Penggunaan Tes Bilirubinometri Non-Invasif pada Neonatus

Oleh :
dr. Ardi Putranto Ari Supomo, Sp. PK

Saat ini, telah banyak alat bilirubinometri non-invasif yang dikembangkan untuk mendeteksi hiperbilirubinemia neonatal. Hiperbilirubinemia merupakan keluhan yang umum pada bayi baru lahir, disebut juga ikterus neonatorum. Gejala hiperbilirubinemia dapat berupa pigmentasi berwarna kekuningan di kulit, konjungtiva, dan membran mukosa. Meski dapat hilang dengan sendirinya, hiperbilirubinemia pada neonatus juga bisa menyebabkan ensefalopati.[1,2]

Terdapat beberapa panduan terapi hiperbilirubinemia neonatal, termasuk panduan dari WHO, AAP (American Academy of Pediatrics), maupun IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Banyak dari panduan ini telah menyarankan penggunaan pemeriksaan bilirubinometri transkutan sebagai alternatif pemeriksaan serum bilirubin.[3]

Secara garis besar, pemeriksaan bilirubin dapat dibagi menjadi 2 menurut cara pengambilan sampelnya, yaitu pemeriksaan invasif dan non invasif. Pemeriksaan invasif adalah pemeriksaan darah yang paling banyak dilakukan di praktik. Sementara itu, pemeriksaan non-invasif, seperti dengan menggunakan alat bilirubinometer transkutan, dapat digunakan sebagai alat skrining hiperbilirubinemia pada bayi.[1,2]

Referensi