Suplementasi untuk ibu hamil, seperti docosahexaenoic acid (DHA) dan gangliosida (GA) mendukung perkembangan otak janin. DHA dan GA banyak terdapat pada susu, telur, dan ikan salmon.
Neurulasi embrio dimulai pada 18 hari setelah konsepsi, kemudian berlanjut sampai hari ke–28 dan dilanjutkan neurogenesis sampai midgestasi, yaitu usia kehamilan 16–18 minggu. Perkembangan otak kemudian terus berlanjut terutama pada 3 tahun pertama kehidupan.[3,16,26]
Seluruh proses perkembangan sistem saraf pada fetus ini sensitif terhadap perubahan lingkungan, termasuk asupan nutrisi maternal. Hal ini karena, fungsi dan struktur otak janin pada masa kehamilan berkembang pesat, sehingga memiliki kebutuhan metabolik dan nutrisi yang juga tinggi. Gangguan nutrisi maternal akan mengganggu neurodevelopmental janin, termasuk neurogenesis dan plastisitas neuron, selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan otak dan bayi di kemudian hari.[3,26]
Nutrisi yang Diperlukan Saat Kehamilan untuk Tumbuh Kembang Otak Janin Intrauterine
Pada ibu hamil, kebutuhan kalori meningkat sekitar 300–400 kkal/hari dari kebutuhan kalori harian. Termasuk di dalamnya adalah suplementasi docosahexaenoic acid (DHA) dan gangliosida (GA) di samping makronutrien dan mikronutrien, seperti vitamin dan mineral memberikan peranan untuk tumbuh kembang otak janin intrauterine.[2–4,14]
Makronutrien yang diperlukan untuk tumbuh kembang otak janin meliputi karbohidrat, protein, dan lemak. Kebutuhan karbohidrat adalah 45–64% dari kebutuhan kalori per hari, sedangkan protein sebanyak 1,1 gram/kgBB/hari. Sedangkan pemberian lemak direkomendasikan 20–35% dari total kalori.[3,14]
Selain makronutrien, beberapa jenis mikronutrien yang berperan dalam embriogenesis otak intrauterine antara lain adalah besi (Fe), Tembaga (Cu), kreatin, kolin, zinc (Zn), iodin, vitamin B12, asam folat, vitamin D, vitamin A, dan vitamin E, dan vitamin K. Mikronutrien diberikan berdasarkan Recommended Dietary Allowances (RDA).
Pemberian suplementasi docosahexaenoic acid (DHA) dan gangliosida (GA) dengan dosis yang sesuai dapat disarankan, karena berdasarkan beberapa studi memengaruhi neuroembriogenesis pada periode intrauterine.[3]
Kementerian Kesehatan RI pada 2020 memberikan rekomendasi pemberian gizi seimbang untuk ibu hamil. Rekomendasi untuk ibu hamil ini terdiri pemenuhan kebutuhan energi termasuk serat pangan dan protein, serta zat gizi mikro yang terdiri dari zat besi, asam folat, vitamin, kalsium, zinc, dan iodin.[8,28]
Pengaruh Docosahexaenoic Acid dan Gangliosida pada Perkembangan Otak Janin
Pemberian docosahexaenoic acid (DHA) dan gangliosida (GA) pada beberapa studi memiliki peran dalam perkembangan sistem saraf pusat (SSP), baik fungsi dan struktur otak, sehingga mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif, motorik, visual, dan koordinasi.[2,3,6,15,16]
Docosahexaenoic Acid
Docosahexaenoic acid (DHA) adalah salah satu tipe polyunsaturated fatty acids (PUFAs) yang menyusun 90% PUFA omega–3 di otak. Peran DHA pada otak janin adalah memengaruhi neurogenesis, produksi dan aktivitas neurotransmitter (seperti glutamat, GABA, dopamin, serotonin, dan asetilkolin), transmisi dan plastisitas sinaps, serta transduksi impuls di otak. Kebutuhan DHA pada fetus didapatkan dari asam lemak maternal yang mencapai fetus melalui transmisi dari plasenta.[2,3,11]
Pada trimester akhir kehamilan, DHA terkonsentrasi di hipokampus dan lobus frontal, sehingga berhubungan dengan perkembangan kognitif dan atensi. Selain itu, DHA memiliki peran dalam perkembangan substansia grisea dan retina janin terutama fotoreseptor.
Oleh karena itu, suplementasi DHA diharapkan berperan dalam perkembangan psikologis dan neurokognitif, seperti kemampuan memecahkan masalah, kemampuan verbal, tingkat IQ dan memori, atensi, ketajaman visus, koordinasi, dan motorik.[2,3,11,15,17,20,22]
Gangliosida dari Milk Fat Globule Membrane
Gangliosida (GA) merupakan sfingolipid yang pada dasarnya adalah komponen membran sel. Gangliosida (GA) banyak ditemukan pada sel saraf serta berperan dalam perkembangan neuron, termasuk proliferasi, maturasi, dan repair sel neuron. Selain itu, GA juga berperan dalam pelepasan neurotransmitter, transduksi impuls, dan modulasi kanal ion.
Pada periode embriogenesis, GA ditemukan terkonsentrasi pada regio hipokampus, sehingga juga berhubungan dengan perkembangan fungsi kognitif dan memori. Peran utama GA adalah mempertahankan myelin pada SSP. Apabila terjadi perubahan konsentrasi GA, sel prekursor glial dan neuron akan terpengaruh, sehingga mempengaruhi perkembangan otak janin.[3,6,25]
Beberapa studi memprediksi adanya pengaruh antara suplementasi GA maternal dengan efek jangka panjang perkembangan otak janin dan fungsi kognitif pada tahap awal perkembangan neuron. Hal ini karena GA dapat melewati barrier plasenta dan terasimilasi di jaringan otak.[23,25]
Studi Pemberian DHA dan Gangliosida pada Ibu Hamil
Berbagai studi telah dilakukan untuk melihat efikasi pemberian DHA dan gangliosida (GA) pada ibu hamil untuk perkembangan neurokognitif janin.
Studi Perbandingan Suplementasi DHA dengan Plasebo pada Ibu Hamil
Studi double–blind, randomized controlled trial (RCT) yang dikenal dengan the DHA for Maternal and Infant Outcomes (DOMInO) trial dilakukan Gould et al. mengenai perbandingan suplementasi DHA 800 mg/hari dengan plasebo (olahan kapsul berbahan dasar minyak sayur) pada 158 ibu hamil janin tunggal hidup intrauterine. Usia kehamilan saat suplementasi DHA dan plasebo diberikan adalah 18–21 minggu.
Follow up dilakukan sampai persalinan, kemudian usia 0–3 tahun. Kemampuan atensi anak yang dinilai dari lama fokus pada mainan dengan distraksi dari televisi tidak ditemukan berbeda secara statistik pada kedua kelompok. Akan tetapi, ditemukan kelompok kontrol mengalihkan perhatian 2 kali lebih rendah daripada kelompok plasebo.[20]
Selain itu, kemampuan working memory and inhibitory control (WMIC) yang dinilai dari akurasi menemukan mainan yang disembunyikan lebih tinggi pada kelompok kontrol (14,4 mm; 95% KI: −0.2, 29,1 mm; P=0,05).[20]
Studi Suplementasi DHA pada Ibu Hamil terhadap Perilaku Anak
Gould et al. di tahun 2021 melakukan studi review pada 10 RCT mengenai pemberian DHA saat kehamilan pada 5.913 ibu hamil dengan dosis bervariasi dari 120–2200 mg DHA/hari. Suplementasi DHA dimulai dari awal trimester 2 sampai persalinan. Setelah persalinan, suplementasi dilanjutkan lewat susu formula bayi dan suplemen ibu menyusui. Observasi dilakukan sampai anak berusia 4–20 tahun.
Secara statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan pada luaran terjadinya ADHD dan ASD, maupun gangguan neurodevelopmental lainnya. Adanya variasi dosis pemberian DHA dan loss to follow up pada sebuah studi yang mencapai 58% mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.[21]
Studi Suplementasi GA pada Hewan Percobaan
Gustavson et al. melakukan studi pada 28 ekor tikus Wistar betina hamil tunggal yang diberikan complex milk lipid (CML) mengandung GA dengan konsentrasi 0,01–0,05% dari total intake makanan. Lama pemberian adalah selama kehamilan dan menyusui.[24]
Hasil studi tidak menemukan adanya hubungan antara suplementasi GA dengan peningkatan berat badan maternal serta intake makanan, tetapi berhubungan dengan peningkatan berat dan komposisi lipid di otak, termasuk konsentrasi gangliosida pada otak bayi tikus.
Pada studi ini, tidak ditemukan hubungan suplementasi GA terhadap perilaku tikus yang dinilai dengan standard behavioural test. Hasil studi ini mungkin dipengaruhi oleh perubahan plastisitas neuron yang diinduksi dopamin, karena waktu makan responden yang sudah dijadwalkan setiap harinya.[24]
Studi Pemberian Gangliosida dari Milk Fat Globule Membrane dan Luaran Kehamilan
Albert et al., melakukan studi RCT untuk menilai pengaruh kadar GA dari membran sel atau dikenal juga dengan milk fat globule membrane (MFGM) yang diberikan kepada 1.500 ibu hamil usia gestasi 11–14 minggu (akhir trimester pertama) di Chongqing, China. Pasien berusia 19–40 tahun tanpa riwayat persalinan prematur sebelum usia gestasi 32 minggu dan alergi susu/laktosa, dan juga kehamilan merupakan kehamilan tunggal.[16]
Pasien dibagi menjadi 3 kelompok dengan rasio 1:1:1, yaitu control milk group mendapat susu formula bubuk standar ≥4 mg gangliosida/hari, complex milk lipid–enriched (CML–E) milk group mendapat ≥8 mg gangliosida/hari, dan reference group yang tidak mendapat susu hanya suplementasi asam folat prenatal 400 mg/hari. Responden dilakukan follow up sampai 12 bulan pascapersalinan untuk melihat perkembangan kognitif bayi.[16]
Pada hasil penelitian, pemberian CML–E tidak berhubungan dengan luaran kognitif neonatus. Akan tetapi, pemberian CML–E di akhir trimester pertama meningkatkan kadar serum GA maternal, serta ditemukan angka diabetes gestasional yang lebih rendah pada kelompok CML–E, dengan relative risk 0,80 (95% KI 0,64, 0,99). Diperlukan studi lebih lanjut untuk efek GA pada perkembangan neurokognitif bayi.[16]
Rekomendasi dan Peran Pemberian DHA dan GA dari Milk Fat Globule Membrane untuk Perkembangan Otak Janin
Walaupun sudah banyak studi yang membuktikan manfaat pemberian DHA dan GA dari MFGM, rekomendasi pemberiannya masih dalam perdebatan. Salah satunya karena belum ada panduan baku mengenai dosis, durasi, serta waktu pemberian suplementasi DHA maupun GA.[9]
Kebutuhan DHA pada ibu hamil bisa didapatkan dengan cara mengonsumsi makanan, seperti susu, ikan, telur, dan kacang–kacangan. Akan tetapi, intake DHA pada ibu hamil dibatasi menjadi 1–2 porsi minyak ikan per minggu karena kontaminasi merkuri, beberapa panduan merekomendasikan pemberian suplementasi DHA sebanyak 200 mg/hari selama periode kehamilan dan laktasi.[1]
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan pemberian GA dengan perkembangan otak janin. Sampai saat ini, belum terdapat rekomendasi dosis yang pasti pada pemberian gangliosida (GA). Akan tetapi, studi yang telah ada memberikan GA dengan dosis sekitar 4–8 mg/hari.[16,26]
Suplementasi DHA dan Gangliosida untuk Ibu Hamil di Indonesia
Saat ini di Indonesia sudah terdapat susu untuk ibu hamil dengan suplementasi DHA 32 mg dan gangliosida (GA) 5 mg. Susu ini juga dilengkapi dengan nutrisi esensial lain untuk menunjang kehamilan, yaitu protein, karbohidrat, lemak termasuk omega 3, omega 6 dan fosfolipid, serta mineral (seperti natrium dan klorida). Susu ini juga dilengkapi dengan biotin dan kolin.
Susu dapat diberikan 2 gelas/hari dengan takaran per sajian adalah 4 sendok makan (46 gram) dalam 200 mL air matang. Total energi per sajian adalah 190 kkal. Susu dapat dikonsumsi sejak merencanakan kehamilan, selama kehamilan, dan tidak dianjurkan pada wanita yang alergi terhadap komponen susu.[27]
Kesimpulan
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara suplementasi docosahexaenoic acid (DHA) dan gangliosida (GA) dengan neuroembriogenesis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan otak janin. Docosahexaenoic acid (DHA) dan GA merupakan kompleks lipid yang dapat dikonsumsi dari susu pada wanita yang merencanakan kehamilan maupun selama kehamilan. Diharapkan suplementasi DHA dan GA dapat mengoptimalisasi perkembangan kemampuan kognitif, verbal, motorik, koordinasi, sampai dengan perilaku anak di kemudian hari.
Di samping itu, masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui efikasi dan bioavailabilitas, serta rekomendasi pemberian DHA dan GA. Hingga kini belum ada rekomendasi khusus mengenai dosis, durasi, dan waktu pemberian yang dapat memberikan efek optimal, walaupun intake DHA dan GA memberikan efek positif pada perkembangan otak bayi pada masa kehamilan. Rekomendasi beberapa panduan untuk pemberian DHA adalah 200 mg/hari, sedangkan untuk GA beberapa studi menggunakan dosis 4–8 mg/hari.