The Association between Disrespect and Abuse of Women During Childbirth and Postpartum Depression: Findings from the 2015 Pelotas Birth Cohort Study
Mariangela Freitas Silveria, Marilia Arndt Mesenburg, Andrea Damaso Bertoldi, Christian Loret De Mola, Diego Garcia Bassani, Marlos Rodrigues Domingues, Alan Stein, Carolina V N Coll. Journal of Affective Disorders. 2019; 256: 441-447. PMID: 31252237. DOI: 10.1016/j.jad.2019.06.016
Abstrak
Latar Belakang: Studi ini menilai hubungan antara perlakuan tindak kekerasan dan pelecehan pada wanita selama proses persalinan di fasilitas layanan kesehatan dan kejadian depresi post partum.
Metode: Peneliti menggunakan data dari Pelotas (Brazil) Birth Cohort 2015 yang merupakan pusat data berbasis populasi untuk semua kelahiran hidup di kota tersebut. Evaluasi dilakukan pada sejumlah 3065 ibu hamil hingga 3 bulan pasca melahirkan. Laporan mengenai adanya tindak kekerasan dan pelecehan termasuk diantaranya pelecehan fisik, pelecehan verbal, penelantaran dan pelaksanaan prosedur yang tidak diinginkan. Kejadian tindak kekerasan dan tipe pelecehan dinilai dalam bentuk tipe dan skor. Evaluasi terhadap depresi post partum menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Skor EPDS ≥ 13 dan ≥ 15 mengindikasikan adanya depresi post partum sedang dan berat. Odds ratio (OR) dihitung melalui regresi logistik.
Hasil: Prevalensi kejadian depresi post partum sedang mencapai 9.4% dan berat 5.7%. Sejumlah 18% wanita mengalami setidaknya satu tipe tindak kekerasan dan pelecehan. Pelecehan verbal meningkatkan kejadian depresi post partum sedang (OR = 1.58; 95%CI 1.06-2.33) dan depresi post partum berat (OR = 1.69; 95%CI 1.06-2.70) dan dampak pada wanita yang tidak mengalami gejala depresi antenatal lebih besar dibandingkan yang mengalami depresi tersebut (OR = 2.51; 95%CI 1.26-5.04 dan OR 4.27; 95%CI 1.80-10.12). Pelecehan fisik meningkatkan kejadian depresi post partum berat (OR = 2.28; 95%CI 1.26-4.12). Wanita yang mengalami tiga atau lebih perlakuan buruk meningkatkan risiko depresi post partum sedang (OR = 2.90; 95%CI 1.30-35.74) dan depresi post partum berat (OR= 3.86; 95%CI 1.58-9.42).
Keterbatasan: Tindak kekerasan dan pelecehan yang dialami selama masa persalinan diberikan secara self-reported.
Simpulan: Tindak kekerasan dan pelecehan selama persalinan meningkatkan risiko depresi post partum hingga 3 bulan pasca melahirkan. Dibutuhkan strategi untuk melakukan layanan maternal yang berkualitas tinggi dan penuh penghargaan untuk mencegah risiko kejadian buruk pada ibu dan anak.
Ulasan Alomedika
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dampak berbagai tindak kekerasan dan pelecehan (pelecehan verbal, penelantaran, pelecehan fisik dan tindakan yang tidak diinginkan) terhadap kejadian depresi post partum. Hal ini didasarkan pada berbagai kasus dan penelitian pendahulu mengenai banyaknya perlakuan tidak menyenangkan yang dialami wanita selama proses persalinan. Pengalaman tersebut menjadikan para wanita rentan mengalami tindakan medis di bawah standar, prosedur dilakukan tanpa informed consent hingga menimbulkan trauma psikologis.
Ulasan Metode Penelitian
Subjek penelitian berasal dari Pelotas (Brazil) Birth Cohort 2015 yang melibatkan seluruh wanita hamil di area tersebut dengan estimasi kelahiran di tahun 2015. Wawancara dilakukan secara langsung menggunakan kuesioner terstruktur selama periode kehamilan hingga kelahiran di bulan ketiga yang melibatkan 3065 wanita.
Tindak kekerasan dan pelecehan yang dinilai selama wawancara meliputi beberapa hal, di antaranya :
- Pelecehan fisik: “Adakah beberapa tenaga medis sering mendorong, menyakiti, memukul atau menggenggammu sangat kuat atau melakukan pemeriksaan secara kasar atau tidak menghormatimu?”
- Pelecehan verbal: “Adakah beberapa tenaga medis bersikap kasar, mengutuk atau berteriak padamu, seolah mempermalukanmu, mengancam dan tidak menemanimu?”
- Penelantaran pelayanan: “Adakah beberapa tenaga medis menolak memberikan apa yang kamu inginkan, seperti air minum atau obat pereda nyeri?”
- Prosedur obstetri yang tidak diinginkan: “Adakah beberapa tenaga medis sering melakukan tindakan atau prosedur medis yang tidak kamu inginkan, tanpa menjelaskan terlebih dahulu untuk apa hal tersebut dilakukan, seperti episiotomi atau pengobatan untuk menginduksi persalinan?”
Jawaban dari pertanyaan tersebut dilakukan pencatatan, serta dikonfirmasi dengan wawancara psikiatri untuk menilai gejala depresi melalui Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Data dianalisis secara statistik stata 13 dan regresi logistik, serta disesuaikan dengan confounding factors (penghasilan keluarga, tingkat Pendidikan ibu, usia, warna kulit, jumlah kelahiran, hubungan dengan pasangan, kehamilan yang diinginkan, reaksi ayah terhadap kehamilan, riwayat depresi sebelumnya, morbiditas kehamilan seperti diabetes gestasional dan hipertensi, cara persalinan seperti sectio caesarea atau per vaginam). Studi ini telah disetujui oleh tim etik penelitian dari School of Physical Education of the Federal University of Pelotas (CAAE 26746414.5.0000.5313).
Ulasan Hasil Penelitian
Didapatkan peningkatan risiko depresi post partum pada wanita yang mengalami tindak kekerasan dan pelecehan selama proses persalinan. Wanita yang mengalami pelecehan verbal 1.6 kali lipat memiliki depresi post partum sedang (EPDS ≥ 13), serupa halnya pada wanita yang mengalami setidaknya satu jenis tindak kekerasan dan pelecehan fisik. Wanita dengan pelecehan fisik berisiko 2 kali lipat mengalami depresi dibandingkan yang tidak.
Tidak ditemukan hasil signifikan secara statistik pada wanita yang mengalami penelantaran dan tindakan prosedur obstetri yang tidak diinginkan. Wanita yang mengalami tiga atau lebih perlakuan kasar dan pelecehan berisiko 3-4 kali lipat mengalami depresi post partum dibandingkan yang tidak.
Kelebihan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal pertama yang mengevaluasi hubungan antara tindak kekerasan dan pelecehan pada wanita selama proses persalinan terhadap kejadian depresi post partum di instansi layanan kesehatan.
Limitasi Hasil Penelitian
Limitasi penelitian ini didasarkan pada hasil yang disampaikan oleh subjek berupa persepsi pribadi terhadap pengalaman yang bisa mengalami bias, selain itu depresi maternal dinilai melalui alat skrining bukan berdasarkan diagnosis klinik. Peneliti membatasi analisis pada wanita yang dilakukan pemeriksaan antenatal sehingga dikhawatirkan muncul bias hasil.
Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia
Penelitian yang dilakukan di Brazil menjadi pelengkap berbagai penelitian sejenis mengenai dampak layanan kesehatan ibu dan anak. Hingga saat ini, Indonesia masih mengupayakan perbaikan layanan kesehatan ibu dan anak. Tidak dipungkiri kesulitan akses layanan kesehatan terutama masyarakat di daerah perifer menjadi salah satu faktor penghambat. Rasio beban kerja, jumlah tenaga medis dan pasien sering menjadi permasalahan teknis namun menjadi kendala besar.
Hadirnya peraturan penerapan standar operasional prosedur tindakan, praktik kedokteran dan tenaga medis terkait diharapkan mampu menjadi dasar memberikan pelayanan maternal yang lebih baik sehingga diharapkan tidak memunculkan kasus depresi post partum akibat tindak kekerasan dan pelecehan yang dilakukan tenaga medis selama proses persalinan di Indonesia.
Penelitian ini mengajak pembaca untuk terus mengupayakan strategi melakukan promosi kesehatan berkualitas, menghargai dan menghormati setiap tahapan layanan kesehatan maternal dan mencegah dampak buruk kejadian depresi post partum. Tenaga medis tetap harus dalam pantauan etik layanan, meningkatkan kemampuan, kapasitas diri dan dukungan, serta mengoptimalkan hasil layanan kesehatan.