Salam sejawat, Saya baru baca artikel tentang salbutamol oral. Ternyata beberapa negara tidak lagi merekomendasikan penggunaan obat ini untuk penanganan...
Penggunaan salbutamol oral pada tatalaksana asma, sudah tidak relevan? - Diskusi Dokter
general_alomedikaDiskusi Dokter
- Kembali ke komunitas
Penggunaan salbutamol oral pada tatalaksana asma, sudah tidak relevan?
Salam sejawat,
Saya baru baca artikel tentang salbutamol oral. Ternyata beberapa negara tidak lagi merekomendasikan penggunaan obat ini untuk penanganan asma ya padahal di Indonesia masih banyak faskes yg memberikan salbutamol oral untuk pasien asma. Apakah ada masukan dari rekan sejawat?
Terima kasih
dr. Andre
Jun 07, 2018 at 11:44 AMHasil penelitian tersebut memang tepat namun kita harus mempertimbangkan kondisi lokal di Indonesia juga yah..
Pada sebagian faskes, sediaan inhalasi tidak tersedia sehingga salbutamol oral masih digunakan. Namun, jika di faskes Anda sediaan inhalasi tersedia, sebaiknya ya jangan gunakan salbutamol oral.
hai dok andre!
Kalo setau saya salbutamol inhalasi ada dok di faskes pertama. Bentuknya memang bukan aerosol tapi dalam bentuk sediaan nebules vial, dan itu ditanggung BPJS.
Nah kalo yang dokter maksud adalah sediaan aerosol atau inhaler, memang di faskes pertama tidak ada, tapi di faskes II dan III ada dan ditanggung BPJS .
Kalo pada pasien yang memang membutuhkan controller, menurut saya sih sebaiknya pasien dirujuk saja ke faskes yang lebih tinggi, jangan menggunakan salbutamol sebagai controller-nya. begito dok, cmiiw..
Halo dr.Kevin!
Kebetulan banget saya beberapa hari yang lalu baru selesai baca pedoman tatalaksana asthma oleh GINA yang tahun 2018 (link). Menurut guideline tersebut, yang direkomendasikan sebagai controller memang ICS atau LABA. Nah untuk reliever sendiri masih ada SABA, tapi memang yang sediaan inhaler. Untuk yang sediaan oral, di guideline tersebut dikatakan masih bisa digunakan sebagai "potential alternatives".
Sebagai pembanding, menurut Australian Asthma Handbook, oral salbutamol memang sudah tidak disarankan lagi pada asthma yang akut (link). AAFP juga sama, sudah tidak lagi mencantumkan salbutamol oral di pedoman mereka. (link).
Kalo menurut logika saya ya tentunya salbutamol oral tidak disarankan lagi sebagai reliever karena onset of action pasti lebih lama dibandingkan sediaan inhalasi, dan efek samping sistemik pasti lebih sering muncul (misal : palpitasi). Sebagai controller pun pasti kurang bermanfaat, karena kerjanya kan kerja cepat, berbeda dengan ICS atau LABA.
Ijin share juga nih... Ada riset yang bilang bahwa isoproterenol inhalasi yang kontinyu lebih superior dibandingkan SABA untuk tatalaksana serangan akut asthma pada anak. (link) Padahal kalo di Indonesia sendiri kan biasanya anak dengan serangan akut yang berat dikasihnya SABA ato aminofilin kan yah.. Tapi memang sudah banyak penelitian yang melaporkan bahwa SABA dan aminofilin intravena itu tidak menunjukan keluaran yang konsisten (link)
Begitu dok.. Semoga membantu
Hasil penelitian tersebut memang tepat namun kita harus mempertimbangkan kondisi lokal di Indonesia juga yah..
Pada sebagian faskes, sediaan inhalasi tidak tersedia sehingga salbutamol oral masih digunakan. Namun, jika di faskes Anda sediaan inhalasi tersedia, sebaiknya ya jangan gunakan salbutamol oral.
Efek terapi salbutamol oral lama karena first pass metabolism, Dok... Udah gitu perlu dosis yang besar untuk mencapai therapeutic index. Efek sampingnya juga banyak... Untuk penjelasannya bisa Dokter lihat di sini