Reliever Andalan: Peran SABA Inhalasi pada Tata Laksana Asma

Oleh :
dr. ALOMEDIKA

Memahami peran terapi reliever dengan short-acting beta2-agonist atau SABA inhalasi dalam tata laksana asma kini menjadi krusial, terutama karena asma masih menjadi penyebab kematian signifikan di Indonesia. Penggunaan SABA yang paling umum, yaitu salbutamol, bekerja cepat dalam memberikan efek bronkodilatasi sehingga menjadi terapi yang efektif sebagai reliever.[1,3,4]

Sekilas Tentang Asma

Asma adalah penyakit heterogen yang ditandai dengan peradangan kronis pada saluran napas dan keterbatasan aliran udara ekspirasi. Asma mengalami peningkatan prevalensi di banyak wilayah, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah.[1,2]

ventolin SABA

Di Indonesia, jumlah penderita asma pada tahun 2020 mencapai 4,5% dari total populasi atau sekitar 12 juta orang. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2018, asma menjadi penyebab kematian tertinggi keempat di Indonesia. Angka kematian ini sangat berkaitan dengan ketepatan diagnosis dan terapi asma. Keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan, serta ketersediaan tenaga kesehatan dan dokter spesialis, turut berperan dalam tingginya kasus kematian akibat asma.[2]

Mekanisme Kerja SABA sebagai Terapi Reliever

Obat golongan SABA yang paling umum digunakan adalah salbutamol (Ventolin). Dalam bentuk inhalasi, salbutamol bekerja cepat pada reseptor β₂-adrenergik, yang memberikan efek bronkodilatasi dengan onset cepat (5 menit), dengan masa kerja singkat, selama 4–6 jam. Kecepatan onset ini bahkan lebih baik dibandingkan kombinasi budesonide–formoterol, sehingga menjadikannya terapi efektif untuk serangan akut.[1,3,4]

Hanya sekitar 10–20% dosis salbutamol yang dihirup akan mencapai saluran napas bagian bawah, lalu diserap oleh jaringan paru dan masuk ke sirkulasi tubuh. Hal ini membuat salbutamol inhalasi menjadi pengobatan yang efektif, dengan efek samping sistemik yang minimal. Hal ini membuat salbutamol inhalasi menjadi terapi yang efektif,  Salbutamol akan dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui urine.[3]

Kapan Waktu yang Tepat Untuk Menggunakan SABA Inhalasi?

Tujuan pengobatan asma jangka panjang adalah mengontrol gejala, mencegah kekambuhan, dan mengurangi efek samping pengobatan. Tata laksana asma juga mencakup penanganan faktor risiko, penyakit penyerta, dan kondisi lain yang dapat dimodifikasi, serta perbaikan teknik dan kepatuhan dalam penggunaan inhaler.[1,5]

Menurut pedoman GINA 2025, SABA inhalasi tetap direkomendasikan sebagai terapi awal pada eksaserbasi asma pada anak, remaja, maupun dewasa. Penggunaannya diberikan sesuai kebutuhan, dengan terapi harian berbasis kortikosteroid inhalasi (ICS) tetap diperlukan untuk mencapai kontrol inflamasi jangka panjang.[1]

Hasil Uji Klinis Penggunaan SABA Inhalasi pada Asma

Salbutamol inhalasi terbukti cukup aman bila diberikan sesuai dosis dan indikasinya. Berdasarkan tinjauan sistematis dan meta-analisis dari data penelitian tahun 1996–2021 yang melibatkan 5.000 pasien, tidak ada bukti langsung adanya efek samping fatal akibat penggunaan salbutamol yang sesuai dosis. Angka kematian yang tercatat dalam penelitian-penelitian tersebut disebabkan oleh faktor lain di luar pengobatan, seperti kecelakaan kendaraan, pankreatitis, atau bunuh diri.[5]

Tinjauan ini juga menunjukkan adanya sedikit perbedaan batasan terkait penggunaan salbutamol inhalasi secara berlebihan. Dalam penelitian tersebut, resep maksimal yang dianggap berlebihan adalah >8 puff per hari atau setara dengan 800 mcg, sementara menurut pedoman GINA, penggunaan berlebihan didefinisikan sebagai lebih dari 3 canister per tahun.[5]

Uji klinis acak yang melibatkan 49 pasien dewasa dengan asma stabil di Selandia Baru, meneliti kecepatan kerja bronkodilator budesonide/formoterol dibandingkan dengan salbutamol. Evaluasi dilakukan dengan melihat perubahan FEV1 dalam 2 menit pertama setelah inhalasi.[4]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata FEV1 setelah 2 menit lebih besar pada kelompok salbutamol (170 mL) dibandingkan budesonide/formoterol (80 mL).[4] Analisis sekunder hingga 30 menit setelah inhalasi juga menunjukkan fungsi paru yang konsisten lebih tinggi pada kelompok salbutamol dibandingkan budesonide atau formoterol.[4] Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam skor gejala sesak napas berdasarkan Visual Analogue Scale maupun mBorg Dyspnoea Scale.[4]

SABA untuk Mencegah Bronkospasme saat Aktivitas Fisik

SABA, seperti salbutamol, merupakan pengobatan yang diakui untuk mencegah bronkospasme akibat aktivitas fisik, yang juga dikenal sebagai Exercise-Induced Bronchoconstriciton (EIB). Salbutamol inhalasi dapat mencegah EIB pada sebagian besar pasien, dan pedoman menganjurkan pasien untuk menggunakannya sebelum berolahraga.[1]

Penting untuk memantau frekuensi EIB, karena EIB yang sering terjadi menandakan kontrol asma yang buruk secara keseluruhan. Kondisi ini memerlukan tinjauan ulang rencana pengobatan asma dengan kombinasi inhalasi ICS dan bronkodilator, di mana salbutamol digunakan khusus untuk eksaserbasi akut. Pendekatan ini memberikan bantuan cepat dengan salbutamol dan manfaat anti-inflamasi dari ICS, yang pada akhirnya mengurangi risiko eksaserbasi berat selama beraktivitas.[1]

Monitoring Penggunaan SABA

Kekhawatiran terkait overuse SABA memang ada, namun yang lebih penting bagi klinisi adalah memantau frekuensi penggunaan SABA sebagai indikator kontrol asma pasien. Semakin sering pasien membutuhkan SABA, semakin besar kemungkinan asma mereka tidak terkontrol dengan baik, sehingga perlu evaluasi regimen controller therapy.[1]

Kesimpulan

Asma adalah penyakit peradangan saluran napas kronis dan keterbatasan aliran udara ekspirasi. Saat ini asma masih menjadi penyebab kematian tertinggi keempat di Indonesia, yang sering kali berkaitan dengan keterlambatan diagnosis dan terapi yang kurang tepat.[1,2]

Pedoman GINA merekomendasikan penggunaan SABA (Short Acting Beta-2 Agonist) seperti salbutamol sebagai terapi awal dalam kondisi eksaserbasi, yang aman digunakan jika digunakan sesuai dosis dan indikasinya.[1,5]

Salbutamol inhalasi memiliki onset kerja yang cepat dalam meredakan bronkospasme pada eksaserbasi akut dan eksaserbasi yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Karena absorpsi salbutamol inhalasi minimal, efek samping sistemik dapat diminimalkan.[1,3,4]

barcode ventolin inhaler

Referensi