Epidemiologi Pulpitis
Data epidemiologi menunjukkan pulpitis yang lebih sering ditemukan pada area dan kondisi sosioekonomi menengah ke bawah. Selain itu, pulpitis umumnya lebih sering menyerang usia dewasa daripada lansia. Hal Ini karena kavum pulpa sudah mengecil pada usia lansia akibat deposit dentin primer yang masif sehingga bakteri tidak dapat terakumulasi hingga ke kamar pulpa.[5,6]
Global
Angka epidemiologi pulpitis berbeda-beda pada setiap negara. Di Amerika Serikat, 25% populasi dewasa (20-64) dan 16,67% lansia memiliki karies gigi bertendensi pulpitis. Di sebuah rumah sakit gigi dan mulut di Cartagena, Spanyol, pulpitis diketahui terjadi pada 20-31,4% populasi dengan rentang usia kurang dari 19 tahun hingga lebih dari 45 tahun.[12]
Sebuah studi potong lintang di sebuah rumah sakit di Distrik Nellore, India, menemukan kasus inflamasi pulpa pada 864 orang (77,2%) dari 1118 pasien yang dievaluasi. Dari jumlah tersebut, 513 orang adalah perempuan dan 487 adalah laki-laki. Prevalensi tertinggi ada pada wanita dalam kelompok usia 18-30 tahun.[13]
Indonesia
Hingga kini, laporan nasional prevalensi pulpitis di Indonesia belum tersedia.
Mortalitas
Belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat pulpitis. Namun, jika pulpitis tidak segera mendapat perawatan, dapat terjadi nekrosis pulpa dan periodontitis. Jika nekrosis pulpa tidak dirawat dengan baik, maka berpotensi terjadi fokal infeksi yang sering dikaitkan dengan beberapa non-communicable diseases (NCDs) seperti endokarditis, gangguan pernapasan, hingga gangguan ginjal.
Selain itu, jika pulpitis yang telah berkembang menjadi nekrosis tidak dirawat dengan baik, dapat meningkatkan risiko pasien mengalami angina Ludwig, selulitis, osteomyelitis rahang, sinusitis purulen, meningitis, hingga abses otak.[3,6]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini