Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Gondongan general_alomedika 2023-03-03T10:50:25+07:00 2023-03-03T10:50:25+07:00
Gondongan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Gondongan

Oleh :
Edwin Wijaya
Share To Social Media:

Diagnosis gondongan atau mumps umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan. Pasien dengan keluhan utama berupa gejala tipikal gondongan, yaitu gejala prodromal disertai pembengkakan kelenjar parotis, harus dicurigai sebagai gondongan terlebih dahulu. Riwayat yang penting untuk dicari saat anamnesis adalah:

  • Perjalanan penyakit sesuai manifestasi klinis
  • Karakteristik pembesaran kelenjar parotis
  • Kontak dengan individu lain yang terkena gondongan
  • Riwayat imunisasi gondongan

Selain mencari manifestasi klinis tipikal, perlu juga dicari tanda dan gejala yang mengarahkan pada manifestasi sistemik gondongan, misalnya orkitis dan meningitis.

Pada umumnya pemeriksaan penunjang tidak diperlukan pada kasus gondongan karena penegakan diagnosis gondongan merupakan diagnosis klinis. Pemeriksaan penunjang dapat dikerjakan bila gejala tidak terlalu khas atau ada gejala sistemik.

Anamnesis

Virus umumnya masuk melalui saluran dengan mukosa seperti hidung dan mulut. Virus kemudian menyebar melalui kelenjar getah bening dan dilanjutkan dengan viremia selama 3-5 hari. Pada masa ini terjadi gejala fase prodromal. Gejala pada fase prodromal umumnya tidak spesifik, yaitu:

  • Demam tinggi
  • Malaise
  • Nyeri otot
  • Penurunan nafsu makan[4,5]

Setelah itu, mulai terjadi pembesaran kelenjar parotis dengan karakteristik:

  • Dapat muncul unilateral maupun bilateral. Pada sekitar 80% kasus terjadi parotitis bilateral
  • Benjolan lunak dan nyeri
  • Nyeri ini memuncak pada sekitar hari ketiga sejak pembesaran karena benjolan telah mencapai ukuran maksimum.
  • Kemerahan dan bengkak pada muara duktus Stensoni.
  • Benjolan dapat mendorong telinga ke arah lateral[1]

Fase ini dapat disertai beberapa gejala lain:

  • Nyeri sekitar telinga
  • Nyeri saat mengunyah
  • Pembesaran kelenjar submaksila (jarang). Pada 10-15% kasus gondongan dapat terjadi pembesaran kelenjar submandibula tanpa parotitis.
  • Edema laring dan palatum
  • Edema di atas manubrium sterni akibat obstruksi aliran getah bening[1]

Sumber: anonim, PHIL CDC, 1975. Sumber: anonim, PHIL CDC, 1975.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada kasus gondongan yang paling khas ditemukan adalah adanya pembesaran kelenjar parotis yang disertai peningkatan suhu badan. Hal lain yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah pembesaran kelenjar getah bening sub mandibula, walaupun hal ini cukup jarang.

Apabila terjadi komplikasi berupa meningitis, maka pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda iritasi meningen, seperti kaku kuduk dan tanda Brudzinsky.

Diagnosis Banding

Fase prodromal pada gondongan sulit dibedakan dengan fase prodromal infeksi virus lainnya karena gejala tidak spesifik. Parotitis pada gondongan harus dibedakan dengan penyebab lain yang mirip parotitis akibat gondongan.

Parotitis Supuratif

Merupakan infeksi kelenjar parotis akibat bakteri. Gejala berupa pembengkakan pada regio preaurikula, postaurikula, dan mandibula. Pada palpasi, benjolan akan teraba keras dan penekanan kelenjar dapat menyebabkan keluarnya pus dari duktus Stensoni.[1,5]

Parotitis akibat Virus Lain

Banyak virus lain yang dapat menyebabkan parotitis, misalnya virus Epstein-Barr (EBV), cytomegalovirus, adenovirus, dan sebagainya. Infeksi virus lain ini sulit dibedakan dengan gondongan karena umumnya memiliki fase prodromal yang mirip. Infeksi EBV diketahui dapat menyebabkan positif palsu pada pemeriksaan serologi IgM gondongan. Infeksi HIV juga dapat disertai dengan gejala parotitis kronis.[5]

Sialolithiasis

Umumnya terjadi bengkak pada kelenjar parotis yang bisa disertai nyeri. Pada sialolithiasis umumnya tidak ada gejala prodromal dan penegakkan diagnosis dilakukan secara radiologis.[5]

Tumor parotis

Tumor pada parotis memiliki gejala benjolan yang tidak nyeri dan membesar secara perlahan. Apabila tumor ganas, dapat terjadi paralisis saraf kranial VII ipsilateral karena lokasi saraf ini mudah diinfiltrasi tumor ganas parotis.[5]

Sindrom Sjogren

Pada sindrom Sjogren, terjadi pembesaran kelenjar parotis disertai submandibular secara perlahan dan umumnya bilateral.[5]

Sarkoidosis

Sarkoidosis dapat melibatkan kelenjar parotis biarpun jarang. Pada umumnya terjadi pembesaran kedua kelenjar parotis tanpa disertai rasa nyeri. Pada anamnesis dapat ditemukan tanda dan gejala sarkoidosis sistemik. [5]

Sindrom Mikulicz

Pada penyakit ini terjadi pembesaran kelenjar parotis dan lakrimal kronis. Gejala disertai mulut kering dan tidak ada kelenjar air mata.[1]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan karena diagnosis mumps dapat ditegakkan secara klinis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun, bila diperlukan, isolasi virus mumps dari sampel swab nasofaring atau swab buccal dapat dilakukan.

Referensi

1. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012

4. Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme II JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015

5. Albrecht MA. Mumps. updated Sep 14, 2017

Epidemiologi Gondongan
Penatalaksanaan Gondongan
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 31 Desember 2024, 23:03
mumps pada ibu hamil trimester 2
Oleh: Anonymous
1 Balasan
dok saya ada px ibu hamil g3p1a1 h19 mgg dgn nyeri leher sebelah kiri, bengkak disertai demam. Saya dx dengan mumps, tertular dari anak pasien. Apakah px ini...
Anonymous
Dibalas 17 November 2024, 19:27
Pemilihan antivirus untuk mumps
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok. Apakah antivirus seperti isprinol memang diperlukan untuk kasus MUMPS ?? Karena banyak kasus yang hanya dengan pengobatan simptomatis, lama...
dr.karina daniel
Dibalas 24 Februari 2020, 10:32
Hubungan struma nodosa non toksis dengan fertilitas
Oleh: dr.karina daniel
3 Balasan
Allo dokter izin bertanya..apakah ada hubungan langsung dari struma nodusa non toksis dengan kesuburan?

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.