Apakah bisa mengganti Antipsikotik Gen 1 dengan Gen 2? - Diskusi Dokter

general_alomedika

Alo Dokter. Saya memiliki pasien F20 yg rutin ambil obat di puskesmas. Yang mengambil biasanya anggota keluarga. Saat ini, px dikabarkan masih bicara sendiri...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Apakah bisa mengganti Antipsikotik Gen 1 dengan Gen 2?

    Dibalas 04 Agustus 2025, 17:35

    Alo Dokter. Saya memiliki pasien F20 yg rutin ambil obat di puskesmas. Yang mengambil biasanya anggota keluarga. Saat ini, px dikabarkan masih bicara sendiri namun tidak mengamuk.

    Dikarenakan BPJS pasien yang tidak aktif, obat yg rutin diambil di apotek jejaring tidak bisa diambil sehingga saya mencoba meresepkan dg obat yang ada di apotek puskesmas kami.

    Yg ingin saya tanyakan apakah bisa Chlorpromazine digantikan dg Risperidone? Secara garis besar, apakah antipsikotik Gen 1 bisa digantikan Gen 2 tanpa melihat gejala positif dan negatif psikosis

    Mohon arahannya dok. Terima kasih

04 Agustus 2025, 15:21
dr.Sarah Annisatul Mardhiyah, M.Ked., Sp.K.J
dr.Sarah Annisatul Mardhiyah, M.Ked., Sp.K.J
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Hi dok Anindita, 

Pergantian antipsikotik sah-sah saja dilakukan dok, baik didasari klinis maupun keadaan (ketersediaan obat). Namun, penting untuk mengadjust dosis sesuai ekivalensinya, sehingga efikasi obat mudah2an tetap tercapai dan tidak terjadi kekambuhan. Misalnya, 100mg Chlorpromazine (CPZ) itu setara/ekivalen dengan 2mg risperidone. Namun, perlu pula diingat bahwa pemberian risperidone dengan dosis di atas 4mg/hari terbukti tidak memberikan tambahan perbaikan, namun meningkatkan risiko efek samping. Maka, perlu dipertimbangkan risk - benefit rationya ya dok. Jika memang hasil konversi dosis CPZ pasien dokter mencapai > 4mg risperidone, misalnya, maka lebih bijak jika melakukan kombinasi/augmentasi obat. 

Selain itu, perlu diperhatikan tata cara pergantian jenis obatnya dok. Tidak diperlukan wash-out ataupun drug free period dalam konversi antipsikotik untuk menghindari relaps. Dokter bisa memilih 3 cara ini, sesuaikan dengan kondisi di lapangan:

  • Direct switch --> dokter langsung saja menghentikan obat yang lama, kemudian memperkenalkan obat yang baru.
  • Cross titration --> turunkan dulu dosis obat yang lama, sambil perlahan menaikkan dosis obat baru, misal risperidone bisa dokter perkenalkan dulu di 1 mg/hari (tentu seiring dengan menurunkan dosis CPZnya).
  • Konservatif --> dosis obat lama (dalam kasus dokter, CPZ, jika memang masih ada sisa) diteruskan dulu, seiring dengan menaikkan perlahan dosis obat baru (risperidone, mulai 1 mg dulu, kemudian naik sampai setara dosis ekivalen tadi), barulah kemudian CPZnya dihentikan. 

Berikutnya, saya ingin menghimbau, pemberian obat pada pasien F20 sudah seharusnya tetap mengikutsertakan pasien. Selayaknya proses pengobatan pada pasien dengan dx lain, pasien dengan dx F20 pun wajib hadir untuk melanjutkan obat. Tujuannya agar dokter bisa melakukan penilaian langsung tentang kondisi pasien, yang bisa menjadi dasar kapan dokter melakukan rujukan ke FKTS. Bisa dipahami bahwa niat dokter tentunya baik, memudahkan keluarga pasien, namun menjadi pertanyaan juga mengapa pasien seolah tak mampu ikut berobat di puskes. Selain itu, dengan pasien datang berobat, maka justru menurunkan stigma, pasienpun jadi ada kegiatan rutin 1 bulan sekali untuk keluar rumah, berpakaian rapi, bertemu orang lain. Jadi ini termasuk dalam upaya asertif juga, dimana pasien F20 kembali bersinggungan di masyarakat. 

Demikian dokter. :)

04 Agustus 2025, 17:35
Baik dokter. Terima kasih atas jawabannya dok