Pengawasan Klinis Pyridostigmine
Pengawasan klinis pada penggunaan pyridostigmine harus mencakup tanda-tanda krisis kolinergik dan miastenik. Krisis kolinergik, yang disebabkan oleh overdosis pyridostigmine, dapat dikenali melalui gejala seperti hipersalivasi, diaforesis berlebihan, miosis, mual, muntah, diare, dan perubahan denyut jantung. Sebaliknya, krisis miastenik akibat peningkatan keparahan penyakit juga ditandai dengan kelemahan otot yang parah. Diferensiasi antara kedua krisis ini penting untuk manajemen yang tepat.
Pada pasien myasthenia gravis, pengawasan terhadap respon klinis diperlukan secara berkala untuk melakukan penyesuaian dosis. Pada awalnya, pyridostigmine biasa digunakan dalam dosis awal 60 mg 3 kali sehari, selanjutnya dosis dapat dititrasi sesuai respon pasien.
Pengawasan pada fungsi pernapasan juga sangat penting pada pasien dengan myasthenia gravis. Mengingat risiko kelemahan otot yang dapat mempengaruhi otot-otot pernapasan, pemantauan terhadap kapasitas vital dan parameter pernapasan lainnya harus dilakukan secara rutin.
Pasien yang menerima pyridostigmine untuk profilaksis pra-pajanan terhadap keracunan soman juga memerlukan pemantauan ketat. Penggunaan pyridostigmine harus dihentikan segera jika ada tanda-tanda keracunan agen saraf, dan pasien harus diberikan perawatan medis yang sesuai.[1-3]