Formulasi Vinblastine
Formulasi vinblastine di Indonesia hanya dalam satu sediaan berupa cairan injeksi.
Bentuk Sediaan
Vinblastine tersedia dalam bentuk cairan injeksi yang berisi zat aktif vinblastine sulfate. Di Indonesia, hanya ada satu sediaan vinblastine yaitu 1 mg/mL dalam vial 10 mL.[6,8,14]
Cara Penggunaan
Vinblastine hanya dapat diberikan secara intravena. Pemberiannya perlu dilakukan secara hati-hati, mengingat iritasi dan ulserasi dapat timbul akibat ekstravasasi subkutan dan paparan atau tumpahan pada jaringan sekitar. Untuk mengurangi risiko trombosis, pembuluh darah yang dipilih untuk injeksi injeksi tidak boleh memiliki gangguan sirkulasi.[4]
Jarum harus dipastikan telah masuk ke dalam vena sebelum injeksi dilakukan. Sebelum mencabut jarum, aspirasi darah vena untuk membersihkan jarum dapat mengurangi risiko tercecernya obat. Dosis vinblastine tidak boleh didilusi dalam volume yang besar atau diberikan intravena pada periode yang panjang (lebih dari 30 hingga 60 menit) karena bersifat iritasi pada vena dan meningkatkan risiko ekstravasasi.[3]
Penanganan Terjadinya Ekstravasasi saat Administrasi Vinblastine
Administrasi vinblastine harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman. Paparan vinblastine pada jaringan sekitar pada saat administrasi intravena dapat menyebabkan iritasi hingga luka. Apabila terjadi ekstravasasi akibat gangguan vena, injeksi harus segera dihentikan. Tarik cairan sebanyak mungkin menggunakan tekanan negatif pada spuit. Elevasi ekstremitas. Tempatkan pemanas secara intermiten pada area ekstravasasi selama 24 jam. Injeksi hyaluronidase lokal dapat mengurangi ketidaknyamanan dan kemungkinan selulitis. Jangan menggunakan es. Dosis vinblastine yang tersisa kemudian dilanjutkan pada vena lain dengan sirkulasi yang baik.[3,13]
Cara Penyimpanan
Vinblastine disimpan dalam kulkas pada suhu 2-8oC. Vinblastine sensitif terhadap cahaya sehingga sebaiknya menghindari penyimpanan di bawah cahaya langsung.[15]
Kombinasi dengan Obat Lain
Penggunaan vinblastine dalam pengobatan berbagai jenis tumor biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan obat lain. Regimen kemoterapi ABVD yang terdiri dari adriamycin® (doxorubicin), bleomycin, vinblastine, dan dacarbazine merupakan terapi standar limfoma Hodgkin selama lebih dari 30 tahun. Beberapa tahun terakhir terdapat kombinasi regimen kemoterapi baru untuk limfoma Hodgkin yang mulai diperhitungkan yaitu A+AVD, terdiri dari adcetris® (brentuximab vedotin), adriamycin® (doxorubicin), vinblastine, dan dacarbazine.[16]
Regimen VEPEMB untuk limfoma Hodgkin yang terdiri dari vinblastine, siklofosfamid, procarbazine, etoposide, mitoxantrone, dan bleomycin, sedang dalam uji klinis fase II.[17]
Selain itu, vinblastine juga diberikan bersama metotreksat sebagai kombinasi kemoterapi untuk fibromatosis agresif yang tidak bisa ditangani dengan tindakan operasi.[18] Kombinasi MVAC yang terdiri dari metotreksat, vinblastine, adriamycin® (doxorubicin), dan cisplatin digunakan untuk terapi kanker kandung kemih.[19] Kombinasi vinblastine dengan cisplatin dan mitomycin merupakan regimen alternatif untuk non-small cell lung cancer.[13]
Terapi vinblastine dengan platelet (vinblastine loaded platelets) diketahui efektif sebagai terapi immune thrombocytopenic purpura (ITP) dan anemia hemolitik autoimun.[13]