Bahaya Penggunaan Oksigen pada Penyakit Akut

Oleh :
dr. Immanuel Natanael Tarigan

Oksigen sering kali digunakan sebagai salah satu terapi penyakit akut tanpa aturan penggunaan yang jelas. Padahal, terdapat risiko bahaya penggunaan oksigen yang tidak perlu berupa reaksi inflamasi dan kerusakan sel akibat peningkatan reactive oxygen species (ROS).

Penggunaan oksigen pada penyakit tertentu sudah memiliki panduan mengenai volume aliran dan durasinya, misalnya pada sindrom koroner akut. Namun, untuk kebanyakan penyakit, penggunaannya tidak berdasar pada aturan pasti dan hanya berdasar kepada pengetahuan, pengalaman dan penilaian klinis dokter untuk menentukan pemberian oksigen pada pasien. Penilaian klinis seperti penampilan pasien yang sesak, tanda-tanda hipoksia dapat menjadi penanda bahwa pasien membutuhkan terapi oksigen. Sudah seharusnya oksigen dianggap sebagai obat dengan aturan indikasi, cara pemberian, dan dosis.

Oksigen banyak digunakan sebagai bagian terapi pasien akut. Pasien akut diartikan sebagai pasien dengan gejala penyakit tertentu yang masuk ke rumah sakit, bukan pasien yang sudah lama dirawat. Dalam penelitian ditemukan bahwa sebanyak 50 hingga 84% pasien yang mendapat terapi oksigen di rumah sakit mendapatkan terapi oksigen berlebihan sebagai upaya penatalaksanaan hipoksemia. Dalam sebuah penelitian di Inggris, ditemukan bahwa sebanyak 34% pasien dalam transport dengan ambulans, 25% pasien yang di ruang gawat darurat dan 15% dari semua pasien yang dirawat di rumah sakit mendapatkan terapi oksigen.[1]

Referensi