Berbagai penelitian menilai pemberian dexamethasone sebagai terapi adjuvan untuk mempercepat waktu pemulihan anak dengan pneumonia komunitas. Community–acquired pneumonia (CAP) merupakan penyakit infeksi serius yang masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Berdasarkan data UNICEF, terdapat 800.000 kematian anak setiap tahun di seluruh dunia akibat CAP.[1–6]
Sekilas Tentang Pneumonia Komunitas
Pneumonia komunitas atau community–acquired pneumonia (CAP) ditandai dengan adanya respon inflamasi kompleks yang dipicu oleh bakteri yang masuk ke ruang alveolar. Respon akut pada individu terinfeksi berupa migrasi neutrofil dan makrofag ke dalam alveolus yang terinfeksi, fagositosis patogen, serta pelepasan sitokin proinflamasi yang menguntungkan penderita selama terlokalisasi. Namun, respon inflamasi berlebihan akan memperburuk CAP sehingga menyebabkan kerusakan parenkim paru, gagal napas, bahkan syok sepsis.[1,6]
Pemberian kortikosteroid bertujuan untuk menghambat ekspresi sitokin proinflamasi yang dilepaskan selama infeksi CAP. Oleh karena itu, kortikosteroid sistemik seperti dexamethasone dikaitkan sebagai terapi adjuvan untuk mempercepat waktu pemulihan pasien anak dengan CAP.[4–6]
Kortikosteroid Sebagai Terapi Adjuvan pada Pasien Anak dengan Pneumonia Komunitas
Diperkirakan, terdapat 120 juta kasus CAP pada anak setiap tahunnya di seluruh dunia yang mengakibatkan 1,3 juta kematian. Metode diagnostik dan penatalaksanaan dengan antibiotik terus berkembang, tetapi angka kematian keseluruhan kasus CAP tetap sekitar 5−20%. Konsensus terbaru menyatakan bahwa penggunaan kortikosteroid sebagai terapi adjuvan berperan pada penyakit infeksi kritis, seperti meningitis bakterial, sepsis, dan syok sepsis.[5,7,8]
Kortikosteroid merupakan inhibitor kuat dari kaskade inflamasi dan menekan ekspresi sitokin proinflamasi, termasuk sitokin yang terlibat dalam respon inflamasi pada CAP. Penggunaan kortikosteroid sebagai adjuvan dalam penatalaksanaan CAP telah dievaluasi dalam banyak randomized controlled trial (RCT) selama beberapa dekade.[5,8]
Sebuah studi retrospektif oleh Weiss et al pada 36 rumah sakit, dengan jumlah subjek 20.703 anak berusia 1−18 tahun, menilai pemberian kortikosteroid sebagai terapi tambahan pada pasien anak dengan CAP. Penilaian dihubungkan dengan lama rawat inap atau length of stay (LOS). Hasil studi menunjukkan secara keseluruhan terapi kortikosteroid sistemik dikaitkan dengan penurunan LOS (HR 1,26; 95% CI, 1,20–1,32).[9]
Pada studi tersebut, didapatkan juga pemberian agonis beta saja tidak memberikan perbedaan signifikan pada LOS, tetapi pada pasien yang menerima agonis beta pada presentasi awal dan penambahan kortikosteroid sistemik terbukti menurunkan LOS (HR 1.36; 95% CI, 1.28–1.45). Temuan ini juga menunjukkan kemungkinan penyakit saluran napas reaktif yang terjadi bersamaan, seperti asma, juga mempengaruhi LOS pada pasien anak dengan CAP.[9]
Studi retrospektif lain dilakukan di klinik rawat jalan oleh Ambrogio et al dan melibatkan 2.244 anak menderita CAP yang menggunakan kortikosteroid sistemik sebagai terapi adjuvan. Studi mendapatkan hanya 2 pasien yang mengalami gagal terapi sehingga dirawat di rumah sakit. Sedangkan studi metaanalisis oleh Stern et al juga menunjukkan manfaat dari kortikosteroid terhadap waktu penyembuhan klinis pada anak dengan CAP, tetapi tidak dapat menilai hubungan dengan tingkat mortalitas.[9]
Dexamethasone untuk Pasien Anak dengan Pneumonia Komunitas Gejala Berat
Studi kohort oleh Nagy et al tahun 2013 memberikan hasil bahwa terapi imipenem disertai metilprednisolon selama 5 hari efektif pada pasien anak dengan CAP berat. Namun, diperlukan studi dengan jumlah subjek yang lebih besar untuk mempelajari lebih lanjut efek menguntungkan maupun efek samping pemberian kortikosteroid pada anak dengan CAP.[8,10]
Penelitian tahun 2017 dilakukan dengan desain case–control prospektif, melibatkan subjek 100 anak usia 1−14 tahun dengan CAP yang datang ke unit gawat darurat. Subjek dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok yang diberikan dexamethasone sebagai terapi adjuvan dan kelompok yang diberikan antibiotik saja. Dari penelitian tersebut, tidak terdapat perbedaan lama rawat inap yang bermakna pada kedua kelompok.[11]
Namun, dari penelitian ini terlihat bahwa pemberian dexamethasone dapat mengurangi lama rawat inap pasien dengan peningkatan Pneumonia Severity Index (PSI) dan C–Reactive Protein (CRP). Selain itu, terdapat hubungan antara penggunaan dexamethasone dengan penurunan CRP dan resolusi CAP, sehingga penggunaan dexamethasone dapat dipertimbangkan sebagai terapi adjuvan untuk pasien dengan PSI dan CRP tinggi.[11]
PSI menggunakan parameter klinis dan laboratorium yang dikelompokkan ke dalam 5 kategori risiko. PSI bertujuan untuk membantu mengidentifikasi pasien CAP yang dapat rawat jalan atau memerlukan rawat inap, serta sebagai prediktor mortalitas.[12]
Dexamethasone untuk Pasien Anak Pneumonia Komunitas Disertai Efusi Pleura
Sekitar 13% anak yang dirawat di rumah sakit karena CAP mengalami efusi pleura parapneumonia. Penelitian uji klinis acak dilakukan multisenter di Spanyol oleh Tagarro et al untuk menguji hipotesis bahwa pemberian dexamethasone dini bersamaan dengan antibiotik akan mempersingkat waktu pemulihan anak dengan CAP dan efusi pleura.[13]
Penelitian tersebut melibatkan subjek sejumlah 60 anak berusia 1−14 tahun yang menderita CAP dengan demam, batuk, serta gambaran infiltrat parenkim paru dan efusi pleura pada rontgen toraks. Subjek dikelompokkan menjadi dua kelompok.[9,13,14]
Kelompok pertama yang menerima dexamethasone intravena sebagai terapi adjuvan dengan dosis 0,25 mg/kgBB/dosis diberikan setiap 6 jam selama 48 jam, sedangkan kelompok satunya diberikan plasebo intravena. Semua anak dari kedua kelompok bersamaan diberikan terapi antibiotik standar selama total 15 hari. Pemberian antibiotik dialihkan dari intravena ke oral setelah anak tidak demam.[9,13,14]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara signifikan waktu median untuk pemulihan pasien yang menerima dexamethasone lebih pendek daripada pasien yang menerima plasebo (109 jam vs 177 jam; P = 0,037). Waktu median untuk pemulihan pasien menerima dexamethasone adalah 76 jam atau 3,1 hari, yaitu 14 jam atau 0,5 hari lebih pendek daripada mereka yang menerima plasebo.[9,13,14]
Keamanan Kortikosteroid pada Pasien Anak dengan Pneumonia komunitas
Studi metaanalisis oleh Horita et al tahun 2015 mengungkapkan secara umum pasien dalam kelompok menerima kortikosteroid sistemik mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalami efek samping dan hiperglikemia, akan tetapi komplikasi serius tidak meningkat sebagian besar.[8]
Uji multisenter oleh Tagarro et al di Spanyol melibatkan subjek 60 anak usia 1−14 tahun dengan CAP dan efusi pleura parapneumonia. Hasil uji didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam komplikasi atau efek samping antara kelompok yang menggunakan dexamethasone sebagai terapi adjuvan dan plasebo.[9,13,14]
Namun, 1 anak di kelompok kortikosteroid mengalami hiperglikemia dan membutuhkan insulin. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dexamethasone aman dan efektif sebagai terapi adjuvan pada CAP dengan efusi pleura parapneumonia.[9,13,14]
Kesimpulan
Berbagai penelitian mendapatkan bahwa pemberian kortikosteroid, termasuk dexamethasone, sebagai terapi adjuvan untuk pasien anak dengan pneumonia komunitas (community–acquired pneumonia/CAP) dapat mempersingkat lama rawat di rumah sakit. Terutama pada pasien anak dengan gejala berat, yaitu pasien yang mengalami peningkatan Pneumonia Severity Index (PSI) dan C–Reactive Protein (CRP), serta efusi parapneumonia.
Penggunaan jangka pendek selama 5 hari akan memberikan hasil lebih efektif untuk menurunkan risiko komplikasi daripada jangka panjang. Tidak direkomendasikan pemberian kortikosteroid secara rutin pada anak dengan CAP.[8,11]
Penulisan pertama: dr. Hunied Kausar
Direvisi oleh: dr. Qanita Andari