Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Sarcopenia general_alomedika 2024-10-16T14:55:01+07:00 2024-10-16T14:55:01+07:00
Sarcopenia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Sarcopenia

Oleh :
dr.Putra Rizki Sp.KO
Share To Social Media:

Penatalaksanaan sarcopenia atau sarkopenia menggunakan dua prinsip utama, yaitu intervensi latihan fisik dan intervensi nutrisi. Pada beberapa kasus, terapi farmakologi dapat diberikan jika pasien terbukti mengalami defisit hormon tertentu yang signifikan. Hingga saat ini, pengembangan obat yang efektif untuk sarcopenia berjalan lambat dan belum ada uji coba terkontrol secara acak yang dilakukan dengan baik.[2,6]

Intervensi Latihan Fisik

Latihan beban untuk sarcopenia merupakan tata laksana lini pertama. Tujuan latihan beban adalah meningkatkan massa, kekuatan, dan fungsi otot. Latihan beban bisa berupa kalistenik yang menggunakan beban badan, atau menggunakan alat seperti karet dan dumbell.[6]

Latihan beban yang dilakukan 3−4 kali seminggu selama 3 bulan akan menunjukkan perubahan signifikan pada massa dan kekuatan otot pasien sarcopenia. Sangat dianjurkan latihan beban pada pasien sarcopenia di bawah supervisi ahli, untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.[6]

Sementara itu, manfaat latihan resistensi untuk pengobatan sarcopenia dalam penelitian belum diterjemahkan untuk praktik klinis. Hal ini karena kurangnya panduan terstandar dalam pemberian resep olahraga. Namun, saat ini program latihan resistensi yang dianjurkan untuk sarcopenia terdiri dari 2 sesi latihan per minggu, yang melibatkan kombinasi latihan tubuh bagian atas dan bawah dengan tingkat usaha yang relatif tinggi selama 1‒3 set dengan 6‒12 pengulangan.[2]

Intervensi Nutrisi

Asupan gizi yang dibutuhkan pasien sarcopenia termasuk pemberian tinggi protein dan suplementasi vitamin D.

Protein

Pemberian protein dalam bentuk protein yang diperkaya leusin atau whey telah terbukti sangat efektif dalam meningkatkan massa otot. Pada pasien sarcopenia direkomendasikan untuk meningkatkan asupan protein 1,2 gram/kgBB/hari. Untuk pasien sarcopenia yang lemah atau memiliki penyakit penyerta, rekomendasi menjadi 1,2−1,5 gram/kgBB/hari.[15]

Vitamin D

Suplementasi vitamin D secara terpisah telah terbukti meningkatkan kekuatan otot, meskipun tidak berpengaruh pada massa otot. Rekomendasi ini hanya diberikan pada lansia  yang mengalami kekurangan vitamin D, di mana risiko jatuh pada kelompok pasien ini lebih besar.[6]

Terapi Farmakologi

Farmakologi yang dapat diberikan pada pasien sarcopenia adalah androgenic steroid.

Androgenic Steroids

Androgenic steroids di antaranya adalah nandrolone decanoate atau oxymetholone, yang telah terbukti memiliki efek positif pada otot. Nandrolone decanoate merupakan preparat 19-nortestosteron yang diberikan melalui injeksi subkutan, sedangkan oxymetholone peroral. Kedua obat telah digunakan untuk tata laksana anemia. Pemberian terapi ini menunjukkan perbaikan pada area serat dan massa otot.[6]

Protein Anabolic Agents

Recombinant human growth hormone (rHGH) menyebabkan pelepasan insulin like growth factor-1 (IGF-1) yang disimpan di hati. Obat ini memiliki efek signifikan pada penambahan berat badan dan peningkatan massa tubuh tanpa lemak, meskipun tidak menambah kekuatan otot. Sumatriptan adalah agen yang saat ini memiliki lisensi untuk digunakan untuk pasien AIDS wasting syndrome.[8]

Penelitian HORMA (hormonal regulators of muscles and metabolism in aging) menunjukkan manfaat respons positif kekuatan dan massa otot terhadap pemberian hormon pertumbuhan dengan testosteron, meskipun respon terjadi secara lambat. Mengingat bahwa efek dari rHGH dimediasi oleh IGF-1 maka IGF-1 diasumsikan harus digunakan secara langsung, tetapi saat ini masih sedikit bukti ilmiah manfaatnya.[8]

Myostatin Inhibitors

Myostatin diproduksi oleh otot, dan bertindak untuk mencegah anabolisme otot dan sel satelit. Biasanya seseorang yang kehilangan gen myostatin memiliki massa otot yang meningkat secara signifikan. Obat inhibitor myostatin telah dikembangkan untuk memanfaatkan efek ini.[6]

MYO-029 atau stamulumab adalah antibodi monoklonal terhadap myostatin, yang telah digunakan dalam konteks distrofi otot untuk meningkatkan massa otot.[6]

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

2. Sayer AA, Cruz-Jentoft A. Sarcopenia definition, diagnosis and treatment: consensus is growing. Age Ageing. 2022 Oct 6;51(10):afac220. doi: 10.1093/ageing/afac220. PMID: 36273495; PMCID: PMC9588427.
6. Fuggle NR, Pgcert M, et al. Sarcopenia. Best Pr Res Clin Rheumatol. 2017;31(2):218–42.
8. Diseases S, Hasni S, Diseases S. Pathogenesis and management of sarcopenia. Clin Geriatr Med. 2018;33(3):17–26.
15. Rubbieri G, Mossello E, Di Bari M. Techniques for the diagnosis of sarcopenia. Clin Cases Miner Bone Metab. 2014;11(3):181–4.

Diagnosis Sarcopenia
Prognosis Sarcopenia

Artikel Terkait

  • Olahraga Latihan Beban untuk Mencegah Sarcopenia pada Lansia
    Olahraga Latihan Beban untuk Mencegah Sarcopenia pada Lansia
  • Tata Laksana Nutrisi pada Sarcopenia Usia Lanjut
    Tata Laksana Nutrisi pada Sarcopenia Usia Lanjut
  • Membedakan Sarkopenia dengan Frailty
    Membedakan Sarkopenia dengan Frailty
  • Manfaat dan Risiko Suplementasi Protein Whey
    Manfaat dan Risiko Suplementasi Protein Whey
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 22 November 2022, 13:15
Nutrisi untuk pasien lansia dengan sarcopenia - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALO dokterIjin bertanya dok, bagaimana nutrisi yang tepat diberikan untuk pasien lansia dengan Sarcopenia tanpa penyulit seperti hipertensi dan penyakit...
dr. Intan Fajriani
Dibalas 29 Juli 2022, 15:20
Live Webinar Alomedika - Jaga Kekuatan dan Kelenturan di Usia Senja. Sabtu, 30 Juli 2022. Pukul: 19.00 - 20.00.
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Jaga Kekuatan dan Kelenturan di Usia Senja."Narasumber:Dr. dr. Ignatio Rika Haryono, Sp.KO -...
Anonymous
Dibalas 21 Juli 2022, 11:59
Gizi dalam Sarcopenia - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
ALO dr. Khrisnugra Ramadhani Rasyi, M.Gizi, Sp.GK,Ijin bertanya dok. Geriatri rentan mengalami sarcopenia, tapi konsumsi protein juga berkurang karena...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.