Carpal Tunnel Syndrome pada Pemain Electronic Sports

Oleh :
dr. Nindy Adhilah

Saat ini, popularitas electronic sports (E-sports) terus meningkat, padahal olahraga ini telah banyak dihubungkan dengan risiko carpal tunnel syndrome. E-sports didefinisikan sebagai aktivitas bermain gim komputer melawan orang lain di internet, seringkali untuk mendapatkan uang, ditonton oleh orang lain menggunakan internet, umumnya pada acara-acara khusus.

Untuk dapat berkompetisi dalam level elit, atlet sering kali perlu berlatih selama 12-15 jam sehari di depan konsol, mengoperasikan mouse komputer. Selama latihan ini, atlet akan banyak melakukan gerakan repetitif dalam postur suboptimal, yang kemudian dihubungkan dengan kejadian carpal tunnel syndrome.[1]

International Olympic Committee (IOC) telah mengakui E-sports sebagai cabang olahraga sejak tahun 2017 dan seri virtual Olimpiade pertama akan diadakan oleh IOC pada tahun 2021 sebelum Olimpiade Tokyo. Hal ini ikut didukung universitas-universitas di Amerika Serikat yang telah mengadakan program beasiswa untuk atlet-atlet E-sports. E-sports juga telah digelar pada Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang, serta akan menjadi cabang olah raga resmi dengan raihan medali resmi pada Asian Games ke-19 di Hangzhou.[1,2,7,8]

Referensi