Penatalaksanaan Osteoarthritis
Penatalaksanaan osteoarthritis bertujuan untuk meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Saat ini belum ada modalitas farmakoterapi yang diketahui dapat membalikkan proses patologi akibat osteoarthritis. Injeksi Platelet-Rich Plasma (PRP) dan asam hyaluronat banyak diteliti manfaatnya untuk osteoarthritis, namun hasil studi masih saling bertentangan. Pada kondisi yang sangat berat, dapat dipertimbangkan tindakan operasi penggantian sendi.
Analgesik
Paracetamol dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) oral atau topikal dapat diberikan untuk mengatasi keluhan nyeri pada pasien osteoarthritis. Meski demikian, pemberian OAINS oral sebaiknya dihindari pada pasien yang memiliki riwayat penyakit arteri koroner atau stroke. Pemberian OAINS juga perlu berhati-hati pada pasien dengan riwayat ulkus peptikum, usia tua dan riwayat penggunaan steroid. Pada pasien dengan kondisi khusus tersebut dapat lebih dipilih OAINS topikal.[21,22]
Paracetamol
Paracetamol dapat diberikan pada osteoarthritis dengan gejala ringan sebagai farmakoterapi lini pertama, bila tidak ada komorbid lain. Dosis yang diberikan adalah maksimal 4 gram/hari. Terapi asetaminofen dapat dikombinasi dengan penggunaan pain patch ataupun analgesik topikal.[21,22]
Obat Antiinflamasi Nonsteroid
Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dapat diberikan dengan oral maupun topikal. OAINS oral, seperti diklofenak, dapat diberikan sebagai lini kedua apabila pasien tidak membaik dengan pemberian paracetamol.
Penggunaan OAINS harus memperhatikan toleransi pasien dan risiko efek samping gastrointestinal, kardiologi, hepatik, dan renalis. Gunakan OAINS pada dosis terendah yang efektif dalam waktu yang sesingkat mungkin. Proton pump inhibitor (PPI) dapat diberikan sebagai terapi tambahan OAINS.[21,22,24]
Analgesik Topikal
Penggunaan analgesik topikal dapat diberikan sebagai terapi tambahan obat nyeri oral, terutama pada osteoarthritis lutut dan tangan. Jenis analgesik topikal yang disarankan adalah obat antiinflamasi nonsteroid topikal, seperti diklofenak dan ketoprofen. Pilihan lain adalah kapsaisin topikal.[21,22]
Penghambat COX-2
Penghambat cyclooxygenase-2 (COX-2) oral, seperti celecoxib, memiliki potensi analgesik yang sama dengan OAINS oral, namun memiliki efek samping gastrointestinal yang lebih baik. Penghambat COX-2 dengan dosis terendah yang efektif dapat digunakan sebagai terapi osteoarthritis.[21,22,24]
Opioid
Obat nyeri golongan opioid dapat diberikan pada pasien dengan gejala nyeri derajat sedang hingga berat, memiliki kontraindikasi terhadap penggunaan OAINS, dan bila pasien tidak respon terhadap terapi analgesik lainnya. Contoh opioid yang dapat diberikan adalah tramadol 100-300 mg per hari dalam dosis terbagi. Meski demikian, dokter perlu mewaspadai risiko penyalahgunaan.[21,22,24]
Injeksi Kortikosteroid Intraartikular
Injeksi steroid intraartikular bekerja dengan mengurangi peradangan sendi dan sinovium. Injeksi kortikosteroid digunakan untuk meredakan gejala osteoarthritis jangka pendek setelah kegagalan terapi non bedah lainnya. Meski demikian, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa injeksi kortikosteroid intraartikular memiliki efek kondrotoksik, utamanya pada sendi lutut.
Kortikosteroid yang banyak digunakan di praktik adalah triamcinolone dengan dosis 10 mg pada sendi kecil atau 40-50 mg pada sendi besar.[6,21,22]
Injeksi Intraartikular Lainnya
Platelet-Rich Plasma (PRP) dan asam hyaluronat juga banyak diinjeksikan secara intraartikular pada kasus osteoarthritis. Meski demikian, bukti ilmiah yang mendukung manfaat keduanya masih saling bertentangan.[6,21,22]
Terapi Non Medikamentosa
Pemilihan terapi okupasi untuk mengurangi beban pada sendi yang terlibat seperti brace, splint, cane, atau crutch dianjurkan pada pasien osteoarthritis terutama yang sudah memiliki kelainan garis sendi dan pasien dengan obesitas.
Pemberian program latihan fisik juga dianjurkan. Selain bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan mengembalikan ruang lingkup sendi, latihan fisik juga terbukti bermanfaat dalam mengurangi nyeri. Latihan fisik yang dianjurkan adalah kombinasi antara latihan aerobik dan latihan kekuatan otot.[22]
Pembedahan
Tujuan pembedahan pada pasien osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa sakit, meminimalkan kecacatan, dan meningkatkan kualitas hidup. Pemilihan tata laksana ini bersifat individual sesuai dengan kondisi fungsional pasien, tingkat keparahan penyakit, dan sifat penyakit yang mendasarinya.
Intervensi bedah untuk pasien dengan osteoarthritis umumnya dilakukan setelah 6-12 bulan tata laksana non-invasif tidak berhasil. Pilihan tata laksana bedah pada osteoarthritis antara lain atroskopi dan total knee replacement (TKR).[6,21,23]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan