Reminiscence therapy merupakan salah satu modalitas tata laksana demensia. Pada terapi ini, pasien diinstruksikan untuk mengenang kembali pengalaman hidup di masa lalu mereka dengan menggunakan foto, video, musik, atau media lainnya.
Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering ditemui pada pasien lanjut usia dan merupakan salah satu penyebab disabilitas utama di seluruh dunia. Terapi farmakologis pada demensia masih memiliki peran yang sangat terbatas, sehingga intervensi nonfarmakologis mulai banyak mendapatkan perhatian. Reminiscence therapy adalah salah satu modalitas nonfarmakologis yang dapat digunakan dalam tata laksana demensia.[1]
Teknik Reminiscence Therapy
Reminiscence therapy melibatkan proses mengingat kembali pengalaman hidup dan kenangan di masa lalu dengan menggunakan alat bantu, seperti foto, suara, musik, memento, dan video. Reminiscence therapy dapat dilakukan secara individual atau secara berkelompok, umumnya selama 6–12 minggu (sebanyak 1–2 sesi per minggu) dengan durasi 30–60 menit per sesi. Reminiscence therapy dapat dilakukan di setting gawat darurat, di panti jompo, atau di perawatan hospice jangka panjang.[2,3]
Reminiscence therapy dapat digunakan dalam tata laksana demensia sebagai terapi pada kondisi spontan, bagian dari terapi lain (seperti terapi kognitif), atau sebagai terapi utuh tersendiri. Reminiscence therapy pada kondisi spontan adalah aktivitas alami yang muncul secara spontan, tidak terstruktur, dan dipicu dengan alat pengingat.[2]
Reminiscence therapy sebagai bagian dari terapi lainnya (seperti pada terapi kognitif) bersifat lebih kompleks. Dalam hal ini, pasien diminta untuk menceritakan pengalaman hidupnya dahulu dan mengaitkannya dengan kondisi saat ini atau diminta untuk mengingat kembali kemampuan personalnya dahulu untuk mengubah kepercayaan diri yang disfungsional.[2]
Reminiscence therapy sebagai terapi utuh tersendiri berfokus pada proses mengingat kembali dan introspeksi pengalaman hidup terdahulu untuk memperjelas identitas diri dan arti hidupnya.[2]
Pro dan Kontra tentang Reminiscence Therapy
Reminiscence therapy pada pasien demensia dilaporkan dapat mengurangi gejala depresi, memperbaiki rasa kesepian, dan meningkatkan rasa kesejahteraan serta kepuasan hidup. Reminiscence therapy juga dapat memperbaiki kemampuan kognitif dan aktivitas sosial penderita, yang pada akhirnya akan memperbaiki kualitas hidup.[3]
Akan tetapi, proses mengingat kembali pengalaman dan kenangan hidup yang positif terkadang menjadi metode pasien untuk melarikan diri dari permasalahan yang sedang dihadapi. Selain itu, mengingat kembali pengalaman dan kenangan buruk dapat memicu gejala depresi dan memperberat gangguan mood.[2]
Efektivitas Reminiscence Therapy pada Demensia
Pada suatu tinjauan dari Cochrane, reminiscence therapy pada demensia ditemukan memiliki efek yang tidak konsisten, hanya bermanfaat kecil, dan hasilnya berbeda-beda tergantung pada tempat dan cara perlakukan. Secara umum, reminiscence therapy disimpulkan berpotensi memberikan pengaruh positif terhadap kualitas hidup, kognisi, fungsi komunikasi, dan mood.[4]
Suatu tinjauan lain terkait efek reminiscence therapy untuk demensia menyebutkan bahwa penelitian-penelitian yang ada mengenai reminiscence therapy masih memiliki berbagai kelemahan, seperti skala penelitian yang kecil, metodologi penelitian yang lemah, partisipan yang heterogen, dan penilaian pascaterapi yang subjektif. Menurut studi ini, rekomendasi untuk menerapkan reminiscence therapy secara universal belum dapat diberikan meskipun reminiscence therapy memang memiliki pengaruh positif.[5]
Huang, et al. dalam tinjauannya melaporkan bahwa reminiscence therapy memberikan pengaruh positif pada penderita demensia meskipun pengaruh tersebut relatif kecil. Dalam studinya, reminiscence therapy ditemukan lebih efektif untuk memperbaiki gejala depresi pada penderita demensia dalam perawatan hospice bila dibandingkan dengan penderita yang hidup di komunitas terbuka.[6]
Studi lain juga meneliti peran reminiscence therapy dalam tata laksana demensia pada pasien di panti jompo di Taiwan. Meskipun partisipan dalam studi ini tergolong sedikit, reminiscence therapy dilaporkan bisa memberikan perbaikan terkait gejala depresi, komunikasi, dan mood. Studi ini juga menekankan bahwa pemilihan topik dan waktu saat reminiscence therapy sangat mempengaruhi luaran.[7]
Kesimpulan
Reminiscence therapy adalah salah satu terapi nonfarmakologis pada demensia, yang melibatkan proses mengingat kembali pengalaman hidup pasien di masa lalu dengan menggunakan alat bantu berupa foto, video, suara, atau musik.
Reminiscence therapy dilaporkan bisa memperbaiki emosi, mood, serta fungsi kognitif penderita demensia. Namun, studi yang ada tentang efektivitas reminiscence therapy dalam tata laksana demensia masih memiliki berbagai keterbatasan, seperti jumlah sampel yang kecil dan metodologi yang lemah. Studi lebih lanjut di masa depan masih diperlukan untuk memastikan apakah reminiscence therapy benar bermanfaat dan bisa diterapkan secara universal untuk pasien demensia.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur