secara acak (3:1) untuk menerima 1 dosis vaksin atau plasebo. Hasil menunjukkan bahwa 98,9% peserta yang menerima vaksin ini mencapai titer Nab protektif pada hari ke-28, terlepas dari usia pasien.[1,8]

Basis Bukti Vaksin VIMKUNYA

Dalam uji preklinik, vaksin disuntikkan pada tikus dan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya menerima normal salin sebagai plasebo. Hasil menunjukkan bahwa tikus yang menerima vaksin menghasilkan titer Nab yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Selanjutnya, studi preklinik pada primata dilakukan dengan pemberian vaksin 3 kali, yaitu pada minggu ke-0, 4, dan 24. Hasil menunjukkan peningkatan progresif titer Nab setelah tiap dosis.

Berbeda dengan IXCHIQ, evaluasi efek protektif vaksin VIMKUNYA dilakukan secara lebih awal pada tahap preklinik. Kera yang telah menerima 3 dosis vaksin kemudian diinokulasi virus chikungunya pada minggu ke-15. Hasil menunjukkan tidak terdeteksinya viremia pada hari ke-2 setelah paparan virus, menunjukkan tingkat proteksi steril yang tinggi.

Uji klinis fase 1 dilakukan pada 25 orang dewasa sehat usia 18–50 tahun. Partisipan studi menerima 3 kali vaksinasi (minggu ke-0, 4, dan 20) dengan dosis 10 µg, 20 µg, atau 40 µg. Hasil menunjukkan bahwa vaksin ini menimbulkan respons imun yang kuat, dengan peningkatan signifikan titer Nab setelah vaksinasi kedua dan ketiga di semua kelompok dosis.

Uji fase 3 melibatkan 3.254 individu sehat usia 12–64 tahun. Partisipan menerima 1 dosis vaksin atau plasebo, dengan imunogenisitas dinilai berdasarkan titer Nab. Hasil menunjukkan tingkat serorespons (SRR) 98% pada hari ke-22 pada kelompok vaksin, dengan respons imun mulai muncul sejak hari ke-8 dan bertahan hingga hari ke-183.[1,7,9]

Aspek Keamanan Vaksin Virus Chikungunya

Kebanyakan data dari uji klinis mengindikasikan bahwa vaksin virus chikungunya memiliki profil keamanan yang baik, dengan angka kejadian efek samping serius yang rendah dan sebagian besar tidak berhubungan langsung dengan vaksin.

Pada uji klinis fase 3 dari vaksin IXCHIQ, hanya 2 efek samping serius yang dilaporkan, yakni inappropriate antidiuretic hormone secretion syndrome dan myalgia. Pada uji klinis fase 3 vaksin VIMKUNYA, efek samping yang paling umum adalah myalgia, lelah, dan nyeri kepala.[8,9]

Permasalahan Klinis Mengenai Vaksin Virus Chikungunya yang Masih Memerlukan Studi Lanjutan

Masih terdapat beberapa pertanyaan klinis yang belum terjawab dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Pertama adalah efek dari pajanan sebelumnya terhadap chikungunya atau alfavirus lain, mengingat hingga saat ini belum ada uji klinis yang dilakukan di daerah endemis.

Permasalahan kedua adalah durasi imunitas yang dihasilkan belum diketahui secara pasti, karena uji klinis yang telah dilakukan hanya memiliki masa tindak lanjut hingga dua tahun. Saat ini, sebuah studi tengah berlangsung untuk menilai imunitas jangka panjang hingga lima tahun. Terakhir, data mengenai keamanan dan respons imun pada anak, lansia, individu dengan gangguan imun, serta ibu hamil juga masih belum tersedia.[1]

Kesimpulan

Saat ini, sudah ada dua vaksin virus chikungunya yang sudah melewati uji klinis fase 3 dan disetujui penggunaannya secara klinis, yakni vaksin IXCHIQ dan vaksin VIMKUNYA. Vaksin IXCHIQ merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan, sedangkan vaksin VIMKUNYA merupakan vaksin VLP (virus like particle).

Kedua vaksin tersebut telah terbukti efektif, memiliki imunogenisitas yang adekuat, dan profil keamanan yang baik terhadap virus chikungunya. Di Amerika Serikat, kedua vaksin tersebut telah mendapat izin edar untuk penggunaan di praktik bagi pasien dewasa usia di atas 18 tahun.

Atas dasar perkembangan tersebut, diharapkan bahwa kedua vaksin virus chikungunya ini juga akan segera mendapat izin edar di Indonesia. Meski begitu, perlu diperhatikan bahwa masih diperlukan studi lebih lanjut untuk memastikan keamanan vaksin virus chikungunya di wilayah endemis seperti Indonesia, karena dampak dari riwayat pajanan chikungunya terhadap efikasi dan keamanan vaksin masih belum diketahui.

Selain itu, data mengenai durasi kekebalan atau imunogenisitas juga belum tersedia secara lengkap, mengingat tindak lanjut uji klinis yang telah dilakukan sejauh ini hanya berlangsung hingga dua tahun. Saat ini, vaksin virus chikungunya baru diuji coba pada dewasa sehat, sehingga diperlukan penelitian tambahan untuk menilai efektivitas dan keamanannya pada anak, ibu hamil, individu dengan gangguan imun, serta pasien lansia.

Referensi