Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Korioamnionitis general_alomedika 2023-02-02T13:40:48+07:00 2023-02-02T13:40:48+07:00
Korioamnionitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Korioamnionitis

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Diagnosis korioamnionitis dapat ditegakkan berdasarkan temuan kultur positif pada cairan amnion atau membran plasenta pada ibu hamil yang datang dengan demam. Dalam praktik, kriteria diagnosis Gibbs atau  National Institutes of Child Health and Human Development-American College of Obstetricians and Gynecologists (NICHD-ACOG).[15,17]

Perlu diingat bahwa ketiadaan tanda klinis maternal atau tanda infeksi belum tentu menyingkirkan diagnosis korioamnionitis karena adanya kemungkinan terjadinya silent chorioamnionitis.[4,6]

Anamnesis

Pada anamnesis, ibu hamil dapat mengeluhkan demam, nyeri perut, dan/atau sekret purulen. Pada pasien tersebut, usia gestasi dan paritas perlu ditanyakan. Pasien juga perlu ditanyakan apakah ada mekonium pada air ketuban.

Adapun riwayat pasien yang juga penting ditanyakan adalah riwayat infeksi menular seksual dan riwayat infeksi saluran kemih.[4]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, adanya demam maternal meningkatkan kecurigaan terhadap korioamnionitis. Temuan lain pada pemeriksaan fisik yang dapat mengarah pada diagnosis korioamnionitis adalah:

  • Takikardia maternal, ditandai dengan denyut jantung lebih dari 100 kali per menit
  • Takikardia fetal, ditandai dengan denyut jantung janin >160 kali per menit selama 10 menit atau lebih
  • Nyeri abdomen
  • Nyeri tekan pada fundus uterus
  • Sekret serviks purulen berupa sekret kental berwarna keabu-abuan atau kekuningan yang terkonfirmasi secara visual dengan pemeriksaan inspekulo

  • Tanda-tanda lainnya: hipotensi, diaphoresis[4,6]

Diagnosis Banding

Pasien korioamnionitis umumnya datang dengan keluhan demam, nyeri abdomen dan nyeri tekan uterus. Keluhan-keluhan ini bersifat nonspesifik sehingga memungkinkan adanya diagnosis banding yang memiliki keluhan serupa seperti appendicitis, infeksi saluran kemih, pielonefritis, dan pneumonia perlu dieksplorasi.[4,6]

Pada wanita yang mendapat anestesi epidural saat persalinan, terdapat juga kondisi khusus yang dapat menjadi diagnosis banding korioamnionitis, yaitu epidural anesthesia induced fever.

Penggunaan anestesi epidural pada saat persalinan dapat memperpanjang waktu persalinan dan mengakibatkan ibu dehidrasi dan kelelahan hingga akhirnya menyebabkan peningkatan suhu ibu. Peningkatan suhu ibu dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung ibu dan janin.

Gambaran epidural anesthesia induced fever ini mirip dengan gejala yang ditimbulkan korioamnionitis. Pada demam yang disebabkan oleh anestesi epidural, seringkali terjadi inflamasi steril dan terdapat peningkatan interleukin 6 (IL-6) pada darah ibu.

Pada sisi lain, janin yang dilahirkan tampak sehat dan dapat terjadi demam pada saat lahir, namun demam turun ke suhu normal dengan cepat bila tidak terjadi infeksi.[17]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk korioamnionitis mencakup pemeriksaan kultur, histologi, dan pemeriksaan laboratorium lainnya, seperti leukosit esterase. Ultrasonografi juga dapat digunakan untuk menilai kesejahteraan janin atau menilai ada tidaknya insufisiensi serviks jika usia gestasi masih dalam trimester kedua.

Kultur

Kultur merupakan standar baku diagnosis korioamnionitis. Temuan kultur positif pada cairan amnion melalui amniosentesis atau pada membran plasenta (antara korion/amnion). Walau demikian, tes ini memiliki keterbatasan karena memerlukan waktu yang cukup lama untuk menunggu hasil yang definitif.

Pemeriksaan Laboratorium Lainnya

Beberapa tes dengan hasil yang lebih cepat dapat dilakukan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah leukosit esterase, aktivitas endotoksin maternal, kadar sitokin maternal atau pada cairan amniotik seperti pemeriksaan kadar interleukin-6, tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha), dan kadar c-reactive protein maternal.

Laporan kasus di Indonesia menemukan bahwa pemeriksaan leukosit esterase memiliki tingkat akurasi yang tinggi dengan sensitivitas 98,6% dan spesifisitas 95,2%. Namun, perlu diingat bahwa kebanyakan tes ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut atau bersifat kurang spesifik.[11,17]

Histologi

Tingkat keparahan korioamnionitis akut dapat diklasifikasikan menggunakan kriteria Redline. Sebelum membahas klasifikasi korioamnionitis, terdapat dua istilah yang perlu diperhatikan, yaitu “stage” yang merujuk pada progresivitas korioamnionitis berdasarkan lokasi anatomi yang diinfiltrasi oleh neutrofil, dan istilah kedua “grade” yang merujuk pada intensitas proses inflamasi akut pada lokasi tertentu. Redline mengklasifikasikan lesi inflamasi akut plasenta menjadi dua kategori, yaitu respons inflamasi maternal (Tabel 1) dan respons inflamasi fetal (Tabel 2).[15]

Tabel 1. Kriteria Redline Berdasarkan Respons Inflamasi Maternal

Kategori Diagnostik Terminologi Diagnostik Karakteristik
Stage 1 Korionitis atau subkorionitis akut Sel polimorfonuklear (PMN) pada fibrin subkorionik dan/atau membran trofoblast
Stage 2 Korioamnionitis akut PMN pada korion fibrosa dan/atau amnion
Stage 3 Necrotizing chorioamnionitis PMN karyorrhexis, nekrosis epitel amnion, dan/atau penebalan membran dasar amnion
Grade 1 Tidak ada terminologi khusus Sekelompok kecil neutrofil menginfiltrasi chorion laeve, lempeng korionik, fibrin subkorionik, atau amnion.
Grade 2 Korioamnionitis kronik (atau subakut) PMN konfluen (≥10 x 20 sel) antara korion dan desidua; ≥3 isolated foci atau continous band

Sumber: Kachikis A, Eckert LO. 2019.[15]

Tabel 2. Kriteria Redline Berdasarkan Respons Inflamasi Fetal

Kategori Diagnostik Terminologi Diagnostik Karakteristik
Stage 1 Korionik vaskulitis atau phlebitis umbilikal PMN intramural-pembuluh darah korionik dan/atau vena umbilikal
Stage 2 Vaskulitis umbilikal atau panvaskulitis umbilikal PMN intramural-arteri umbilikal (±vena umbilikal)
Stage 3 Necrotizing funisitis atau dengan perivaskulitis umbilikal konsentris PMN ± bands rings halos konsentris di sekitar satu atau lebih pembuluh darah umbilikal
Grade 1 Tidak ada terminologi khusus Tidak seberat definisi di bawah ini
Grade 2 Dengan respons inflamasi fetal berat atau dengan vaskulitis (umbilikal) korionik intens PMN intramural mendekati konfluen-korionik dan/atau pembuluh darah umbilikal dengan degenerasi VSMC.

Sumber: Kachikis A, Eckert LO. 2019.[15]

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat dijumpai shift to the left dan leukositosis maternal, yakni kadar leukosit >15.000/mm3. Leukositosis dapat ditemukan pada 70–90% kasus korioamnionitis. Namun, temuan ini saja tanpa disertai tanda dan gejala lainnya bersifat nonspesifik.

Shift to the left dan leukositosis maternal dapat disebabkan oleh faktor lain seperti penggunaan kortikosteroid antenatal.[6,15]

Kriteria Diagnosis

Terdapat dua algoritma pendekatan diagnosis korioamnionitis, yaitu kriteria Gibbs dan kriteria berdasarkan (NICHD-ACOG).

Kriteria Gibbs

Berdasarkan kriteria Gibbs, korioamnionitis klinis dapat ditegakkan bila terdapat demam maternal ditambah dua atau lebih kriteria berikut:

  • Takikardia maternal
  • Takikardia fetal
  • Nyeri tekan uterus
  • Cairan ketuban berbau
  • Leukositosis maternal[15]

Kriteria NICHD-ACOG

Pada algoritma oleh NICHD-ACOG, pasien yang dicurigai mengalami korioamnionitis atau Triple I dapat dimasukkan dalam tiga kategori, yaitu isolated maternal fever, dicurigai Triple I, dan terkonfirmasi Triple I; yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria NICHD-ACOG

Kategori Fitur

Isolated maternal fever (bukan Triple I)

Suhu oral ibu ≥39°C pada satu waktu dimasukkan dalam kategori ini. Bila suhu oral di antara 38–38,9°C, ulangi pemeriksaan 30 menit kemudian, jika suhu tetap 38-38,9°C, maka juga termasuk dalam kategori ini
Dicurigai Triple I

Demam intrapartum pada ibu tanpa adanya sumber yang jelas ditambah satu atau lebih kriteria berikut:

●      Leukositosis maternal (tanpa adanya penggunaan steroid)

●      Sekret serviks purulen

●      Takikardia fetal, pengecualian pada akselerasi, deselerasi, dan periode variabilitas bermakna

Terkonfirmasi Triple I

Seluruh kriteria dicurigai ditambah salah satu hasil berikut ini:

●      Pewarnaan gram cairan amnion positif

●      Kadar glukosa rendah atau kultur positif pada cairan amnion

●      Pemeriksaan patologi pada plasenta menggambarkan infeksi

Sumber: Medscape. 2018.[17]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

4. Fowler JR, Simon LV. Chorioamnionitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532251/
6. Tita AT, Andrews WW. Diagnosis and management of clinical chorioamnionitis. Clin Perinatol. 2010 Jun;37(2):339-54.
11. Novianesari PH, Bernolian N, Maulani H, Ramadanti A, Theodorus. Comparison between leukocyte esterase activity and histopathological examination in indentifying chorioamnionitis. Case Reports in Perinatal Medicine.2017;7(1).
15. Kachikis A, Eckert LO, Walker C, Bardají A, Varricchio F, Lipkind HS, Diouf K, Huang WT, Mataya R, Bittaye M, Cutland C, Boghossian NS, Mallett Moore T, McCall R, King J, Mundle S, Munoz FM, Rouse C, Gravett M, Katikaneni L, Ault K, Klein NP, Roberts DJ, Kochhar S, Chescheir N; Brighton Collaboration Chorioamnionitis Working Group. Chorioamnionitis: Case definition & guidelines for data collection, analysis, and presentation of immunization safety data. Vaccine. 2019 Dec 10;37(52):7610-7622.
17. Bany-Mohammed FM. Chorioamnionitis. Medscape. 2018.

Epidemiologi Korioamnionitis
Penatalaksanaan Korioamnionitis
Diskusi Terbaru
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas 1 menit yang lalu
MRI Pasien Stroke Iskemik - ALOPALOOZA
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
1 Balasan
Alodokter, pasien laki2 56 tahun dgn hipertensi dan diabetes mendadak lemah sisi tubuh kanan. MRI DWI memperlihatkan gambaran berikut. Arteri apa yang...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 3 jam yang lalu
H-7 Webinar ALOMEDIKA: Peran Dokter dalam Persiapan Haji dan Umroh - Selasa, 20 Mei 2025 Pukul 13.00 - 14.30 WIB
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Ikuti ALOMEDIKA Webinar - "Peran Dokter dalam Persiapan Haji dan Umroh" untuk memahami peran strategis dokter dalam menjaga kesehatan para jemaah...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 4 jam yang lalu
Jurnal Paling Zonk di Bulan Mei 2025😱
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
1 Balasan
ALO Dokter!Selalu tinjau bacaan dokter dengan kritis, karena tidak semua penelitian yang dipublikasikan dapat diandalkan!Penelitian terkait efek konsumsi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.