Terdapat beberapa teknik yang bisa dipilih untuk melakukan reduksi dislokasi bahu. Masing-masing teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Secara umum, teknik reduksi sendi bahu dapat dibagi menjadi teknik traksi, leverage, dan manuver yang dilakukan dengan prinsip biomekanik berdasarkan prinsip pengerjaannya.[1,2]
Penanganan Nonbedah Dislokasi Bahu: Teknik Traksi
Teknik traksi dilakukan dengan prinsip memberikan gaya longitudinal terhadap humerus untuk mengatasi spasme otot dan diharapkan terjadi relokasi kepala humerus ke glenoid. Teknik Hippocratic dan teknik Stimson merupakan contoh teknik traksi yang sering dilakukan untuk mereduksi dislokasi bahu anterior.[1,3,4]
Teknik Stimson
Pada teknik Stimson, pasien ditempatkan dalam posisi pronasi dengan lengan yang terdislokasi menggantung di sisi meja, diberi beban sekitar 5-10 kg pada pergelangan tangan. Gaya gravitasi dan beban akan mengembalikan kepala humerus ke dalam glenoid fossa.[1,3,4]
Teknik Hippocratic
Pada teknik Hippocratic, pasien supinasi dan dokter melakukan fiksasi pada aksila pasien sebagai penyangga dan menarik lengan yang terdislokasi dengan lembut sambil memberikan traksi longitudinal.[1,3,4]
Kelebihan dan Kelemahan Teknik Traksi
Teknik traksi memungkinkan reduksi dislokasi dengan menggunakan gaya langsung yang dapat dilakukan dengan alat bantu sederhana atau bahkan dengan gravitasi. Metode ini biasanya efektif dan cepat, serta telah digunakan secara luas dengan tingkat keberhasilan baik.
Kelemahannya adalah potensi cedera tambahan pada jaringan lunak, terutama jika traksi diterapkan berlebihan. Traksi yang terlalu kuat dapat menyebabkan kerusakan rotator cuff, kapsul sendi, atau bahkan fraktur humerus.[4,5]
Penanganan Nonbedah Dislokasi Bahu: Teknik Leverage
Teknik leverage menggabungkan traksi dan rotasi untuk memanipulasi kepala humerus kembali ke glenoid pada dislokasi bahu.[3]
Teknik Milch
Salah satu contoh teknik ini adalah teknik Milch di mana pasien berbaring supinasi dan lengan yang terdislokasi diangkat secara perlahan ke posisi abduksi penuh, sekitar 90 derajat. Selanjutnya, lengan digerakkan ke dalam rotasi eksternal, memungkinkan kepala humerus kembali ke glenoid.[3]
Kelebihan dan Kekurangan Teknik Leverage
Kelebihan dari teknik ini adalah kemampuan untuk mengurangi dislokasi tanpa memerlukan traksi yang kuat, sehingga mengurangi risiko cedera jaringan lunak. Teknik leverage sering kali lebih nyaman bagi pasien dan meminimalkan rasa sakit saat prosedur.
Namun, kekurangannya adalah bahwa teknik ini membutuhkan keterampilan dan pemahaman anatomi yang baik dari operator, serta mungkin memerlukan lebih banyak waktu dibandingkan teknik traksi. Selain itu, tidak semua dislokasi dapat diatasi dengan teknik leverage, terutama jika ada hambatan mekanis atau spasme otot yang signifikan.[4,5]
Penanganan Nonbedah Dislokasi Bahu: Teknik dengan Prinsip Biomekanik
Teknik ini melibatkan manipulasi lengan dalam pola gerakan yang mengikuti kontur anatomi normal bahu, seperti fleksi, abduksi, dan rotasi eksternal secara bertahap. Salah satu contoh teknik ini adalah metode Cunningham.[5]
Teknik Cunningham
Pada teknik Cunningham, pasien duduk tegak dan lengan yang terdislokasi diletakkan dalam posisi adduksi dan rotasi eksternal. Dokter kemudian melakukan manipulasi lembut dengan meregangkan otot trapezius dan deltoid secara perlahan, memungkinkan relaksasi otot-otot bahu dan memungkinkan kepala humerus kembali ke glenoid fossa dengan sendirinya. Teknik ini mengandalkan relaksasi otot tanpa perlu traksi atau manipulasi agresif, sehingga mengurangi risiko cedera iatrogenik dan meningkatkan kenyamanan pasien.[5]
Teknik Prakash
Suatu teknik baru bernama teknik Prakash mereduksi dislokasi bahu anterior tanpa asistensi, sedasi, dan analgesik serta rasa nyeri yang minimal. Teknik ini dilakukan dengan fiksasi skapula di tembok atau kursi, lalu dilakukan eksternal rotasi bahu perlahan, adduksi bahu, lalu dilakukan internal rotasi bahu.[2]
Kelebihan dan Kelemahan Teknik dengan Prinsip Biomekanik
Teknik dengan prinsip biomekanik mempunyai kelebihan karena dianggap simpel dan atraumatik. Dari segi keamanan, teknik ini dianggap aman karena jarang menimbulkan perburukan kondisi dan aman dilakukan walau terdapat penyerta fraktur. Penggunaan sedasi dan analgesia sebelum tindakan dihindari agar mendapatkan umpan balik rasa nyeri atau ketidaknyamanan dari pasien. Meski begitu, dalam hal pengerjaannya mungkin memerlukan waktu lebih lama dibandingkan teknik lain.[4,5]
Keperluan Penggunaan Sedasi dan Analgesik
Manfaat penggunaan sedasi dan analgesik sebelum tindakan adalah mengurangi spasme otot akibat nyeri dan ketidaknyamanan pasien. Semakin lama otot spasme, maka akan semakin kecil keberhasilan untuk terjadi reduksi bahu. Pilihan sedasi dan analgesik yang sering digunakan meliputi midazolam atau propofol untuk sedasi, dan fentanyl atau morfin untuk analgesia.
Penggunaan sedasi dan analgesik dapat diberikan sebelum teknik manapun. Namun, penggunaannya dapat menimbulkan efek samping seperti depresi napas, bradikardia, hipotensi, dan reaksi alergi. Efek samping dilaporkan terjadi pada sekitar 8% pasien. Oleh sebab itu, sedasi dan analgesik sebaiknya hanya diberikan jika terdapat peralatan kegawatdaruratan yang mampu mengatasi jika terjadi efek samping berat.[5,6]
Perbandingan Efikasi dan Tingkat Nyeri dari Teknik Reduksi Nonbedah Dislokasi Bahu
Sebuah meta analisis membandingkan teknik traksi, leverage, dan biomekanik yang digunakan pada pasien dislokasi bahu anterior tanpa penggunaan sedasi. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan antara ketiga teknik tersebut dalam hal tingkat keberhasilan dan komplikasi. Pada luaran lain, teknik biomekanik lebih superior dalam hal nyeri (rerata skor lebih rendah 1,5) dan waktu tindakan yang lebih cepat (berbeda 53 detik).[1]
Meta analisis lain membandingkan teknik traksi, leverage, dan manipulasi skapula. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat keberhasilan reduksi di percobaan pertama antara teknik traksi, leverage, dan manipulasi skapula. Namun, teknik leverage lebih mungkin berhasil pada percobaan kedua dibandingkan teknik traksi.
Pada luaran nyeri, ada perbedaan signifikan skor nyeri dimana teknik leverage menghasilkan skor nyeri lebih tinggi dibandingkan teknik traksi. Perbandingan skor nyeri lain dilakukan pada manipulasi skapula dan teknik traksi, yang mana teknik traksi menghasilkan skor nyeri lebih tinggi dibandingkan manipulasi skapula.[3]
Kesimpulan
Teknik reduksi dislokasi bahu dapat diklasifikasikan menjadi teknik traksi, leverage, dan teknik biomekanik. Teknik traksi, seperti metode Stimson, sederhana dan cepat, tetapi berisiko menyebabkan cedera jaringan lunak jika traksi diterapkan terlalu kuat. Teknik leverage, seperti teknik Milch, memiliki risiko cedera yang lebih rendah, tetapi membutuhkan keterampilan operator yang tinggi dan mungkin tidak efektif pada semua kasus.
Teknik biomekanik, seperti metode Cunningham dan Prakash, menawarkan kenyamanan lebih tinggi dengan memanfaatkan relaksasi otot dan manipulasi lembut, namun memerlukan lebih banyak waktu serta keterampilan klinis yang baik untuk sukses.