Dampak Transformasi Digital terhadap Pelayanan Rawat Inap – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Anugrah Dwi Riski MARS

The Impact of Digital Transformation on Inpatient Care: Mixed Methods Study

Koebe P, Bohnet-Joschko S. The Impact of Digital Transformation on Inpatient Care: Mixed Methods Study. JMIR Public Health and Surveillance. 2023 Apr 21;9:e40622. PMID: 37083473.

studiberkelas

Abstrak

Latar Belakang: Transformasi digital memengaruhi hampir semua sektor kehidupan, termasuk kesehatan. Rumah sakit turut menghadapi tekanan untuk berubah karena munculnya teknologi baru, seperti artificial intelligence (AI), big data, cloud computing, dan Internet of Things (IoT), serta peningkatan kesadaran dan peran aktif pasien terhadap kesehatannya. Karena pelayanan rawat inap menyerap biaya kesehatan terbesar, sektor ini menjadi fokus utama untuk melihat dampak transformasi digital.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tren digitalisasi terhadap penyediaan pelayanan rawat inap, dengan meninjau tren global dan mengaitkannya dengan konteks rumah sakit di Jerman.

Metode Penelitian: Peneliti menggunakan pendekatan mixed-methods, yaitu scoping review untuk mengidentifikasi tren global transformasi digital di rumah sakit dari artikel internasional (periode 2016–2021), dengan validasi dan kontekstualisasi hasil melalui wawancara dengan 12 pakar di bidang kesehatan dan digitalisasi di Jerman.

Hasil: Dari 44 artikel yang ditelaah, ditemukan 8 tren utama yang memengaruhi rumah sakit, yaitu perubahan peran pasien menjadi lebih aktif, pelayanan terintegrasi antar penyedia layanan, alokasi sumber daya berbasis data, optimalisasi kinerja proses klinis utama, media komunikasi baru, peningkatan intensitas teknologi, peningkatan luaran klinis dan terapi personalisasi, serta ekosistem kesehatan baru. Penelitian ini juga menghasilkan suatu model heuristik dampak transformasi digital, yang menunjukkan hubungan tren, akselerator, dan hambatan transformasi rumah sakit.

Kesimpulan: Analisis dampak menunjukkan adanya ketergantungan tertentu dalam keberhasilan transformasi digital di sektor rumah sakit. Meskipun interoperabilitas data memiliki peran penting terhadap intensitas teknologi, perubahan citra diri dan peran pasien terbukti menjadi faktor yang paling menentukan kualitas pelayanan.

Penelitian ini menegaskan bahwa rumah sakit perlu menemukan perannya dalam ekosistem baru yang digerakkan oleh teknologi digital, menyesuaikan model bisnisnya dengan harapan pasien, serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang mutakhir.

Dampak Transformasi Digital terhadap Pelayanan Rawat Inap

Ulasan Alomedika

Studi ini membahas pentingnya transformasi digital yang telah membawa perubahan besar dalam cara rumah sakit memberikan pelayanan. Perkembangan teknologi seperti AI, big data, cloud computing, dan IoT menuntut rumah sakit untuk beradaptasi agar dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Selain itu, peran pasien juga telah berubah dari penerima layanan pasif menjadi individu yang aktif dalam pengambilan keputusan dan pemantauan kesehatannya.

Melalui penelitian ini, peneliti berupaya memahami bagaimana tren digital memengaruhi sistem pelayanan rawat inap dan bagaimana rumah sakit dapat menyesuaikan diri dengan ekosistem digital baru. Hasilnya diharapkan dapat menjadi panduan bagi rumah sakit dan pembuat kebijakan untuk mengelola transformasi digital secara efektif, sehingga bisa menciptakan pelayanan kesehatan yang lebih efisien, terintegrasi, dan berpusat pada pasien.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods yang terdiri atas dua tahap utama. Tahap pertama merupakan scoping review terhadap literatur internasional yang diterbitkan tahun 2016–2021 dari berbagai basis data, seperti PubMed, MEDLINE, EconLit, EconBiz, dan ScienceDirect. Tujuan tahap ini adalah untuk mengidentifikasi tren global digitalisasi di rumah sakit.

Tahap kedua adalah survei kualitatif melalui wawancara mendalam dengan 12 pakar di bidang kesehatan dan transformasi digital di Jerman. Wawancara dilakukan secara semi-structured guna memvalidasi dan menyesuaikan temuan dari tren global dengan konteks rumah sakit di Jerman.

Data yang diperoleh dari kedua tahap tersebut kemudian disintesis menjadi model heuristik dampak transformasi digital, yang menggambarkan hubungan antar tren dan kaitannya dengan intensitas teknologi dan kualitas layanan. Metode ini komprehensif, karena tidak hanya memetakan tren digitalisasi secara global, tetapi juga memastikan relevansinya dalam praktik nyata melalui pandangan para ahli dan praktisi.

Ulasan Hasil Penelitian

Penelitian mengidentifikasi 8 tren utama yang memengaruhi pelayanan rawat inap, yaitu: (1) perubahan peran pasien menjadi lebih aktif; (2) pelayanan yang terintegrasi antar penyedia layanan kesehatan; (3) alokasi sumber daya berbasis data dengan model prediktif; (4) optimalisasi proses klinis utama melalui data real-time dan teknologi; (5) media komunikasi baru untuk interaksi pasien-penyedia layanan; (6) peningkatan intensitas teknologi di seluruh aspek operasional rumah sakit; (7) perawatan berbasis outcome dan terapi yang dipersonalisasi; (8) kemunculan ekosistem digital baru.

Model heuristik yang dihasilkan menunjukkan bahwa interoperabilitas data menjadi faktor penting bagi peningkatan intensitas teknologi, sedangkan perubahan peran pasien menjadi kunci bagi peningkatan kualitas pelayanan. Selain itu, penelitian juga menemukan faktor pendorong dan penghambat transformasi digital, baik yang bersifat internal (kesiapan sumber daya manusia, resistansi terhadap perubahan, keamanan siber) maupun eksternal (regulasi, investasi, dan standar data nasional).

Kelebihan Penelitian

Kelebihan pertama adalah pendekatan komprehensif yang menggabungkan kajian literatur global dengan validasi empiris melalui wawancara ahli. Kelebihan kedua adalah model heuristik yang aplikatif, yang memberikan kerangka konseptual untuk memahami hubungan antara teknologi, pasien, dan kualitas layanan.

Kelebihan ketiga adalah relevansi secara praktik, di mana temuan dapat digunakan oleh pembuat kebijakan dan pihak manajemen rumah sakit untuk merancang strategi digitalisasi. Kelebihan keempat adalah fokus pada aspek manusia, yang tidak hanya menyoroti teknologi, tetapi juga perubahan perilaku dan peran pasien.

Limitasi Penelitian

Limitasi pertama adalah fokus penelitian pada konteks rumah sakit di Jerman, sehingga mungkin belum sepenuhnya menggambarkan kondisi negara dengan sistem kesehatan berbeda. Limitasi kedua adalah rentang waktu analisis literatur yang terbatas pada tahun 2016–2021, sehingga tren terbaru setelah pandemi COVID-19 mungkin belum terakomodasi.

Limitasi ketiga adalah penelitian tidak mengevaluasi dampak kuantitatif terhadap hasil klinis atau efisiensi biaya. Limitasi keempat adalah perspektif pasien tidak dikaji secara langsung (fokus hanya pada tenaga ahli dan manajemen).

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil penelitian ini memiliki potensi untuk diterapkan di Indonesia, meskipun diperlukan sejumlah penyesuaian agar selaras dengan konteks sistem kesehatan nasional. Saat ini, pemerintah Indonesia sedang gencar melaksanakan transformasi digital di sektor kesehatan, khususnya melalui program strategis seperti Satu Data Kesehatan, rekam medis elektronik (RME), dan pengembangan pelayanan telemedicine yang terintegrasi.

Upaya tersebut sejalan dengan kebijakan global untuk membangun sistem pelayanan kesehatan yang berbasis data, efisien, cepat, dan tepat sasaran. Tren-tren digitalisasi yang diidentifikasi dalam penelitian ini juga mulai tampak di Indonesia. Contohnya, ada integrasi data antar fasilitas kesehatan yang memungkinkan pertukaran informasi pasien antara rumah sakit, klinik, dan laboratorium secara aman dan real time.

Selain itu, peran pasien dalam ekosistem digital semakin aktif. Pasien kini memakai aplikasi kesehatan, platform konsultasi daring, dan wearable devices untuk memantau kesehatannya sendiri. Proses pelayanan di rumah sakit pun mulai diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi berbasis AI dan big data.

Namun, tantangan utama yang dihadapi Indonesia masih serupa dengan hambatan eksternal yang dijelaskan dalam penelitian ini. Tantangan pertama adalah keterbatasan infrastruktur digital, terutama di wilayah terpencil yang belum memiliki akses internet stabil dan sistem teknologi informasi rumah sakit yang memadai.

Tantangan kedua adalah kesenjangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di bidang teknologi informasi kesehatan, baik dari segi jumlah tenaga ahli maupun kemampuan teknis dalam mengelola sistem digital. Tantangan ketiga adalah belum optimalnya regulasi nasional terkait interoperabilitas data kesehatan serta standar keamanan siber untuk menjaga kerahasiaan dan privasi pasien.

Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, diperlukan dukungan kebijakan yang komprehensif, yakni melalui peningkatan kapasitas SDM lewat pelatihan digitalisasi rumah sakit, penguatan regulasi interoperabilitas data, dan peningkatan investasi pemerintah dan swasta dalam pengembangan infrastruktur teknologi kesehatan.

Apabila langkah-langkah tersebut diterapkan secara konsisten, maka model heuristik dalam penelitian ini dapat menjadi panduan strategis untuk mempercepat transformasi digital rumah sakit di Indonesia.

Referensi