Operasi katarak simultan bilateral pada hari yang sama atau immediate sequential bilateral cataract surgery (ISBCS) selama ini tidak direkomendasikan. Operasi katarak yang umumnya disarankan adalah delayed sequential bilateral cataract surgery (DSBCS), di mana operasi antara kedua mata dilakukan di hari yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mencegah risiko infeksi dan kebutaan bilateral. Namun, apakah hasil studi menunjukkan kebenaran dari tujuan tersebut?[1]
Pada masa pandemi COVID-19 lalu, dilakukan kebijakan untuk membatasi operasi elektif, termasuk operasi katarak. Keadaan tersebut menyebabkan jumlah backlog kasus katarak yang sangat banyak. Oleh karena itu, beberapa negara melakukan ISBCS untuk menyelesaikan jumlah backlog dengan cepat, serta untuk mengurangi kunjungan pasien untuk jadwal operasi.[2]
Immediate Sequential Bilateral Cataract Surgery (ISBCS)
Proporsi ISBCS atau operasi katarak simultan bilateral pada hari yang sama telah meningkat, dari 4,2% di tahun 2008 menjadi 46% pada tahun 2020. Penelitian oleh Hujanen et al (2021), yang melibatkan 56.700 operasi katarak dari 34.797 pasien, mendapatkan 39% operasi menjalani ISBCS (n=13.445).[3]
Sebenarnya, ISBCS diindikasikan untuk katarak bilateral pada pasien gangguan intelektual, anak-anak, atau pasien dengan komorbid, seperti penyakit jantung. Namun, ISBCS tidak disarankan jika pasien memiliki risiko infeksi yang tinggi, dekompensasi kornea, biometri tidak akurat, abnormalitas lentis, dan tekanan intraokular yang tinggi. Selain itu, ISBCS sebaiknya dilakukan oleh operator yang sudah berpengalaman, untuk memperkecil risiko komplikasi.[2]
Operasi katarak memiliki risiko komplikasi, baik yang terjadi intraoperasi atau pasca operasi. Contoh komplikasi intraoperasi adalah pendangkalan kamera okuli anterior, dislokasi lensa kristalin ke posterior, dan perdarahan. Sementara, contoh komplikasi setelah operasi adalah peningkatan tekanan intraokular, edema kornea, endoftalmitis, ablasio retina, uveitis kronis, dan dislokasi lensa intraokular.[7]
Manfaat dan Keuntungan ISBCS
Penelitian oleh O’Brart et al di Inggris menganalisis efisiensi metode operasi katarak simultan bilateral dibandingkan dengan operasi unilateral rutin selama 4 jam di ruang operasi katarak. Hasil penelitian mendapatkan pengurangan waktu sebesar 16% untuk operasi bilateral, dan peningkatan performa daftar operasi yang dapat diselesaikan sebesar 54%.[4]
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ISBCS dapat meningkatkan produktivitas operasi katarak di ruang operasi, terutama mengurangi waktu transfer antar pasien.[4]
Dari segi pasien dan keluarga, ISBCS dapat menghemat biaya perjalanan, perawatan, dan waktu untuk menjalani operasi atau mengantar ke fasilitas kesehatan. Selain itu, pasien dengan anestesi umum pun diuntungkan karena hanya menjalani satu kali operasi. Pasien juga lebih diuntungkan karena tidak perlu membuat kacamata untuk anisometropia yang dialami.[2,4]
Risiko Kerugian ISBCS
Tujuan utama metode DSBCS atau operasi katarak unilateral adalah mengantisipasi dan mewaspadai komplikasi yang terjadi pada operasi pertama, agar hasil operasi kedua dapat berbeda. Akan tetapi, tujuan ini juga dapat dilakukan pada ISBCS, sehingga ISBCS disarankan dilakukan oleh operator yang sudah sangat berpengalaman.[2]
Selain itu, terdapat keyakinan bahwa DSBCS untuk mencegah risiko infeksi atau gangguan penglihatan bilateral, terutama akibat endoftalmitis. Namun, penelitian oleh Malwankar et al (2022) menganalisa 4.014 pasien berusia >65 tahun yang menjalani operasi katarak tahun 2011‒2019, di mana hanya 0,2% pasien yang menjalani ISBCS dan 99,8% menjalani DSBCS. Pada penelitian ini, secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan angka kejadian endoftalmitis dan cystoid macular edema dalam 42 jam pasca operasi antara kelompok ISBCS dan DSBCS.[1,2]
Hal ini kemungkinan disebabkan karena injeksi antibiotik intracameral cefuroxime 1 mg di akhir operasi, sesuai rekomendasi penelitian European Society of Cataract and Refractive Surgeons (ESCRS) untuk menurunkan risiko komplikasi endoftalmitis. Hal ini menjadi kunci keberhasilan penurunan risiko infeksi pasca ISBCS.[1-2]
Terdapat pula kekhawatiran bahwa ISBCS akan menyebabkan refractive surprise, yaitu gangguan refraksi pasca operasi yang tidak bisa dikalkulasi ulang karena operasi telah dilakukan pada hari yang sama. Akan tetapi, penelitian dengan peralatan diagnostik yang modern, seperti alat deteksi lapisan air mata, pengukuran biometry IOL master dengan formula Barrett, dan aberrometry intraoperatif dapat membantu mendapatkan hasil pengukuran refraksi yang lebih tepat.[2]
Rekomendasi Operasi Katarak Bilateral di Indonesia
Merujuk pada prinsip-prinsip petunjuk praktis operasi katarak Asia-Pacific Association of Cataract and Refractive Surgeons (APACRS) tahun 2020 dan Indonesian Society of Cataract and Refractive Surgery (INASCRS) tahun 2020, operasi katarak simultan bilateral atau ISBCS secara umum tidak direkomendasikan, karena terdapat risiko terjadinya kebutaan bilateral.
Tindakan operasi katarak sebaiknya dilakukan secara terpisah, dengan jeda antara operasi +2 minggu. Namun, ISBCS pada anak dapat dilakukan dengan beberapa pertimbangan khusus.[5,6]
Kesimpulan
Operasi katarak simultan bilateral atau immediate sequential bilateral cataract surgery (ISBCS) berpotensi mempercepat proses operasi katarak bilateral, termasuk mempercepat rehabilitasi, mengurangi jumlah kunjungan pasien, serta mengurangi penjadwalan operasi. Metode ISBCS memang masih sering tidak dipilih oleh spesialis mata, karena metode ini dipercaya berisiko menyebabkan infeksi dan kebutaan bilateral.
Akan tetapi, penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan insidensi endoftalmitis dan cystoid macular edema dalam 42 jam pasca operasi, antara kelompok pasien yang menjalankan ISBCS dan delayed sequential bilateral cataract surgery (DSBCS). Selain itu, beberapa upaya dapat dilakukan untuk meminimalisasi komplikasi operasi katarak simultan, yaitu operasi dilakukan oleh dokter yang sudah sangat berpengalaman, injeksi antibiotik intracameral di akhir operasi, dan pengukuran refraksi yang lebih tepat dengan alat diagnostik yang modern.
Pengambilan keputusan operasi katarak perlu dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang. Dokter dan pasien perlu memahami keuntungan, risiko, indikasi, dan kontraindikasi dari ISBCS.