Efikasi dan Keamanan Dental Bleaching pada Dewasa

Oleh :
drg.Dewi Hestiara Safitri

Dental bleaching atau pemutihan gigi pada orang dewasa merupakan perawatan estetik yang dilakukan pada gigi yang mengalami diskolorasi.[1] Diskolorasi gigi menurut sumber pewarnaan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Pewarnaan tipe ekstrinsik dapat dihilangkan melalui prosedur mekanik seperti scaling atau brushing dengan pasta abrasif. Sementara itu, tipe intrinsik tidak dapat dihilangkan melalui metode mekanik tersebut, sehingga memerlukan perawatan lanjutan, salah satunya dengan metode dental bleaching.[1-3]

Bleaching dilakukan dengan mengaplikasikan bahan kimia seperti hidrogen peroksida (HP), karbamid peroksida (CP), kalsium hipoklorit, asam oksalat, dan natrium peroksida yang akan mengoksidasi pigmentasi organik pada gigi. Bleaching pada gigi dianggap sebagai prosedur yang aman, efektif, minimal invasif, dan tidak merusak. Namun, bleaching juga memiliki potensi efek samping, seperti hipersensitivitas, iritasi gingiva, periodontitis, dan resorpsi akar eksterna.[2-4]

Dental Bleaching

Efikasi Dental Bleaching pada Dewasa

Terdapat dua prosedur dalam melakukan bleaching, yaitu in office bleaching dan at home bleaching. Prosedur in office dilakukan di klinik tempat dokter gigi berada, sementara prosedur at home dilakukan oleh pasien secara mandiri di rumah masing-masing. Beberapa teknik yang dapat dipilih untuk prosedur in office adalah light-accelerated bleaching, nanoparticle catalysts, dan internal bleaching. Sementara itu, teknik at home contohnya adalah strips and gels, rinses, toothpaste, aplikasi menggunakan tray, dan aplikasi baking soda.[5,6]

Dental Bleaching: In Office VS At Home

Prosedur in office dapat memutihkan gigi lebih cepat, namun risiko untuk terjadi sensitivitas gigi lebih tinggi. Oleh karenanya, seringkali prosedur at home dipilih untuk pasien yang tidak tahan nyeri atau yang memiliki ketebalan enamel yang relatif tipis.[1,6]

Selain itu, prosedur in office juga dapat memberikan hasil yang lebih terlihat karena tingginya konsentrasi peroksida yang digunakan. Sementara itu, pada prosedur at home konsentrasi peroksida lebih rendah, dan hasil akan bergantung pada ketekunan pasien dalam mengaplikasikan bahan dental bleaching. Bahkan, beberapa bahan dental bleaching at home terbaru telah menghilangkan kandungan peroksida karena memiliki sifat mutagenik jika digunakan berlebihan.[6]

Stabilitas jangka panjang dari kedua prosedur dental bleaching merupakan aspek yang paling tidak dapat dipastikan. Hal ini karena pewarnaan gigi bersifat multifaktorial dan juga bergantung kepada kepatuhan pasien dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut serta kemampuan pasien menghindari paparan zat yang dapat membuat perubahan warna gigi. Beberapa kebiasaan yang dapat membuat pewarnaan pada gigi adalah diet tinggi tanin, teknik menyikat gigi yang salah, merokok, dan paparan chlorhexidine yang berlebihan. Semakin bertambahnya usia, warna gigi juga akan semakin gelap.[7,8]

Efikasi Dental Bleaching

Secara umum, diketahui bahwa tingkat kekambuhan perubahan warna gigi 2 tahun setelah dental bleaching adalah sebanyak 10%. Angka ini meningkat menjadi 25% setelah 5 tahun, dan menjadi 49% setelah 8 tahun.[2] Tinjauan Cochrane (2018) mencoba menganalisis efikasi dari at home bleaching. Studi ini mengevaluasi hasil dari 71 uji klinis dengan total 3780 partisipan. Peneliti mengungkapkan bahwa studi yang mendukung efikasi dari at home bleaching masih berkualitas rendah dan dilakukan dalam pemantauan jangka pendek. Selain itu, tidak dapat disimpulkan mana sediaan at home bleaching yang terbaik.[1]

Dalam studi lain yang merupakan studi eksperimental (2019) dilakukan perbandingan efikasi antara at home bleaching dengan in office bleaching pada 21 spesimen enamel dental. Menurut studi eksperimental skala kecil ini, at home bleaching lebih efektif dalam memutihkan gigi dibandingkan in office bleaching. Meski demikian, studi ini juga menemukan bahwa at home bleaching meningkatkan risiko demineralisasi pada lesi.[9]

Hasil tersebut serupa dengan uji klinis (2021) yang dilakukan pada 130 partisipan. Uji klinis ini membandingkan efikasi antara at home bleaching dengan in office bleaching. Hasil analisis menunjukkan bahwa keduanya sama-sama efektif dalam memutihkan gigi, tetapi karbamid peroksida 10% menghasilkan efek pemutihan gigi yang lebih baik dibandingkan hidrogen peroksida 35% dalam evaluasi jangka pendek.[4]

Keamanan Dental Bleaching pada Dewasa

Pada gigi vital, efek samping dari dental bleaching dapat berupa sensitivitas gigi, iritasi pada gingiva dan mukosa, ataupun over bleaching yang menyebabkan rusaknya enamel sehingga timbul white lesion.[5]

Sensitivitas gigi  dapat dirasakan pada saat setelah diaplikasikan bahan bleaching hingga 4 hari setelahnya.[2,9,10] Sensitivitas gigi terjadi lebih tinggi pada prosedur pemutihan gigi dengan teknik in office bleaching, tetapi secara umum kadarnya ringan hingga sedang dan bersifat sementara.[4] Timbulnya sensitivitas pada in office bleaching dikarenakan adanya porositas yang menyebabkan bahan hidrogen peroksida masuk hingga mendekati pulpa.[2]

Pada gigi nonvital, prosedur bleaching dapat memberikan efek samping berupa resorpsi akar eksternal yang terjadi akibat hidrogen perioksida menembus dentin dan melepaskan oksigen ketika bahan bleaching berkontak langsung dengan substrat gigi. Hal ini mengakibatkan timbulnya kerusakan komponen organik dan anorganik melalui tubulus dentin. Hidrogen peroksida juga dapat menembus ke jaringan periodontal sehingga terjadi inflamasi pada jaringan periodontal dan menyebabkan resorpsi akar.[3,8]

Pencegahan Efek Samping dengan Seleksi Pasien Dental Bleaching

Potensi efek samping dari dental bleaching dapat dilakukan dengan seleksi pasien yang cermat. Dental bleaching dapat dilakukan pada pasien dengan pewarnaan gigi intrinsik, fluorosis gigi, dilakukan sebagai pendamping perawatan endodontik pada struktur gigi yang masih utuh namun berubah warna, serta pewarnaan akibat konsumsi tetrasiklin saat di masa kandungan atau masa anak-anak.[1,10]

Di lain pihak, dental bleaching tidak boleh dilakukan pada pasien yang alergi terhadap peroksida, pasien dengan gigi sensitif, dentin yang terekspos, defek pada enamel atau dentin, serta adanya erosi. Prosedur ini juga tidak dapat dilakukan jika ada resesi gingiva, gusi sensitif, tumpatan gigi yang sudah rusak, karies, kelainan periapikal, periodontitis, dan pasien dengan Oral Hygiene Index (OHI) buruk.[1,6]

Pencegahan Rekurensi Diskolorasi Gigi Setelah Dental Bleaching

Setelah melakukan perawatan bleaching in office, diskolorasi gigi dapat terjadi dalam hitungan bulan pasca tindakan. Beberapa metode dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat rekurensi diskolorasi gigi, yaitu:

  • Satu sampai dua hari setelah aplikasi bahan bleaching, jangan konsumsi makanan dan minuman yang dapat menimbulkan pewarnaan gigi
  • Berkumur dengan air setiap selesai makan dan minum
  • Jika harus meminum minuman yang dapat menyebabkan diskolorasi, minumlah menggunakan sedotan
  • Lakukan flossing (aplikasi benang gigi) untuk menghilangkan plak dan biofilm di antara gigi
  • Lakukan re-treatment prosedur dental bleaching in office setiap 6 bulan atau 1 tahun, khususnya pada pasien dengan kebiasaan merokok atau minum minuman yang dapat menimbulkan diskolorasi, seperti kopi dan teh[3,4,7,8]

Kesimpulan

Bukti ilmiah mengenai efikasi dental bleaching masih belum adekuat. Uji klinis acak terkontrol yang mengevaluasi efikasi dental bleaching masih sedikit, memiliki sampel kecil, ataupun durasi pemantauan yang singkat.

Secara general, perawatan dental bleaching dibedakan menjadi dua, yaitu in office dan at home. Hasil dari prosedur in office lebih baik dalam hal tampilan, karena bahan yang digunakan mengandung peroksida dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan bahan at home bleaching. Meski demikian, perlu diperhatikan pula bahwa risiko efek samping juga menjadi lebih tinggi dengan menggunakan dental bleaching in office.

Pada mayoritas kasus, prosedur dental bleaching jarang menimbulkan efek samping yang berat. Untuk menurunkan risiko efek samping, seleksi kasus harus dilakukan dengan tepat dan minta pasien melakukan perawatan dan menjaga kebersihan area oral untuk mencegah diskolorasi kembali.

Referensi