Risiko Infeksi Nosokomial dari Saluran Air di Rumah Sakit

Oleh :
dr. Adrian Prasetio

Risiko infeksi nosokomial dari saluran pembuangan air di rumah sakit mulai mendapat perhatian karena saluran tersebut dilaporkan dapat menjadi reservoir untuk bakteri Gram negatif. Hal ini terutama mulai banyak dipelajari dan direncanakan intervensinya di unit perawatan intensif atau ICU, karena berisiko bagi pasien.[1-3]

Infeksi nosokomial atau infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah infeksi yang terjadi ketika mendapatkan pelayanan kesehatan baik di dalam rumah sakit atau di fasilitas pelayanan kesehatan lain, yang muncul dalam 48 jam atau lebih setelah admisi. Infeksi nosokomial berkaitan dengan angka kematian yang tinggi, durasi perawatan yang lebih panjang, dan beban ekonomi yang tinggi. Saat ini diperkirakan 7% pasien di negara maju dan 10% pasien di negara berkembang terkena infeksi nosokomial.[1,2]

Close-up,Washing,Cleaning,Hand,With,Soap,Water,Hygiene,In,Sink

Pengaruh Saluran Air terhadap Risiko Infeksi Nosokomial

Salah satu sumber infeksi nosokomial adalah saluran air, yaitu wastafel dan pipa air. Infeksi nosokomial berbasis saluran air ini merepresentasikan 22% infeksi nosokomial di Amerika Serikat dan menyebabkan 1.400 kematian setiap tahun di Perancis.[3,4]

Penelitian menemukan pertumbuhan bakteri Gram negatif yang resistan obat, seperti Escherichia coli resistan penicillin, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii, Stenotrophomonas maltophilia, dan Clostridioides difficile dalam saluran tersebut. Hal ini berisiko menyebabkan infeksi pada pasien yang rentan.[3,4]

Ruangan dengan saluran air menunjukkan kolonisasi bakteri yang lebih tinggi, terutama ruangan rawat intensif (ICU). Kontaminasi bakteri dapat berasal dari percikan air di sekitar wastafel, pipa air yang terkontaminasi, U-trap yang menyulitkan drainase air, wastafel yang kurang besar, dan faktor tenaga medis. Pembentukan biofilm bakteri juga berperan dalam melindungi pertumbuhan bakteri dari agen pembersih.[3-5]

Wastafel di rumah sakit dapat menjadi reservoir bagi bakteri patogen, terutama pada saluran pembuangan wastafel. Desain wastafel, termasuk posisi dan bentuk wadah wastafel akan memengaruhi seberapa jauh dan seberapa sering terjadi percikan air yang terkontaminasi.[6,7]

Umumnya keran yang berada langsung di atas saluran pembuangan air memiliki risiko penyebaran yang lebih tinggi. Selain itu, penempatan wastafel yang melebihi kebutuhan sehingga jarang digunakan, jarak yang terlalu dekat (dalam 2 meter) dengan pasien atau peralatan medis, dan penempatan yang tidak pas juga akan meningkatkan risiko infeksi.[6,7]

Peran Tenaga Medis dalam Infeksi Nosokomial dari Saluran Air

Tenaga medis dapat berperan menyebarkan bakteri patogen di lingkungan rumah sakit. Umumnya terdapat dua jalur transmisi terkait saluran air, yaitu tidak menggunakan wastafel dengan benar dan jarak peralatan medis dengan saluran pembuangan.[8]

Dalam hal pembuangan cairan limbah medis, risiko penularan infeksi terjadi ketika tenaga medis perlu berjalan melewati beberapa ruangan untuk mencapai ruangan pembuangan. Jarak yang jauh antara ruangan perawatan dan tempat pembuangan limbah medis dapat membuat tenaga medis membuangnya melalui wastafel.[4,8]

Lowe, et al. tahun 2012 melaporkan adanya wabah yang terjadi akibat tenaga medis yang membuang limbah medis ke dalam wastafel. Sisa antibiotik hasil pengenceran obat yang dibuang melalui drainase wastafel juga dapat meningkatkan resistansi dan risiko infeksi nosokomial yang serius.[4,8]

Posisi wastafel yang dekat dengan peralatan pasien berisiko menyebabkan kontaminasi silang. Beberapa penelitian menemukan bahwa persiapan kantong dialisat dan cairan infus dekat dengan wastafel menyebabkan kontaminasi dan infeksi. Hal ini diperparah dengan desain wastafel tanpa pelindung di kedua sisi dan keran yang tepat di atas saluran drainase, yang dapat menyebabkan penyebaran bakteri secara aerosol.[3,8]

Intervensi Infeksi Nosokomial terkait Saluran Air

Ada beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko infeksi terkait saluran air di fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu disinfeksi, penggunaan filter, desain wastafel yang baik, dan intervensi water-free.[8-12]

Disinfeksi

Pencegahan terhadap kontaminasi drainase dari wastafel cukup sulit dilakukan karena desain pipa saluran pembuangan sering kali sempit dan terfiksasi sehingga tidak mudah disikat sebelum dicuci dengan disinfektan. Menggunakan cairan saja kurang efektif karena waktu paparan terhadap saluran yang cepat, sehingga menurunkan penetrasi terhadap biofilm dari mikroorganisme dalam drainase.[9]

Salah satu cara untuk meningkatkan paparan terhadap disinfektan adalah dengan menggunakan disinfektan berbahan busa. Busa memiliki paparan yang lebih lama dan penetrasi yang lebih tinggi terhadap mikroorganisme. Berdasarkan studi, disinfektan berbahan dasar busa lebih efektif dibandingkan disinfektan cairan untuk menurunkan jumlah bakteri dalam drainase, termasuk basil Gram negatif. Bahan dasar yang dapat digunakan antara lain hidrogen peroksida, asam asetat, klorin, dan surfaktan.[8,9]

Penggunaan Filter

Masuknya materi biologis yang dibuang ke dalam drainase dapat menjadi penyebab pertumbuhan mikroorganisme dalam pipa. Pemasangan filter pada drainase wastafel dapat membantu mengurangi materi biologis ini. Dalam satu penelitian, filter drainase menurunkan jumlah bakteri Gram negatif yang masuk ke drainase. Namun, kekurangan dari filter ini adalah mudah bocor, kontaminasi bakteri, dan menurunkan tekanan air, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan rutin.[8,9]

Desain Wastafel yang Tepat

Dalam konsep ruangan rawat intensif bebas air, satu wastafel ditempatkan di dalam ruangan sluice dan satu scrub sink dalam ruangan perawatan utama. Wastafel perlu dikelilingi dengan pelindung pada kedua sisi untuk mencegah percikan ke bagian lain ruangan.[4,8,10]

Selain itu, ada wadah filtrasi untuk melindungi saluran pembuangan dengan support arm untuk mengurangi kontak dengan wadah tersebut. Tembaga memiliki aktivitas antimikroba. Penggunaan pipa berbahan dasar tembaga dapat menjaga kebersihan air dan mengurangi jumlah mikroorganisme dalam saluran pembuangan.[4,8,10]

Intervensi Water-Free

Banyaknya laporan mengenai infeksi nosokomial melalui saluran air membuat muncul rekomendasi peniadaan air dalam ruangan perawatan. Pendekatan ini menyarankan untuk mengganti wastafel dengan produk tanpa air, seperti mandi dengan tisu basah sekali pakai, dan menggunakan air kemasan untuk minum dan perawatan mulut.[11,12]

Penerapan ini dapat dilakukan di ruang rawat intensif dengan menggunakan drainase khusus untuk pembuangan limbah yang jauh dari lokasi perawatan pasien dan daerah persiapan obat. Penelitian menunjukkan penurunan signifikan dalam angka infeksi dan kolonisasi bakteri setelah penerapan intervensi water-free.[11,12]

Kesimpulan

Infeksi nosokomial melalui saluran air di rumah sakit, terutama di ICU, menjadi masalah yang signifikan karena bakteri resistan obat dapat berkembang dalam saluran dan pipa air. Faktor seperti desain wastafel yang buruk dan praktik tenaga medis yang tidak sesuai dapat meningkatkan risiko penyebaran bakteri. Biofilm yang terbentuk pada dinding pipa dan percikan air dari wastafel juga mempersulit pencegahan infeksi.

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa intervensi telah diusulkan, seperti penggunaan disinfektan berbahan busa yang lebih efektif menembus biofilm, pemasangan filter pada drainase untuk mengurangi risiko kontaminasi, dan desain wastafel yang lebih aman. Intervensi water-free, seperti penggunaan tisu basah sekali pakai dan air kemasan untuk perawatan pasien, juga menunjukkan hasil yang baik dalam menurunkan infeksi.

Referensi