Nebulisasi furosemide diharapkan dapat mengatasi keterbatasan penggunaan furosemide intravena dalam terapi edema paru. Furosemide merupakan terapi yang paling banyak digunakan dalam penanganan edema paru. Meski demikian, furosemide intravena berkaitan dengan efek samping sistemik seperti hipotensi, gangguan ginjal, dan gangguan keseimbangan elektrolit. Pemberian secara inhalasi diharapkan dapat membantu menghindari efek tidak diinginkan tersebut.[1]
Edema paru didefinisikan sebagai akumulasi abnormal dari cairan ekstraseluler pada parenkim paru. Proses ini menyebabkan gangguan pertukaran gas di tingkat alveoli, yang dapat berkembang menyebabkan gagal napas.
Loop diuretic intravena merupakan komponen esensial dari terapi edema paru dan panduan klinis terkini menyarankan diuretik intravena sebagai terapi lini pertama. Furosemide merupakan diuretik yang paling sering digunakan.[2,3]
Peran Furosemide dalam Penanganan Edema Paru
Diuretik menurunkan reabsorpsi dari natrium (Na+) pada tubulus ginjal spesifik yang mengakibatkan peningkatan dari ekskresi air dan natrium. Loop diuretic dapat menghambat proporsi terbesar dari reabsopsi Na+ dengan bekerja pada thick ascending limb of the loop of Henle. Furosemide menghambat kotransport natrium-kalium-klorida (Na+ - K+ - 2Cl) pada membran apikal dari sel epitel tubular pada thick ascending limb.[4]
Berbagai studi terdahulu telah mengindikasikan bahwa furosemide efektif dalam terapi edema paru akut yang berkaitan dengan kelebihan cairan. Meski demikian, perlu diingat bahwa furosemide menurunkan preload dan perlu digunakan berhati-hati pada pasien dengan penurunan volume intravaskular.
Berdasarkan profil farmakologinya (Tabel 1), pemberian furosemide rute intravena disukai karena kerjanya yang cepat. Dosis yang digunakan biasanya berkisar antara 40-80 mg. Dosis yang lebih tinggi dilaporkan menghasilkan perbaikan dyspnea yang lebih besar, tetapi juga berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dan kebutuhan rawat intensif (ICU) yang lebih tinggi.[5]
Tabel 1. Profil Singkat Farmakologi Furosemide
Rute terapi | Waktu Kerja | Kadar Puncak | Lama Durasi Kerja |
Oral | 45 hingga 60 menit | 2 jam | 5 – 7 Jam |
Intramuskular | 5 hingga 20 menit | Tidak diketahui | 3 – 7 jam |
Intravena | 2 menit | 20 menit | 1 jam 45 menit |
Sumber: dr. IB Komang Arjawa, Alomedika, 2022.[6]
Penggunaan Nebulisasi Furosemide
Beberapa penelitian menganalisis penggunaan nebulisasi atau inhalasi furosemide pada berbagai kondisi klinis, termasuk pada edema paru. Dalam sebuah studi eksperimental yang melibatkan 24 pria sehat, pemberian nebulisasi furosemide 40 dan 120 mg dilaporkan tidak mempengaruhi tingkat rasa sesak saat berolahraga.[7] Begitu pula dalam studi lain yang melibatkan 12 sukarelawan sehat yang diinduksi sesak dengan hiperkapnia terkontrol, nebulisasi furosemide tidak ditemukan menyebabkan pengurangan keluhan sesak dibandingkan plasebo.[8]
Bukti Ilmiah pada Pasien dengan Edema Paru
Dalam sebuah uji klinis yang melibatkan 125 pasien dengan edema paru kardiogenik akut, tidak didapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mendapat nebulisasi furosemide dengan kelompok yang mendapat cairan salin normal dalam hal laju respirasi, saturasi oksigen, dan perubahan auskultasi paru. Tidak ada pula perbedaan signifikan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, maupun denyut nadi. Oleh karenanya, disimpulkan bahwa nebulisasi furosemide tidak memiliki efek pada edema paru.[1]
Dalam uji klinis lain (2021) yang membandingkan furosemide intravena dengan nebulisasi furosemide pada 80 pasien edema paru, dilakukan pengacakan dimana satu grup mendapat nebulisasi 1 mg furosemide selama 20 menit dan grup lainnya mendapat furosemide intravena dengan dosis 1 mg/kg.
Hasil studi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antar kedua grup pada rerata oksigen darah arteri hingga 30 menit setelah perlakuan. Meski demikian, pada 60 menit setelah perlakuan nebulisasi secara signifikan meningkatkan oksigen darah arteri. Kemudian dalam 120 menit setelah perlakuan, oksigen arteri darah lebih meningkat pada kelompok furosemide intravena dibandingkan nebulisasi furosemide.
Rerata laju napas per menit pada menit ke-60 dan 120 setelah perlakukan pada grup nebulisasi secara signifikan lebih rendah dibandingkan grup intravena. Tidak didapatkan perbedaan signifikan pada rerata keparahan rasa sesak, tingkat keparahan berkeringat, dan tingkat keparahan crackles antara kedua grup. Penelitian ini menyimpulkan bahwa didapatkan efek menguntungkan dari nebulisasi furosemide yang dapat menjadi terapi tambahan pada terapi standar edema paru yang ada dan membantu kontrol yang lebih baik dari edema paru dalam jangka singkat.[9]
Kesimpulan
Furosemide sebagai salah satu loop diuretic merupakan komponen esensial dalam terapi edema paru. Panduan terkini menyatakan bahwa diuretik intravena yang dikombinasikan dengan nitrat dan nitrogen adalah terapi pilihan pertama edema paru. Beberapa studi yang lebih baru mencoba mengevaluasi efikasi pemberian furosemide nebulisasi pada pasien edema paru. Apabila dibandingkan dengan inhalasi plasebo, furosemide nebulisasi nampaknya tidak memberi efek bermakna. Apabila dibandingkan dengan furosemide intravena, efek dari furosemide nebulisasi mungkin ada walaupun kecil dan dapat bermanfaat dalam jangka singkat. Meski demikian, uji klinis acak terkontrol skala lebih besar masih diperlukan untuk menarik kesimpulan lebih baik.