Konsumsi Albendazole yang Tidak Disengaja dalam Kehamilan

Oleh :
dr.Giovanny Azalia Gunawan

Pada umumnya, konsumsi albendazole tidak direkomendasikan untuk wanita hamil kecuali jika manfaat yang diharapkan jauh lebih besar daripada risiko potensial bagi janin. Albendazole adalah obat antiparasit yang digunakan untuk mengobati infeksi cacing.

Soil-transmitted helminth (STH) adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit cacing, seperti Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Enterobius vermicularis (cacing kremi), dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang). Berdasarkan data WHO, terdapat tiga grup yang rentan, yakni anak prasekolah, anak usia sekolah, dan wanita usia reproduksi, baik yang menyusui maupun hamil khususnya trimester pertama.[1-3]

Konsumsi Albendazole yang Tidak Disengaja dalam Kehamilan

Albendazole merupakan salah satu obat cacing yang sering diberikan pada seseorang yang terinfeksi cacing. Namun, albendazole tidak disarankan untuk diberikan pada anak usia < 2 tahun dan ibu hamil trimester pertama akibat potensi teratogenik dan embriotoksik. Meskipun demikian, penelitian terkait hal ini masih belum banyak dilakukan sehingga efek buruk pasti yang dapat ditimbulkan masih bersifat pro dan kontra.[4,5]

Efek Albendazole pada Kehamilan Trimester Pertama

Albendazole termasuk dalam obat Kategori C dimana obat ini memiliki risiko menyebabkan gangguan pada kehamilan dan hanya dianjurkan untuk diberikan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada efek samping yang ditimbulkan. Meskipun demikian, penelitian mengenai hal ini masih belum banyak. Albendazole diyakini dapat melewati plasenta, sehingga mempengaruhi janin dan dapat menyebabkan kelainan janin, abortus, atau kematian janin.[4,6]

Efikasi Albendazole pada Kasus Kecacingan pada Ibu Hamil

Dalam sebuah tinjauan sistematik, dilakukan evaluasi efektivitas, keamanan, dan tolerabilitas obat antiparasit selama kehamilan. Dari 23 studi yang dianalisis, diketahui bahwa pengobatan selama kehamilan dengan albendazole memiliki tingkat kesembuhan hingga 90% untuk cacing tambang dan Ascaris, namun hanya sekitar 50% untuk Trichuris.

Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat keguguran, konsentrasi hemoglobin, atau persalinan prematur antara kelompok yang diobati dengan albendazole atau mebendazole dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tidak ada kejadian efek samping serius yang dapat dikaitkan dengan obat-obatan yang diteliti.[9]

Keamanan Albendazole pada Ibu Hamil

Pada tinjauan sistematik yang dijelaskan di atas, albendazole tampaknya tidak menghasilkan peningkatan risiko keguguran, anemia, maupun persalinan prematur pada ibu hamil dibandingkan dengan placebo dan mebendazole. Efek samping serius juga dilaporkan tidak ada.[9]

Hasil serupa diungkapkan dalam sebuah tinjauan sistematik lain yang dilakukan pada 58 studi. Menurut tinjauan ini, tidak ada indikasi bahwa paparan tidak sengaja terhadap albendazole atau mebendazole pada trimester pertama kehamilan meningkatkan risiko luaran kelahiran yang buruk. Meski begitu perlu dicatat bahwa studi yang dievaluasi dalam tinjauan ini memiliki heterogenitas dalam desain studi, ukuran sampel, dosis, dan hasil yang diukur.[1]

Potensi Risiko Pada Janin

Dalam sebuah studi kasus (n=124) dan kontrol (n=382), dilaporkan bahwa wanita yang terpapar albendazole selama kehamilan tidak mengalami peningkatan risiko keguguran atau malformasi mayor pada bayi dibandingkan kelompok kontrol. Dari kelompok kasus, 23 wanita yang terpapar albendazole juga terpapar alkohol di awal kehamilan. Namun, semua menghentikan konsumsi alkohol setelah diagnosis kehamilan. Dua kasus juga merokok selama awal kehamilan, dan tujuh kasus lain terpapar radiasi ionisasi.

Wanita yang secara tidak sengaja terpapar albendazole menerima dosis tunggal 200 atau 400 mg. Indikasi utama dari paparan ini adalah pencegahan infeksi parasit. Usia kehamilan rata-rata saat paparan albendazole adalah 4.6 ± 1.9 minggu. Dalam kelompok kasus, terdapat 4 abortus spontan, 2 terminasi sukarela, dan 3 dari 64 bayi lahir dengan malformasi mayor. Dalam kelompok kontrol, terdapat 9 abortus spontan, 2 terminasi sukarela, dan 4 dari 183 bayi lahir dengan malformasi mayor.

Dari tiga bayi yang lahir dengan malformasi kongenital setelah terpapar albendazole, satu di antaranya memiliki polisindaktili postaksial pada kaki kiri berdasarkan USG di kehamilan 20 minggu. Kasus kedua adalah seorang bayi yang lahir dari ibu yang sedang sakit pilek dan mengonsumsi albendazole bersama obat-obat lain. Pemeriksaan USG di kehamilan 20 minggu mengidentifikasi dilatasi pelvis ginjal kanan dan hidronefrosis kiri. Kasus ketiga dilahirkan dari ibu yang hanya terpapar albendazole. Setelah lahir, teridentifikasi hernia inguinal kiri.

Perlu dicatat bahwa studi ini memiliki ukuran sampel yang kecil, sehingga studi dengan jumlah sampel lebih besar masih diperlukan untuk mengevaluasi perbedaan risiko dengan lebih jelas.[7]

Manajemen Konsumsi Albendazole yang Tidak Disengaja pada Kehamilan

Penggunaan rutin albendazole pada kehamilan dianjurkan untuk dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dan hanya dalam kondisi dimana manfaat melebihi risiko. Apabila pasien sudah mengonsumsi albendazole tanpa mengetahui bahwa sedang hamil maka penggunaan albendazole harus segera dihentikan. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi rutin untuk mengevaluasi efek samping yang ditimbulkan.[4,8]

Rekomendasi Penggunaan Albendazole untuk Kasus Kecacingan pada Ibu Hamil di Indonesia

Menurut Kementerian Kesehatan, langkah berikut dapat dilakukan untuk penanggulangan kecacingan pada ibu hamil:

  • Jika ibu hamil sudah diberikan suplementasi zat besi dan masih mengalami anemia, pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan tinja. Jika hasil positif, berikan obat cacing.
  • Pemeriksaan tinja juga dilakukan pada ibu dengan gejala kecacingan.
  • Obat cacing diberikan pada ibu yang ditemukan positif mengalami kecacingan mulai dari trimester ke-2 dan ke-3, diikuti dengan pengawasan dokter untuk kehamilannya secara rutin.
  • Obat albendazole dapat diberikan pada ibu hamil dengan usia kehamilan trimester kedua atau ketiga, diberikan satu tablet 400 mg.[10]

Kesimpulan

Albendazole merupakan obat Kategori C untuk ibu hamil. Artinya, obat ini hanya digunakan jika manfaat jauh lebih besar dibandingkan potensi risiko pada janin. Saat ini, bukti ilmiah yang mengevaluasi keamanan penggunaan albendazole pada ibu hamil masih terbatas. Beberapa bukti mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan risiko pada ibu maupun janin jika albendazole tidak sengaja dikonsumsi selama kehamilan, tetapi studi dengan populasi lebih besar masih diperlukan untuk mengonfirmasi hasil ini.

Pada pasien yang tidak sengaja mengonsumsi albendazole saat hamil, hentikan terapi bila memungkinkan, kemudian lakukan pengawasan kejadian merugikan pada ibu dan janin. Apabila albendazole perlu diberikan pada ibu hamil, sebaiknya lakukan pada trimester kedua atau ketiga kehamilan.

Referensi