Alo dr. Anonymous, 

Nyeri kepala merupakan komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur pungsi lumbal / anestesi spinal (32%). 

Menurut klasifikasi International Headache Society (IHS), nyeri kepala pasca pungsi lumbal didefinisikan sebagai nyeri kepala bilateral yang berlangsung hingga 7 hari setelah tindakan pungsi lumbal dan umumnya menghilang dalam kurun waktu 14 hari. Nyeri kepala dapat memburuk dalam 15 menit saat pasien berdiri dan akan berangsur membaik dalam 30 menit dengan perubahan posisi menjadi terlentang (rekumben).

Kondisi ini paling sering dialami kelompok usia 18-40 tahun. Perempuan muda dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) yang rendah dan hamil dilaporkan memiliki risiko yang lebih tinggi. Sedangkan, pada usia tua insidensi cenderung rendah, diduga akibat duramater yang memiliki daya regang lebih rendah karena kondisi aterosklerosis atau perubahan mekanis terkait usia.

Patogenesis terjadinya nyeri kepala pasca lumbal pungsi masih belum diketahui, namun diperkirakan kebocoran cairan serebrospinal dari ruang epidural melalui robekan dura berperan dalam timbulnya gejala. Hilangnya cairan serebrospinal mengakibatkan berkurangnya tekanan intrakranial dan menyebabkan traksi pada struktur intrakranial yang sensitif terhadap nyeri. Rendahnya tekanan intrakranial juga mengakibatkan mekanisme kompensasi berupa vasodilatasi serebrovaskular yang turut berperan dalam menimbulkan gejala nyeri kepala. 

Penanganan nyeri kepala pasca pungsi lumbal dibagi menjadi dua yakni terapi suportif dan terapi spesifik. Terapi suportif berupa perubahan posisi, rehidrasi, analgesik, dan antiemetik umumnya dapat mengendalikan gejala pada kasus yang ringan. Sebesar 85% penderita nyeri kepala pasca pungsi lumbal mengalami perbaikan dengan terapi suportif tanpa memerlukan terapi spesifik.

Terapi spesifik diindikasikan pada nyeri kepala dengan onset lebih dari 72 jam untuk menghindari komplikasi katastrofik seperti subdural hematoma dan kejang. Beberapa terapi spesifik yang dianjurkan antara lain blood patch epidural, salin epidural, kafein, hingga pembedahan. 

Referensi: 

1. Ahmed SV, Jayawarna C, Jude E. Post lumbar puncture headache: diagnosis and management. Postgrad Med J. 2006; 82:713-6.
2. Ragab A, Facharzzt KN. Caffeine, Is it effective for prevention of postdural puncture headache in young adult patients? Egyptian Journal if Anaesthesia. 2014; 30: 181-6.

3. https://www.alomedika.com/kafein-untuk-terapi-nyeri-kepala-pasca-pungsi-lumbal

Dari artikel yang saya baca, dikatakan bahwa sakit kepala post anestesi spinal kejadian nya di kisaran angka 36%. Ada istilah yang disebut Post Spinal Postural Headache (PSPH). 
Kemudian faktor risiko nya bisa beragam, seperti:
1. Cairan spinal nya yang keluar 
2. Faktor jenis kelamin
3. Jarum spinal tap yang dipergunakan
4. Teknik spinal
5. Faktor posisi dan pergerakan yang bisa menaikkan tekanan intrakranial.

Sebelum menegakan diagnosis PSPH maka kita harus memastikan terlebih dahulu apakah memang betul pasien tidak ada riwayat sakit kepala sebelumnya. Misalkan ada nya riwayat primary headache, atau gangguan neurologis lain nya.

Untuk tatalaksana nya untuk PSPH adalah
- Istirahat yang cukup
- Perbanyak minum air
- Pemberian pereda nyeri kepala.
- Bila pasien sudah melewati masa 12 jam pasca anestesia anjurkan pasien untuk mulai belajar duduk dahulu, kemudian bertahap untuk berani mobilitas perlahan.

Semoga bermanfaat dok. Apabila ada yang kurang bisa dibantu pemberian koreksi nya. ��🏼Post Spinal Postural Headache