Konsumsi gula berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko dan progresivitas kanker. Meski demikian, hubungan kausatif antara keduanya masih menjadi kontroversi karena basis bukti ilmiah yang belum adekuat.[1,2]
Studi praklinis pada model tikus menunjukkan bahwa diet tinggi sukrosa atau fruktosa dapat meningkatkan beban tumor, mempercepat timbulnya kanker, dan meningkatkan prevalensi kanker. Namun, belum ada uji klinis pada manusia yang secara langsung mengeksplorasi hubungan kausatif antara sukrosa, fruktosa, dan patofisiologi kanker.[1-3]
Metabolisme Gula dan Efeknya terhadap Kesehatan
Monosakarida atau gula sederhana akan segera diserap di usus halus tanpa harus melewati proses pemecahan sebelumnya. Selanjutnya, lewat aktivitas kotranspor dengan bantuan ion natrium, glukosa akan diserap pada vili saluran cerna untuk memasuki aliran darah kapiler dan diteruskan menuju hepar. Sementara itu, gula yang lebih kompleks seperti polisakarida, oligosakarida, dan disakarida perlu melewati proses pemecahan oleh berbagai enzim sebelum akhirnya diserap pada usus halus.
Tidak seperti glukosa, fruktosa akan dicerna, diserap, dan dimetabolisme secara berbeda. Fruktosa akan memasuki jalur lipogenesis de novo pada hepar, sehingga diketahui turut berperan dalam terjadinya penyakit kronis. Kelebihan fruktosa diduga mempengaruhi risiko kanker karena akan meningkatkan produksi lemak hati, inflamasi sistemik, serta mengganggu metabolisme glukosa. Ini dapat mengarah pada resistensi insulin yang telah banyak dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.
Selain itu, kelebihan gula dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan insulin, mempromosikan proliferasi sel kanker melalui jalur insulin-like growth factor 1 (IGF-1). Kelebihan gula juga dapat berkontribusi pada kondisi hiperinsulinemia dan hiperglikemia kronis, yang memicu proses inflamasi dan oksidatif.[1-4]
Basis Bukti Mengenai Diet Tinggi Gula dan Risiko Kanker
Sebuah kohort prospektif dengan lebih dari 100.000 partisipan menunjukkan bahwa asupan gula total berhubungan dengan risiko kanker keseluruhan, serta kanker payudara secara spesifik. Peningkatan risiko ini didapatkan pada konsumsi gula tambahan, sukrosa, serta gula pada produk susu dan minuman manis. Kohort lain, yang menganalisis data dari 192.651 partisipan, juga menemukan bahwa asupan gula total dan jenis gula spesifik (fruktosa, glukosa, dan maltosa) berhubungan dengan risiko kanker kolorektal.[2,3]
Hasil serupa dilaporkan studi lain yang mengikuti 491.929 orang dewasa dengan usia rerata 39,9 tahun, yang mana peningkatan asupan gula dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker pankreas dan kematian terkait kanker ini. Pola konsumsi minuman manis 2 porsi/hari dikaitkan dengan peningkatan kematian akibat kanker pankreas sebanyak 50% secara keseluruhan dan sebanyak 3 kali lipat pada pasien usia <40 tahun.[5]
Sebuah meta analisis mengevaluasi 17 penelitian yang melibatkan 557.391 subjek, menemukan bahwa konsumsi minuman manis meningkatkan insidensi kanker kolorektal dan kematian akibat kanker tersebut. Hasil ini juga sejalan dengan studi lain yang menyatakan bahwa asupan fruktosa total berkaitan bermakna dengan insidensi dan mortalitas kanker kolorektal proksimal, terutama caecum.[6,7]
Batasan Konsumsi Gula Yang Dianggap Aman
WHO telah melakukan revisi terkait rekomendasi asupan gula. Saat ini, WHO menyarankan asupan gula bebas kurang dari 10% dari total asupan energi. Hal ini karena asupan gula menyumbang total energi yang signifikan tanpa penambahan nutrisi lainnya.[3]
Penambahan asupan gula juga telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, tidak hanya peningkatan risiko kanker payudara, kolorektal, dan pankreas. Kelebihan asupan gula telah dikaitkan dengan obesitas, resistensi insulin, diabetes mellitus, dan berbagai penyakit metabolik lainnya.[1-3]
Kesimpulan
Berbagai studi observasional mengindikasikan bahwa konsumsi gula berlebihan berhubungan dengan peningkatan risiko kanker, termasuk di antaranya adalah kanker payudara, kanker kolorektal, dan kanker pankreas. Meski belum ada bukti kuat yang menjelaskan hubungan kausatif, edukasi mengenai pembatasan konsumsi gula sangat penting karena konsumsi gula berlebih telah dikaitkan dengan berbagai efek buruk terhadap kesehatan, termasuk obesitas dan diabetes.