Peningkatan berat badan pada ibu hamil tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit karena peningkatan yang berlebihan maupun yang kurang sama-sama menimbulkan efek buruk bagi ibu dan janin. Bahkan, hal ini dapat memberikan efek jangka panjang pada anak atau pada kehamilan berikutnya.
Data dari Pregnancy Risk Assessment Monitoring System menyatakan bahwa 50–73% ibu hamil di Amerika Serikat mengalami penambahan berat badan di luar rentang yang direkomendasikan. Padahal, sebagian besar dokter spesialis obstetri dan ginekologi menyatakan telah memberikan edukasi mengenai peningkatan berat badan yang ideal selama hamil saat kunjungan antenatal.[1,2]
Suatu survei melaporkan bahwa mayoritas ibu merasa tidak mendapat edukasi tentang batasan peningkatan berat badan selama kehamilan. Disparitas antara kedua laporan ini menandakan bahwa komunikasi antara dokter dan pasien masih perlu ditingkatkan lagi, terutama karena peningkatan berat badan yang tidak sesuai dapat menimbulkan berbagai konsekuensi medis pada ibu dan anak.[1,2]
Dampak Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil yang Tidak Sesuai Rekomendasi
Peningkatan berat badan yang lebih dari kisaran yang disarankan dapat menyebabkan large gestational age (LGA), hipertensi pada kehamilan, dan persalinan dengan operasi caesar akibat distosia.[2]
Sementara itu, peningkatan berat badan yang kurang dari kisaran yang disarankan bisa menyebabkan intrauterine fetal growth restriction (IUGR), small gestational age (SGA), persalinan prematur, dan gangguan perkembangan neurologis janin yang mungkin bisa memengaruhi perkembangan neurologis seterusnya.[2]
Rekomendasi Peningkatan Berat Badan
Saat ini, sudah banyak penelitian dilakukan untuk menentukan kisaran peningkatan berat badan ideal bagi ibu hamil. Salah satu rekomendasi yang paling banyak dianut adalah rekomendasi dari Institute of Medicine (IOM), Amerika Serikat, pada tahun 2009.
Rekomendasi ini menggantikan versi sebelumnya yang dikeluarkan pada tahun 1990. Dalam rekomendasi IOM terbaru, peningkatan berat badan ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) sebelum kehamilan (lihat tabel 1).[1]
Tabel 1. Rekomendasi IOM 2009 tentang Peningkatan Berat Badan Selama Hamil
Berat Badan Sebelum Hamil | Peningkatan Berat Badan Total (kg) | Laju Peningkatan Berat Badan pada Trimester 2 dan 3 (kg/minggu) | ||
Kategori | IMT (kg/m2) | Rata-Rata | Kisaran | |
Underweight | <18,5 | 12,5–18,0 | 0,51 | 0,44–0,58 |
Normal | 18,5–24,9 | 11,5–16,0 | 0,42 | 0,35–0,50 |
Overweight | 15–29,9 | 7,0–11,5 | 0,28 | 0,23–0,33 |
Obesitas | ≥30,0 | 5,0–9,0 | 0,22 | 0,17–0,27 |
Rekomendasi IOM 2009 tidak membedakan derajat obesitas. Diperkirakan, obesitas derajat II (IMT 35–39,9 kg/m2) dan derajat III (IMT ≥40 kg/m2) sebaiknya mengalami penambahan berat badan lebih sedikit daripada kisaran yang disarankan (5–9 kg). Bukti yang ada saat ini belum mencukupi untuk membuat rekomendasi penambahan berat badan untuk kategori obesitas derajat II dan III.[1]
Dalam beberapa tahun terakhir, asosiasi medis juga mulai menyuarakan kekhawatiran bahwa anjuran peningkatan berat badan IOM 2009 untuk ibu hamil yang obesitas masih terlalu tinggi. Mereka menyarankan penentuan target berat badan dilakukan secara terpersonalisasi untuk masing-masing ibu hamil yang obesitas, sesuai kondisi klinis.[9]
Rekomendasi Peningkatan Berat Badan pada Kehamilan Kembar
Kehamilan dengan >1 janin tentunya menyebabkan peningkatan berat badan yang lebih besar daripada kehamilan 1 janin. IOM 2009 juga mencantumkan rekomendasi penambahan berat badan untuk kehamilan kembar (2 janin). Namun, belum ada bukti yang memadai untuk membuat rekomendasi peningkatan berat badan untuk kategori underweight pada kehamilan >2 janin.[1]
Tabel 2. Rekomendasi Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan Dua Janin
Berat Badan Sebelum Kehamilan | Peningkatan Berat Badan Total untuk Janin Kembar (kg) | |
Kategori | IMT (kg/m2) | |
Underweight | <18,5 | Belum ada rekomendasi |
Normal | 18,5–24,9 | 16,5–25,0 |
Overweight | 25–29,9 | 14,0–22,5 |
Obesitas | ≥30,0 | 11,5–19,0 |
Rekomendasi Peningkatan Berat Badan untuk Populasi Ibu Hamil di Asia
Rekomendasi IOM 2009 dibuat berdasarkan penelitian dengan subjek populasi Amerika dan Europa. Saat ini, beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui apakah rekomendasi IOM dapat diterapkan untuk populasi lain, termasuk Asia. Hampir seluruh penelitian dengan subjek orang Asia (kecuali di Jepang) menggunakan batasan IMT khusus Asia yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO).[3]
Tabel 3. Indeks Massa Tubuh untuk Orang Asia
Kategori | IMT (kg/m2) |
Underweight | <18,5 |
Normal | 18,5–22,9 |
Overweight | 23–24,9 |
Obesitas | ≥25 |
Korea
Suatu studi tahun 2017 dengan 4.557 subjek menyatakan bahwa kisaran peningkatan berat badan optimal untuk ibu hamil di Korea lebih tinggi dan lebih lebar daripada rekomendasi IOM. Peningkatan berat badan optimal dalam penelitian tersebut adalah 20,8 kg (kisaran 16,7–24,7 kg) untuk underweight; 16,6 kg (kisaran 11,5–21,5 kg) untuk normal; 13,1 kg (kisaran 8,0–17,7 kg) untuk overweight; serta 14,4 kg (kisaran 7,5–21,9 kg) untuk obesitas.[3]
Jepang
Berdasarkan panduan dari Japanese Ministry of Health, Labour and Welfare (JMHLW) dan Japan Society for the Study of Obesity (JASSO), penambahan berat badan untuk ibu hamil adalah 9–12 kg untuk underweight, 7–12 kg untuk normal, <7 untuk overweight, dan <5 untuk obesitas. Kisaran yang disarankan JMHLW dan JASSO lebih sedikit daripada IOM 2009.[4]
Suatu penelitian pada 2016 telah membandingkan rekomendasi dari JMHLW, JASSO, dan IOM 2009. Hasilnya, komplikasi lebih sedikit ditemukan pada subjek dengan penambahan berat badan sesuai rekomendasi IOM dibandingkan rekomendasi JMHLW dan JASSO. Hasil ini berbeda dengan penelitian pada tahun 2017 yang menyatakan bahwa rekomendasi berat badan dari JMHLW dan JASSO berhubungan dengan SGA dan LGA yang lebih sedikit daripada IOM.[4,5]
Penelitian lainnya (tahun 2017) menyatakan bahwa rekomendasi dari JMHLW dan JASSO terlalu ketat. Dalam penelitian tersebut, peningkatan berat badan optimal yang disarankan adalah 12,0±3,4 kg untuk underweight, 11,4±3,7 kg untuk normal, 10,0±4,8 kg untuk overweight, dan 3,2±2,2 kg untuk obesitas.[6]
Vietnam
Penelitian pada tahun 2010 dengan 2.989 subjek menyatakan bahwa penambahan berat badan optimal untuk ibu hamil adalah 18,8 kg (kisaran 16,5–29,5 kg) untuk underweight; 12,8 kg (kisaran 11,8–14 kg) untuk normal; 6,6 kg (kisaran 0–9,0 kg) untuk overweight; dan obesitas.[7]
Indonesia
Suatu penelitian tahun 2017 di Sumatera Barat dengan 607 sampel menyatakan bahwa sebagian besar subjek memiliki berat badan di luar kisaran yang ditetapkan IOM. Hal ini berhubungan dengan makrosomia, peningkatan berat badan ibu setelah persalinan, persalinan prematur, serta SGA. Namun, belum ada penelitian mengenai penambahan berat badan optimal untuk Indonesia.[8]
Populasi Asia Secara Umum
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa hasil antar penelitian dari berbagai negara di Asia tidak konsisten. Oleh karena itu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan rekomendasi IOM untuk populasi Asia. Penelitian yang dilakukan sebaiknya berupa kohort prospektif untuk menghindari bias. Selain itu, outcome yang dinilai dan metode penelitian yang dipakai sebaiknya distandarisasi.
Pengaturan Berat Badan Ibu Hamil
Pengaturan berat badan memerlukan kerja sama antara dokter dan pasien. Pengaturan berat badan tidak hanya dilakukan selama kehamilan, tetapi juga sebelum dan setelah kehamilan.[2]
Sebelum Kehamilan
Wanita yang overweight atau obesitas disarankan untuk menurunkan berat badan sebelum hamil. Hal ini akan memperbaiki siklus menstruasi, ovulasi, profil metabolik, serta mengurangi infertilitas.
Selain itu, ibu yang sebelumnya obesitas justru sering mengalami penurunan berat badan selama kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologis janin, berat badan lahir rendah, dan persalinan prematur. Oleh karena itu, wanita dengan berat badan berlebih sebaiknya mengurangi berat sebelum hamil.[2]
Selama Kehamilan
Tujuan pada tahap ini adalah ibu dapat mencapai penambahan berat badan sesuai kisaran yang direkomendasikan melalui cara berikut:
- Memberikan edukasi pada ibu hamil mengenai target pertambahan berat badan, dampak pertambahan berat badan yang tidak sesuai, serta cara untuk mencapai penambahan berat badan ideal
- Mengatur asupan makanan dengan membuat jadwal makanan harian atau mencatat makanan yang dimakan setiap hari
- Melakukan aktivitas fisik secukupnya, misalnya mengikuti senam ibu hamil
- Memantau pertambahan berat badan ibu, misalnya dengan membuat plot/grafik berat badan tiap kunjungan antenatal[2]
Setelah Kehamilan
Dokter perlu mengedukasi ibu untuk tetap menjaga berat badan dalam kisaran normal. Hal ini akan memberikan manfaat untuk kehamilan berikutnya. Ibu dapat menjaga berat badan dengan menjaga pola makan, melakukan aktivitas fisik, serta menyusui bayi.[2]
Kesimpulan
Peningkatan berat badan yang kurang atau berlebihan selama hamil bisa menyebabkan berbagai komplikasi jangka pendek dan jangka panjang bagi ibu maupun janin. Saat ini, rekomendasi peningkatan berat badan ibu hamil yang paling sering digunakan adalah rekomendasi dari IOM 2009.
Namun, rekomendasi IOM 2009 juga masih memiliki beberapa kekurangan. Asosiasi medis mengkhawatirkan bahwa rekomendasi berat dari IOM 2009 untuk ibu hamil yang obesitas masih terlalu tinggi. Selain itu, studi untuk memvalidasi IOM 2009 di populasi Asia juga masih diperlukan untuk menentukan kisaran peningkatan berat badan optimal untuk orang Asia, termasuk orang Indonesia.
Saat ini, pengaturan berat badan ibu hamil tetap membutuhkan kerja sama antara dokter dan pasien, baik sebelum, selama, maupun setelah kehamilan. Peningkatan berat badan juga hendaknya disesuaikan dengan kondisi klinis tiap pasien meskipun ada rekomendasi yang dapat dijadikan acuan.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur