Obat golongan benzodiazepine sering digunakan dalam manajemen insomnia pada lansia. Padahal telah banyak laporan terkait risiko yang ditimbulkan benzodiazepine pada populasi ini.
Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan terbanyak pada pasien lansia. Beberapa organisasi medis dan psikiatri telah menyarankan untuk tidak menggunakan benzodiazepine pada lansia, karena telah banyak laporan yang mengaitkan penggunaannya dengan defisit kognitif, ketergantungan, hingga peningkatan risiko jatuh.[1-3]
Ulasan Singkat Peran Benzodiazepine pada Insomnia
Secara umum, insomnia dapat diobati dengan terapi nonfarmakologis, seperti cognitive behavioural therapy (CBT); dan terapi farmakologis yang mencakup obat golongan benzodiazepine, hipnotik non-benzodiazepine, agonis reseptor melatonin, antidepresan, antipsikotik, ataupun antihistamin. Obat golongan benzodiazepine diketahui dapat mengurangi gejala insomnia dengan mengurangi latensi tidur, meningkatkan durasi tidur, serta menurunkan frekuensi terbangun di malam hari. Contoh benzodiazepine yang umum digunakan dalam manajemen insomnia adalah diazepam, clonazepam, flurazepam, lorazepam, temazepam, oxazepam, dan triazolam.[1,3,4]
Prevalensi insomnia pada lansia lebih tinggi dibandingkan pasien dewasa muda, serta kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sebanyak hampir 50% lansia mengeluhkan adanya gejala gangguan tidur, dimana prevalensi insomnia berkisar antara 12% hingga 20%. Pemberian farmakoterapi untuk insomnia pada lansia perlu berhati-hati, karena populasi ini cenderung memiliki lebih banyak penyakit komorbid dan mengonsumsi berbagai obat yang dapat meningkatkan risiko efek samping dan interaksi obat.[2,4]
Risiko Pemberian Benzodiazepine pada Lansia
Pada lansia, terjadi penurunan massa tubuh bebas lemak, peningkatan lemak tubuh, dan penurunan cairan serta protein plasma tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi obat yang tidak terikat dalam darah dan pemanjangan waktu paruh obat sehingga meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat. Meskipun benzodiazepine dapat bermanfaat dalam mengurangi gejala insomnia, pemberian obat ini pada lansia berkaitan dengan kejadian beberapa efek samping yang dapat membahayakan pasien, antara lain peningkatan risiko jatuh, patah tulang, kecelakaan lalu lintas, serta gangguan kognitif.[3,4]
Risiko Jatuh dan Cedera Terkait Jatuh
Sebuah penelitian yang melibatkan penghuni panti jompo di Boston menunjukkan adanya peningkatan risiko jatuh yang signifikan setelah pemberian benzodiazepine, baik itu golongan kerja singkat maupun kerja panjang, serta dalam dosis rendah maupun dosis tinggi. Kejadian jatuh diduga dipengaruhi efek samping obat yaitu efek sedasi, gangguan keseimbangan, serta refleks yang lambat.
Studi lain di Taiwan menunjukkan hal yang serupa yaitu adanya peningkatan risiko cedera akibat jatuh yang membutuhkan rawat inap pada lansia yang mengonsumsi benzodiazepine. Cedera yang dapat diakibatkan dari kejadian jatuh pada lansia adalah patah tulang, luka laserasi, serta cedera otak traumatik. Hal ini juga didukung dengan adanya bukti ilmiah yang menunjukkan peningkatan risiko patah tulang pinggul akibat penggunaan benzodiazepine pada lansia.[5-8]
Risiko Kecelakaan Kendaraan Bermotor
Di Amerika Serikat, dalam 20 tahun terakhir, dilaporkan terjadi kenaikan angka kejadian kecelakaan lalu lintas yang berkaitan dengan penggunaan obat, salah satunya adalah benzodiazepine. Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi antara penggunaan benzodiazepine dengan kontrol saat mengemudi. Pengemudi yang mendapatkan pengobatan benzodiazepine memiliki risiko yang lebih tinggi menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Risiko meningkat seiring dengan dosis obat yang lebih tinggi dan waktu paruh obat yang lebih panjang.[9,10]
Pengaruh Terhadap Fungsi Kognitif
Efek benzodiazepine terhadap fungsi kognitif pada lansia masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Sebuah meta analisis yang dilakukan Liu et al menunjukkan bahwa penggunaan benzodiazepine sesuai dengan anjuran dokter tidak berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif global yang dinilai dengan Mini Mental State Examination (MMSE). Akan tetapi, terdapat penurunan fungsi kognitif dalam aspek kecepatan pemrosesan informasi yang dinilai dengan digit symbol test. Sementara itu, pada subjek dengan benzodiazepine use disorder, terdapat penurunan hasil MMSE yang signifikan.[11]
Risiko Penyalahgunaan
Selain risiko yang telah disebutkan di atas, penggunaan benzodiazepine jangka panjang dapat menyebabkan adiksi. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya overdosis dan kematian, terutama saat dikonsumsi bersamaan dengan obat lain, seperti opioid yang mungkin digunakan lansia untuk mengatasi keluhan nyeri akibat komorbiditas yang dimilikinya.[2,4,12,13]
Kapan Benzodiazepine dapat Dipertimbangkan Penggunaannya pada Lansia
Berdasarkan kriteria Beers, penggunaan benzodiazepine sebagai tata laksana insomnia pada lansia sebaiknya dihindari karena banyaknya efek samping yang ditimbulkan. Beberapa kondisi pada lansia dimana penggunaan benzodiazepine dapat dipertimbangkan antara lain:
- Epilepsi
- Rapid eye movement sleep behavior disorder
- Benzodiazepine withdrawal
- Ethanol withdrawal
Gangguan cemas menyeluruh derajat berat
- Penggunaan untuk anestesi
Pada kondisi insomnia pasien lansia, terapi nonfarmakologis, seperti sleep hygiene dan CBT, lebih disarankan untuk dilakukan karena memiliki efikasi yang setara dengan obat sedatif. Selain itu, CBT dinilai mampu untuk menjaga kualitas tidur dalam jangka panjang.[4,8,13]
Kesimpulan
Penggunaan benzodiazepine sebagai tata laksana insomnia pada lansia merupakan hal yang umum dilakukan. Padahal, telah banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pemberian benzodiazepine pada lansia meningkatkan risiko terjadinya jatuh, patah tulang pinggul, serta kecelakaan lalu lintas. Hal ini berkaitan dengan efek sedatif benzodiazepine, gangguan keseimbangan, serta refleks yang lambat. Selain itu, penggunaan benzodiazepine jangka panjang dapat menyebabkan adiksi, yang akan meningkatkan risiko overdosis dan kematian.
Menimbang banyaknya risiko yang dapat ditimbulkan, penggunaan benzodiazepine sebagai tata laksana insomnia pada lansia sudah tidak direkomendasikan. Terapi nonfarmakologis lebih diutamakan karena menunjukkan efikasi yang setara dengan aspek keamanan yang lebih baik.