Asam traneksamat (tranexamic acid/TXA) sudah sejak lama digunakan untuk mengontrol perdarahan terutama di kondisi trauma. Akan tetapi, manfaat asam traneksamat untuk perdarahan saluran cerna atas belum diketahui.
Perdarahan saluran cerna masih merupakan salah satu penyebab kematian yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Perdarahan tersebut dapat terjadi di bagian mana saja, namun perdarahan di saluran cerna bagian atas (SCBA) merupakan salah satu manifestasi klinis yang ditemukan dengan Case Fatality Rate mendekati 10%. Di Indonesia, salah satu temuan klinis pada pasien yang dilakukan endoskopi adalah perdarahan SCBA dengan prevalensi 20,1%.[1,2]
Pada pasien dengan perdarahan SCBA, manifestasi klinis yang sering dijumpai adalah hematemesis dan melena. Tidak jarang, pasien yang mengalami perdarahan SCBA akan mengalami perdarahan ulang yang akan meningkatkan risiko mortalitas akibat perdarahan tersebut.[3]
Hingga saat ini, tatalaksana perdarahan SCBA meliputi pemberian resusitasi cairan intravena, transfusi darah, terapi dengan obat-obatan anti-ulkus peptik seperti penyekat pompa proton maupun terapi hemostasis dengan endoskopi. Asam traneksamat atau tranexamic acid (TXA) merupakan suatu anti-fibrinolisis yang dapat menurunkan intensitas perdarahan, terutama perdarahan oleh karena trauma.[4,5]
Namun, hingga saat ini, penggunaan TXA dalam kasus perdarahan SCBA masih terbatas oleh karena kurangnya bukti ilmiah yang mendukung penggunaannya. Artikel ini akan membahas peran TXA sebagai salah satu terapi ajuvan pada kasus perdarahan SCBA.[6]
Manfaat Asam Traneksamat Tidak Terbatas pada Kasus Perdarahan SCBA
Selama ini, seringkali TXA digunakan pada kasus perdarahan SCBA. Namun, berbagai studi telah melaporkan bahwa TXA memiliki efek yang baik dalam menghentikan perdarahan tidak terbatas pada kasus perdarahan SCBA. [7]
Namun, pada kasus perdarahan pascaoperasi di berbagai tempat seperti operasi di bidang toraks-kardiovaskuler, ortopedi, hepar, urologi, ginekologi, dan di bidang bedah saraf. Dalam penelitian meta-analisis yang dilakukan Ker et al., TXA dapat menurunkan risiko kebutuhan transfusi dengan RR 0,62 (95% IK: 0,58-0,65, p<0,001) dan menurunkan angka mortalitas dengan RR 0,61 (95% IK: 0,38-0,98, p:0,04).[7]
Peran Asam Traneksamat pada Kasus Perdarahan Saluran Cerna Atas
Pemahaman yang dianut hingga saat ini menyatakan bahwa TXA bekerja menghentikan perdarahan sebagai antifibrinolisis yang mencegah lisisnya bekuan darah. Hal ini dapat dilakukan oleh karena TXA menghambat konversi plasminogen menjadi plasmin.[11]
Hingga saat ini, peran TXA dalam kasus perdarahan SCBA masih memberikan hasil yang bervariasi. Kesimpulan mengenai peran TXA dalam perdarahan SCBA masih harus dilakukan dengan hati-hati mengingat masih banyak kasus drop-out pada studi yang telah dilaporkan sebelumnya, sehingga efikasi TXA dalam kasus perdarahan SCBA harus dicermati terlebih dahulu.[12]
Efikasi Asam Traneksamat pada Perdarahan Cerna Saluran Atas
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dilakukan penelitian double-blind dan placebo-controlled trial HALT-IT pada tahun 2020 melaporkan pemberian TXA dengan dosis 1 gram dalam 100 mL NaCl 0,9% yang diberikan secara intravena pelan dalam 10 menit dilanjutkan dengan 3 gram dalam 1 liter larutan NaCl 0,9% diberikan secara intravena dengan kecepatan 125 ml/jam terhadap kematian dalam 5 hari.[11]
Hasil dari penelitian tersebut 10.190 pasien dengan kasus perdarahan SCBA melaporkan bahwa TXA tidak menurunkan angka kematian akibat perdarahan SCBA dan meningkatkan risiko terjadinya tromboemboli vena dan kejang. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Walaupun telah disebutkan pada studi WOMAN bahwa TXA memiliki dampak yang baik bila diberikan dalam 3 jam awal terjadinya perdarahan post-partum, namun hal tersebut tidak dapat diimplementasikan pada perdarahan SCBA oleh karena onset nya yang lambat dan umumnya didiagnosis setelah perdarahan terjadi lebih dari 3 jam.[9-11]
Selain itu, pada kasus perdarahan SCBA oleh karena sirosis, umumnya pasien didapatkan dalam kondisi hiperfibrinolisis dan hipofibrinolisis. Pada pasien sirosis dengan hipofibrinolisis, risiko terjadinya tromboemboli vena akan meningkat sehingga pemberian TXA kurang efektif pada populasi tersebut.[13]
Kontroversi Pemberian Asam Traneksamat pada Perdarahan Saluran Cerna Atas (SCBA)
Walaupun demikian telaah sistemik oleh Jiang et al., melaporkan bahwa TXA dapat menurunkan kebutuhan transfusi dan menurunkan kebutuhan intervensi surgikal pada kasus perdarahan SCBA.[14] Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada sedikit peran dari TXA, walaupun tidak secara langsung menurunkan angka kematian akibat perdarahan SCBA.
Saat ini, sedang berlangsung studi multicentre, randomised, double-blind, placebo-controlled trial untuk menilai menilai efikasi dan keamanan TXA pada pasien sirosis hepatis dengan perdarahan saluran cerna atas (EXARHOSE Trial,NCT03023189). TXA dipercaya dapat mengontrol perdarahan pada pasien sirosis hepatis dengan perdarahan SCBA jika diberikan lebih dini. [15]
Dengan adanya kontroversi tersebut, diperlukan suatu penelitian yang menganalisis peran TXA pada berbagai kasus perdarahan SCBA mengingat etiologi perdarahan SCBA sangat beragam sehingga didapatkan pemahaman yang baik mengenai peran TXA pada perdarahan SCBA.
Kesimpulan
Hingga saat ini, perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) merupakan salah satu kasus gawat darurat medis yang paling sering ditemukan dalam praktik klinis sehari-hari.
Tatalaksana perdarahan SCBA melibatkan tatalaksana medis dengan rehidrasi, pemberian obat anti-ulkus, transfusi hingga intervensi bedah. Salah satu medikamentosa yang menjadi perdebatan hingga saat ini adalah penggunaan TXA pada kasus perdarahan SCBA.
Asam traneksamat telah diteliti memiliki peran pada kasus perdarahan seperti perdarahan pascaoperasi maupun perdarahan post-partum. Namun, pemberian TXA harus dilakukan dalam 3 jam sejak diagnosis ditegakkan. Selain itu, pada kasus perdarahan SCBA, pemberian asam traneksamat tidak menurunkan angka mortalitas akibat penurunan SCBA, dan kurang efektif terutama pada populasi sirosis oleh karena pasien sirosis dapat terjadi hipofibrinolisis yang akan meningkatkan risiko terjadinya tromboemboli vena.
Akan tetapi, TXA masih memiliki peran pada kasus perdarahan SCBA oleh karena menurunkan kebutuhan akan transfusi darah dan menurunkan kebutuhan akan intervensi surgikal. Oleh karena itu, masih diperlukan lebih banyak bukti dan analisis peran asam traneksamat pada berbagai populasi pasien dengan perdarahan SCBA oleh etiologi yang berbeda.