Rehabilitasi setelah fiksasi fraktur radius distal umumnya mencakup imobilisasi yang diikuti dengan fisioterapi. Studi-studi sebelumnya menyarankan imobilisasi hingga 6 minggu setelah fiksasi, yang diikuti dengan fisioterapi tersupervisi. Namun, studi-studi yang lebih baru mulai mengevaluasi apakah imobilisasi yang lebih singkat dan program latihan mandiri di rumah dapat menghasilkan luaran yang serupa.[1-3]
Fraktur radius distal merupakan salah satu fraktur ekstremitas atas yang paling sering terjadi, terutama pada populasi lansia dan penderita osteoporosis. Sekitar 1 dari 5 fraktur pada populasi lansia adalah fraktur radius distal.[1,2]
Fraktur radius distal dapat ditangani secara konservatif ataupun secara bedah sesuai dengan penilaian klinis dan penilaian radiografis masing-masing kasus. Pasien dapat diimobilisasi dengan atau tanpa reduksi (dengan pemasangan gips saja) atau dioperasi dengan metode fiksasi internal atau eksternal.[1,2]
Setelah fiksasi, imobilisasi umumnya dianjurkan hingga 5–6 minggu. Hal ini diharapkan dapat mencegah nyeri gerak dan melindungi penyembuhan tulang yang telah difiksasi. Namun, imobilisasi berkepanjangan dikhawatirkan dapat mengganggu fungsi gerak dan menyebabkan disabilitas.[3-5]
Fisioterapi juga umumnya dianjurkan untuk memperbaiki range of motion (ROM) dan memperkuat pergelangan tangan, dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi ke level sebelum cedera. Namun, fisioterapi yang disupervisi membutuhkan biaya yang cukup tinggi, sehingga program latihan mandiri di rumah mulai dipertimbangkan.[3-5]
Waktu Mulainya Rehabilitasi Setelah Fiksasi Fraktur Radius Distal
Umumnya, fisioterapi dilakukan setelah imobilisasi selama 5–6 minggu selesai. Namun, beberapa ahli menganjurkan fisioterapi segera dengan periode imobilisasi yang lebih singkat. Studi menunjukkan bahwa imobilisasi yang lebih singkat (1–3 minggu) mampu menghasilkan luaran fungsional jangka pendek yang lebih baik daripada imobilisasi 6 minggu, tanpa mengganggu luaran jangka panjang.[1-3]
Studi Duprat, et al. terhadap 72 pasien bahkan menyatakan bahwa pasien yang tidak menjalani imobilisasi (langsung bergerak setelah operasi) dan pasien yang menjalani imobilisasi 2 minggu memiliki hasil ROM dan kekuatan genggaman yang serupa setelah 3 bulan. Studi tersebut juga tidak menemukan peningkatan risiko displacement fraktur yang sudah direduksi pada pasien yang tidak diimobilisasi.[3]
Suatu studi yang melakukan pemantauan 3–6 bulan menyatakan bahwa pasien yang diimobilisasi 2 minggu dan pasien yang diimobilisasi 6 minggu tidak memiliki perbedaan ROM, kekuatan genggaman, dan gambaran radiologis yang bermakna. Studi lain yang melakukan follow-up 6 bulan juga menunjukkan bahwa pasien yang tidak diimobilisasi dan pasien yang diimobilisasi 2 minggu memiliki skala nyeri hampir sama.[3]
Studi lain terhadap 30 pasien menunjukkan bahwa mobilisasi segera setelah operasi menghasilkan ROM dan kekuatan genggaman yang lebih baik daripada imobilisasi 5 minggu. Studi tersebut melakukan follow-up berkala hingga 1 tahun pascaoperasi. Hasil skala nyeri, durasi fisioterapi, durasi cuti sakit, dan gangguan penyembuhan tulang tidak berbeda bermakna antara kedua grup.[4]
Berbagai studi ini menyimpulkan bahwa imobilisasi berkepanjangan bukan merupakan sesuatu yang penting atau wajib. Mobilisasi pergelangan tangan secara dini setelah operasi tidak memperburuk luaran fungsional, tidak mengganggu reduksi, dan tidak memperparah nyeri secara signifikan.[3-5]
Perbandingan Fisioterapi dan Program Latihan di Rumah untuk Pasien Fraktur Radius Distal
Studi Souer, et al. terhadap sekitar 100 pasien menemukan bahwa fisioterapi yang disupervisi oleh therapist ternyata menghasilkan luaran fungsional yang inferior apabila dibandingkan dengan program latihan mandiri di rumah. Beberapa studi lain juga telah menunjukkan hasil serupa. Bahkan, ada studi yang menyatakan bahwa pasien yang menjalani program latihan mandiri di rumah memiliki luaran fungsional 50% lebih baik, yakni dalam hal ROM dan kekuatan genggaman.[3]
Penyebab pasti dari temuan-temuan tersebut belum dipahami dengan baik. Beberapa peneliti menduga bahwa fisioterapi tersupervisi memiliki hasil inferior karena therapist mungkin terlalu berhati-hati saat mengawasi terapi, sehingga membatasi latihan pasien ketika pasien mengalami sedikit nyeri.[3]
Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa luaran fungsional kedua program tersebut tidak berbeda bermakna. Namun, fisioterapi yang disupervisi dianjurkan untuk pasien yang fiksasinya suboptimal atau yang mengalami komplikasi setelah fiksasi. Fisioterapi juga lebih baik daripada tidak adanya latihan sama sekali.[3,5]
Kesimpulan
Setelah fiksasi fraktur radius distal, pasien umumnya menjalani imobilisasi hingga 5–6 minggu untuk mengurangi nyeri gerak dan melindungi penyembuhan tulang yang telah difiksasi. Namun, bukti terkini menunjukkan bahwa imobilisasi berkepanjangan tidak bersifat wajib. Mobilisasi dini setelah fiksasi bisa menghasilkan luaran fungsional jangka pendek yang lebih baik, tanpa mengganggu luaran jangka panjang. Mobilisasi dini juga tidak meningkatkan risiko displacement fragmen fraktur.
Fisioterapi dianjurkan untuk memperbaiki ROM dan kekuatan genggaman. Akan tetapi, fisioterapi yang disupervisi bisa digantikan oleh program latihan mandiri di rumah jika pasien kesulitan mengakses fasilitas fisioterapi. Program latihan mandiri di rumah tidak terbukti inferior terhadap fisioterapi yang disupervisi. Namun, fisioterapi yang disupervisi dianjurkan untuk pasien fraktur yang fiksasinya suboptimal dan pasien yang mengalami komplikasi setelah fiksasi.