Pemanfaatan HbA1c untuk Diagnosis Diabetes Gestasional

Oleh :
dr. William Alexander Setiawan, SpOG

HbA1c belum digunakan sebagai alat diagnostik untuk diabetes gestasional meskipun pengukurannya lebih sederhana dan nyaman dibandingkan tes toleransi glukosa. Tes toleransi glukosa dianggap tidak nyaman bagi sebagian besar wanita hamil karena memakan waktu lama, sering menyebabkan mual, dan memerlukan kunjungan lebih lama ke fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, masih diperlukan alternatif pemeriksaan yang lebih baik seperti HbA1c.[1,2]

Kesulitan dalam Diagnosis Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional didefinisikan oleh American Diabetes Association (ADA) sebagai diabetes yang pertama kali didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan, dengan mengeksklusi kemungkinan diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang sudah ada sebelumnya. Diagnosis yang tepat terhadap kondisi ini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius selama kehamilan.[1,2]

HbA1c untuk Diagnosis Diabetes Gestasional

Meskipun demikian, metode diagnosis terbaik untuk diabetes gestasional masih menjadi perdebatan. Beberapa panduan menyarankan strategi skrining dua langkah, yaitu tes toleransi glukosa (TTG) non-puasa 50 g yang diikuti oleh tes toleransi glukosa oral (OGTT) 100 g jika hasil TTG abnormal. Namun, International Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups (IADPSG) merekomendasikan pendekatan satu langkah dengan OGTT 75 g pada usia kehamilan 24-28 minggu.[3-7]

Baru-baru ini, beberapa ahli berpendapat bahwa HbA1c akan bermanfaat dalam diagnosis diabetes gestasional. HbA1c mencerminkan kadar glukosa darah dalam 2-3 bulan terakhir dan telah digunakan sebagai kriteria diagnostik untuk diabetes di populasi umum. Penggunaan HbA1c tentunya lebih mudah dibandingkan TTG dan OGTT, tetapi penggunaannya secara klinis untuk diabetes gestasional masih amat jarang.[3,8]

Peran HbA1C Sebagai Alternatif Tes Toleransi Glukosa

HbA1c mencerminkan rerata kadar glukosa darah selama 2-3 bulan terakhir dan umumnya digunakan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 dan tipe 2. Namun, penggunaannya dalam mendeteksi diabetes gestasional masih kontroversial. Sebuah studi menunjukkan bahwa HbA1c bisa digunakan sebagai skrining untuk mengurangi jumlah ibu hamil yang perlu menjalani tes toleransi glukosa meskipun akurasi diagnosisnya belum cukup tinggi untuk menggantikan tes toleransi glukosa sepenuhnya.[9]

Beberapa penelitian telah meneliti potensi penggunaan HbA1c sebagai tes skrining untuk diabetes gestasional. Sebuah studi kasus-kontrol yang melibatkan 745 wanita hamil menunjukkan bahwa nilai HbA1c pada wanita hamil yang tidak menderita diabetes gestasional secara signifikan lebih rendah dibandingkan wanita yang menderita diabetes gestasional.

Dalam penelitian tersebut, penggunaan cut off ≤4,80 menghasilkan sensitivitas sebesar 94,74% dan spesifisitas 15,83%, dengan nilai prediksi positif (PPV) 6,11% dan nilai prediksi negatif (NPV) 98%. Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, misalnya wanita dengan diabetes mellitus yang sudah ada sebelumnya atau intoleransi glukosa sebelum kehamilan tidak dapat dihindari dalam inklusi penelitian ini.[9-12]

Keuntungan Penggunaan HbA1c

Dalam populasi risiko rendah, tes dua langkah seperti TTG dianggap berlebihan dan membebani. Penggunaan HbA1c sebagai tes skrining awal dapat menyederhanakan proses diagnosis. HbA1c yang diukur pada usia kehamilan 24-28 minggu dapat membantu mengurangi jumlah wanita yang perlu menjalani TTG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan HbA1c dengan ambang batas 4,6 dapat mengurangi 7,2% kebutuhan TTG tanpa hasil negatif palsu. Peningkatan ambang batas menjadi 4,7% menghasilkan satu negatif palsu tetapi dapat mengurangi 15% jumlah tes TTG. Jika ambang batas meningkat menjadi 4,8%, pengurangan TTG dapat mencapai 25,9% meskipun ada dua kasus negatif palsu​.

Studi lain yang melibatkan wanita hamil di Spanyol menunjukkan hasil serupa, di mana tidak ditemukan hasil negatif palsu dengan ambang batas 4,6 dan hanya dua negatif palsu dengan ambang batas 4,7%. Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun HbA1c bukanlah pengganti sempurna TTG, pemeriksaan ini dapat berperan dalam populasi risiko rendah​.[9,11]

Keterbatasan Penggunaan HbA1c

Sensitivitas dan spesifisitas HbA1c yang lebih rendah dibandingkan TTG menjadi salah satu faktor pembatas utama. Tidak ada titik potong HbA1c yang dapat memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi sekaligus. Oleh karena itu, HbA1c belum dapat digunakan sebagai tes diagnostik tunggal untuk diabetes gestasional.

Meskipun begitu, penggunaannya sebagai strategi eksklusi bersama dengan OGTT bisa menjadi pendekatan yang efektif, terutama dalam mengurangi beban pemeriksaan pada populasi risiko rendah.[9]

Perlu diingat bahwa pedoman terbaru dari American Diabetes Association (ADA) dan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) masih merekomendasikan pendekatan satu langkah dengan OGTT 75 g, atau pendekatan dua langkah dengan TTG 50 g non-puasa yang diikuti OGTT 100 g bagi pasien dengan hasil TTG abnormal. Kedua lembaga ini juga menekankan bahwa penggunaan HbA1c sebagai tes skrining pada usia kehamilan 24-28 minggu tidak seefektif TTG.[1,5,7]

Kesimpulan

Meskipun HbA1c tidak dapat menggantikan tes toleransi glukosa (TTG) sepenuhnya dalam diagnosis diabetes gestasional, penggunaannya sebagai alat skrining dapat membantu mengurangi jumlah wanita yang harus menjalani TTG, terutama dalam populasi berisiko rendah. Hal ini sangat relevan di negara berkembang atau dalam situasi lain di mana akses ke layanan kesehatan mungkin terbatas.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan ambang batas optimal HbA1c yang dapat digunakan dalam populasi yang lebih luas, serta untuk mengevaluasi efektivitas biaya dari strategi skrining yang menggabungkan HbA1c dan TTG.

Referensi