Suplementasi asam folat dan zinc diduga dapat meningkatkan jumlah dan kualitas sperma pada pria dengan faktor risiko subfertilitas. Asam folat berperan pada proses sintesis protein, transfer RNA, hingga sintesis DNA. Sementara itu, zinc berperan sebagai kofaktor dari metaloenzim pada transkripsi DNA, serta mempengaruhi kerja reseptor steroid dan sintesis protein.[1,2]
Oleh karena proses tersebut amatlah penting dalam spermatogenesis, diduga asam folat dan zinc akan mampu berkontribusi meningkatkan jumlah dan kualitas sperma. Selain mempengaruhi spermatogenesis, asam folat dan zinc juga dapat mempengaruhi apoptosis yang berperan penting dalam proses pelepasan sperma, serta memiliki andil dalam proses oogenesis wanita.[1,2]
Peran Suplementasi Asam Folat dan Zinc pada Kualitas Sperma
Asam folat dan zinc juga memiliki efek antioksidan yang dapat melawan reactive oxygen species (ROS). ROS dapat mengganggu motilitas sperma. Hubungan suplementasi asam folat dan zinc dalam meningkatkan kualitas dan jumlah sperma diketahui terletak pada fungsi penting mereka dalam sintesis DNA. Sintesis DNA merupakan proses utama dalam spermatogenesis.[1,2]
Peran Asam Folat dalam Spermatogenesis
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi masyarakat Indonesia, seorang laki-laki membutuhkan 400 mcg asam folat setiap hari. Asam folat saat dikonsumsi akan diubah menjadi bentuk aktif yaitu 5-metil tetrahidrofolat oleh enzim MTHFR (methylenetetrahydrofolate reductase), yang akan mendonasikan struktur metil ke kobalamin untuk membentuk metilkobalamin dan tetrahidrofolat. Proses ini akan memicu remetilasi dari homosistein untuk membentuk asam amino esensial metionin.
Polimorfisme dari gen MTHFR akan mempengaruhi metabolisme dari asam folat. Diduga bahwa metilasi DNA yang rendah akibat polimorfisme MTHFR akan mengganggu spermatogenesis, sehingga menurunkan jumlah dan kualitas sperma. Atas dasar ini, suplementasi asam folat pada pasien dengan genotip tersebut diduga akan meningkatkan spermatogenesis.[2,3]
Peran Zinc dalam Spermatogenesis
Rekomendasi konsumsi harian zinc pada laki-laki adalah sekitar 14 mg/hari dengan jumlah maksimum konsumsi harian 40 mg/hari. Pada penelitian in vivo dan in vitro, didapatkan bahwa defisiensi zinc dapat menurunkan absorpsi dan metabolisme dari asam folat yang dikonsumsi. Hal ini karena zinc berperan sebagai kofaktor dari enzim metabolisme folat yaitu dihidrofolat reduktase dan ˠ-glutamil hidrolase.
Selain itu, meskipun zinc bukan kofaktor dari enzim MTHFR, nutrien ini berperan sebagai kofaktor dari metionin sintetase dan betain-homosistein metiltransferase. Sehingga, kombinasi zinc dengan asam folat dapat mendukung penyerapan dan metabolisme asam folat dalam sintesis DNA.
Zinc juga diketahui memiliki konsentrasi yang tinggi pada organ genital pria dibandingkan dengan jaringan lain. Namun, hubungan antara konsentrasi zinc dengan fertilitas belum diketahui secara jelas. Penelitian menunjukan bahwa konsentrasi zinc yang lebih rendah ditemukan pada pria dengan subfertilitas dibandingkan dengan pria yang fertile, sehingga diduga menurunnya kadar zinc pada plasma seminal berhubungan pula dengan penurunan fertilitas.[2,4]
Bukti Ilmiah Suplementasi Asam Folat dan Zinc untuk Meningkatkan Jumlah Dan Kualitas Sperma
Beberapa penelitian terdahulu mengindikasikan keuntungan dari suplementasi asam folat dan zinc dalam meningkatkan jumlah dan kualitas sperma. Atas dasar inilah, muncul banyak suplemen yang ditujukan untuk meningkatkan fertilitas pria yang mengandung asam folat dan zinc. Namun, sejauh ini belum ada penelitian skala besar yang menelaah efikasi dari suplementasi kedua nutrien ini dalam meningkatkan kualitas semen atau sperma.[1,2,5]
Pemberian asam folat 5 mg pada pria fertil dan subfertil selama 26 minggu dilaporkan mampu meningkatkan konsentrasi folat dalam plasma seminal secara signifikan. Tetapi, kondisi tersebut dilaporkan tidak meningkatkan jumlah sperma maupun motilitasnya, bahkan jumlah sperma dengan morfologi normal dilaporkan mengalami penurunan. Di sisi lain, terjadi peningkatan jumlah total sperma sebesar 74% setelah intervensi ditambah dengan kombinasi asam folat dan zinc sulfate 66 mmg selama 26 minggu observasi.[1]
Di awal tahun 2020, Schisterman et al mempublikasikan uji klinis terandomisasi yang mengevaluasi efek suplementasi asam folat dan zinc terhadap kualitas sperma dan kelahiran hidup pada pasien yang merencanakan mengikuti program hamil. Studi ini melibatkan 2370 pasangan (pria berusia ≥18 tahun dan wanita usia 18-45 tahun) yang sedang menjalani terapi infertilitas antara Juni 2013 hingga Desember 2017.[6]
Secara acak, 1185 pria yang sedang menjalani terapi diberikan asam folat 5 mg dan zinc elemental 30 mg, sedangkan 1185 lainnya diberikan placebo setiap hari selama 6 bulan. Kedua kelompok ini kemudian dipantau setelah intervensi 6 bulan berdasarkan kelahiran hidup dan parameter kualitas sperma seperti konsentrasi, motilitas, morfologi, volume, fragmentasi DNA, dan jumlah total sperma motil.[6]
Setelah 6 bulan intervensi, 1773 dari 2370 pria (75%) hadir untuk menjalani pemeriksaan. Hasil studi menunjukkan bahwa angka kelahiran hidup tidak berbeda bermakna antara pasien yang mendapat suplementasi dengan yang mendapat placebo. Selain itu, juga tidak ditemukan perbedaan bermakna terkait parameter sperma.[6]
Namun, studi ini menemukan peningkatan signifikan dari fragmentasi DNA dengan rerata persentase 29,7% pada kelompok intervensi dan 27,2% pada kelompok placebo. Studi Schisterman et al ini menemukan kejadian efek samping yang lebih tinggi pada kelompok asam folat dan zinc. Efek samping ini berupa nyeri abdomen, mual, dan muntah.[6]
Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa asam folat dan zinc tidak bermanfaat dalam meningkatkan angka kelahiran hidup maupun parameter sperma pada pasien laki-laki subfertil bila dibandingkan dengan placebo. Peneliti tidak merekomendasikan pemberian zinc dan asam folat pada laki-laki yang menjalani terapi infertilitas.[6]
Hasil the folic acid and zinc supplementation trial (FAZST) yang dipublikasikan pada tahun 2021 menyimpulkan bahwa suplementasi ini tidak efektif untuk mengubah metilasi DNA sperma. Tidak ada perbedaan signifikan yang teridentifikasi antara kelompok perlakuan dan kelompok plasebo meskipun beberapa kecenderungan tampak hadir.[7]
Kesimpulan
Secara teori, asam folat dan zinc berperan dalam meningkatkan spermatogenesis dengan mempengaruhi sintesis DNA dan berperan sebagai antioksidan. Namun, uji klinis acak yang melibatkan jumlah sampel adekuat menemukan bahwa suplementasi kedua nutrien tersebut tidak meningkatkan angka kelahiran hidup ataupun kualitas sperma.
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini