Kesalahan peresepan pada sistem rekam medis elektronik masih menjadi perdebatan. Di satu sisi, beberapa studi melaporkan bahwa peresepan elektronik dapat mengurangi kesalahan pemberian obat akibat penulisan dan pembacaan resep konvensional. Namun, di sisi lain, beberapa studi menunjukkan bahwa peresepan elektronik mungkin mengalami kekeliruan input data dan serangan malware.[1-3]
Rekam medis (RM) adalah suatu berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan informasi lain terkait kesehatan pasien yang dibuat pada sarana kesehatan. Rekam medis (RM) ini dibuat untuk pasien yang menjalani rawat jalan maupun rawat inap.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008, terdapat dua jenis RM yang diakui, yaitu RM konvensional dan RM elektronik. Kedua jenis RM ini memiliki kekuatan hukum yang sama, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 11 tahun 2008.[3,4]
Rekam Medis Elektronik
Rekam medis elektronik merupakan salah satu bentuk informasi kesehatan yang dibuat oleh dokter, dokter gigi, atau petugas kesehatan lain secara terkomputerisasi, yang berisi data-data pasien dan berkekuatan hukum. Jenis data yang termasuk ke dalam rekam medis elektronik adalah:
- Teks: kode, narasi, laporan
- Gambar: grafik komputer, hasil scan, hasil rontgen, hasil CT, dan hasil MRI
- Suara
- Video
Penggunaan sistem yang terkomputerisasi membuat sistem informasi rumah sakit bisa terintegrasi dan bisa diakses secara online, sehingga pelayanan kesehatan diharapkan dapat menjadi lebih cepat. Dokter pun diharapkan bisa lebih memfokuskan waktu untuk melayani pasien, misalnya dengan memberikan edukasi terapi yang lebih baik.[3,4]
Suatu penelitian di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada menilai bahwa penggunaan rekam medis elektronik cukup berhasil, dengan angka kepuasan pasien yang baik. Akan tetapi, penggunaan rekam medis elektronik masih harus dikembangkan dan disempurnakan karena masih memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan.[2,3]
Kelebihan Rekam Medis Elektronik
Rekam medis elektronik memiliki kelebihan sebagai berikut:
- Akses mudah dan cepat, serta penelusuran informasi medis lebih cepat
- Perubahan data meninggalkan “jejak elektronik”
- Akurasi dokumentasi lebih baik
- Sistem terintegrasi antar departemen dalam rumah sakit bahkan dengan fasilitas kesehatan lain di luar rumah sakit
- Penyimpanan yang ringkas dan tidak memerlukan ruangan khusus
- Meningkatkan keamanan pasien dan kepuasan pasien[1,5]
Kekurangan Rekam Medis Elektronik
Rekam medis elektronik memiliki kekurangan sebagai berikut:
- Risiko malware dan error
- Operator dapat melakukan kesalahan saat proses input atau edit data
- Sistem dapat diretas
- Biaya yang mahal untuk mengembangkan dan merawat sistem agar tetap baik
- Sangat tergantung pada ketersediaan sumber tenaga listrik[1,5]
Perbandingan Peresepan Konvensional dan Elektronik
Kesalahan peresepan konvensional secara garis besar dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu: salah pasien (wrong patient), salah obat (wrong drug), salah dosis (wrong dose), salah rute pemberian (wrong route), salah frekuensi, kuantitas, durasi, potensi obat, serta salah waktu pemberian (wrong timing).
Faktor penyebab kesalahan terbesar pada peresepan konvensional adalah kesalahan sumber daya manusia (human error). Hal ini dapat terjadi karena panjangnya jam kerja, fokus dokter yang menurun, pengalaman dan pengetahuan farmakologis dokter yang kurang, serta penjelasan terapi ke pasien yang minimal.[6,7]
Kesalahan peresepan konvensional ini juga mungkin terjadi pada peresepan elektronik. Selain itu, peresepan elektronik juga mungkin mengalami kesalahan karena sistem komputerisasi dan interaksinya dengan sumber daya manusia.
Namun, peresepan elektronik menawarkan dokumentasi obat yang lebih jelas, baik dari nama obat, dosis obat, sediaan, serta cara konsumsi obat, sehingga dapat menurunkan tingkat kesalahan. Peresepan elektronik juga dapat mengurangi kesalahan interpretasi resep akibat tulisan tangan dokter yang tidak terbaca jelas.[6,7]
Suatu penelitian pada 14.000 pemberian resep obat menunjukkan bahwa penggunaan resep elektronik mengurangi kesalahan sebanyak 3,1% (95% CI 2,2–4,0). Kesalahan dosis obat menurun dari 8% (sebelum RM elektronik) menjadi 5,4% (setelah RM elektronik), dengan reduksi risiko absolut 2,6% (95% CI 2,2–4,0).[7]
Faktor Penyebab Kesalahan Peresepan Elektronik
Meskipun studi menunjukkan bahwa peresepan elektronik dapat mengurangi kesalahan obat, peresepan elektronik tetap berisiko mengalami kesalahan, baik berupa kesalahan sistem, kesalahan pengguna, atau kesalahan interaksi sistem-pengguna.[8,9]
Kesalahan Sistem Komputer
Sistem yang kurang baik dapat mengalami malfungsi, sehingga memperlambat proses pelayanan kesehatan. Sistem error juga dapat menyebabkan duplikasi pada peresepan, kesalahan pengiriman resep (misalnya data terkirim ke departemen yang berbeda atau farmasi yang berbeda), dan kesalahan pengeluaran resep (misalnya hasil pencetakan kertas resep yang tidak jelas). Perawatan sistem yang tidak baik dan adanya malware merupakan faktor penyebab kesalahan sistem yang paling sering.[6,8,9]
Kesalahan Pengguna
Kesalahan pengguna (terutama dokter) juga berkontribusi dalam kesalahan pemberian resep. Penilaian klinis yang keliru dan ketidaktelitian dalam input data merupakan penyebab yang paling sering. Sama halnya dengan peresepan konvensional, jam kerja yang panjang, kurangnya pengalaman, dan kelelahan merupakan faktor-faktor yang mendorong human error.[6-9]
Kesalahan Interaksi Sistem-Pengguna
Kesalahan interaksi sistem-pengguna sering terjadi akibat sistem pengisian otomatis (auto-filling) atau pembetulan otomatis (auto-correct). Sistem sering memberikan pilihan pengisian otomatis, terutama untuk obat yang sering dipakai atau obat dengan nama yang mirip. Jika dokter tidak cermat saat memakai fitur ini, kesalahan dapat terjadi.[8,9]
Pihak penyedia layanan kesehatan (terutama manajemen rumah sakit) berperan dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem RM elektronik. Faktor penyebab kekeliruan adalah ketidaksempurnaan dalam mengembangkan sistem yang adekuat, kurangnya biaya yang dialokasikan dalam pengembangan dan perawatan sistem, tidak adanya algoritme atau standar operasional prosedur (SOP) yang baik dalam menjalankan sistem RM elektronik, dan tidak adanya sistem untuk mencegah kesalahan.[8,9]
Mencegah Kesalahan Resep Elektronik
Metode pencegahan kesalahan resep elektronik tidak jauh berbeda dengan peresepan konvensional. Kebijakan untuk melakukan pemeriksaan obat kembali (double-check) sebelum obat diberikan ke pasien harus menggunakan prinsip “5 benar”, yaitu: pasien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, rute pemberian obat yang benar, dan frekuensi serta durasi pemberian obat yang benar.[6,7,10-12]
Hal yang dapat ditambahkan pada sistem RME adalah protokol untuk error recovery. Proses error recovery terdiri dari 3 tahap, yaitu: deteksi, penjelasan, dan pembenaran. Apoteker dan farmasi memegang peranan penting dalam menjalankan proses ini. Apoteker harus terampil mendeteksi kesalahan input yang mungkin terjadi, baik dari duplikasi resep, kesalahan obat, kesalahan dosis, kesalahan rute pemberian, kesalahan sediaan, dan kesalahan waktu pemberian.[6,8,11,12]
Apoteker dan farmasi harus melakukan konfirmasi kembali ke dokter dan menanyakan kembali tentang terapi farmakologi yang diberikan. Setelah itu, lakukan pembenaran terhadap resep yang semula diberikan dalam sistem rekam medis elektronik, kemudian keluarkan resep. Proses pemeriksaan kembali dan recovery error ini juga dapat dimasukkan ke dalam sistem peresepan rekam medis elektronik.
Pengembangan sistem resep elektronik yang baik, mulai dari server, jaringan rumah sakit, hingga pengadaan personil terlatih untuk merawat sistem komputer rumah sakit akan mengurangi risiko kesalahan secara lebih optimal.[6,8,11,12]
Komponen yang tidak kalah penting dari sistem dan protokol rumah sakit adalah dokter (physician), apoteker (pharmacist), dan pasien (patient) atau 3P. Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien ketika menjelaskan penyakit dan pengobatan akan membuat pasien mengerti kebutuhan terapinya, sehingga pasien dapat menjadi lebih awas ketika mendapatkan kesalahan resep.[6,8,12]
Kesimpulan
Rekam medis elektronik meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan dan mengurangi risiko kesalahan pemberian obat, tetapi tetap tidak terhindar secara total dari risiko kesalahan. Kesalahan yang terjadi pada peresepan elektronik tidak berbeda jauh dari resep konvensional, tetapi resep elektronik dapat mengurangi risiko kesalahan akibat interpretasi tulisan tangan dokter.
Kesalahan-kesalahan dalam peresepan ini secara garis besar dapat dicegah dengan menerapkan sistem double-check dengan prinsip “5 benar” dan konsep 3P. Selain itu, rumah sakit dengan sistem rekam medis elektronik perlu mengembangkan protokol error recovery yang baik untuk meminimalkan kesalahan. Kecermatan dokter, apoteker, dan pasien juga sangat berpengaruh terhadap keamanan peresepan elektronik.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur