Indikasi Pemeriksaan Fisik Genitalia Wanita
Indikasi pemeriksaan fisik genitalia wanita adalah untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit seperti klamidiasis, gonorrhea, kanker serviks, prolaps uterus, kista Bartholin dan untuk menilai kehamilan. Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan untuk proses skrining penyakit tertentu seperti keganasan dan untuk kebutuhan terapi seperti pengangkatan polip atau pemasangan alat kontrasepsi.[1,4,5]
Diagnosis
Pemeriksaan fisik genitalia wanita dapat membantu menegakkan diagnosis beberapa penyakit. Kondisi-kondisi yang dapat dinilai dengan pemeriksaan fisik genitalia wanita antara lain:
- Kelainan organ genitalia eksterna seperti kista atau abses kelenjar Bartholin, trauma, tanda-tanda kekerasan seksual, dan kondisi hymen imperforata
- Kelainan pada vagina seperti infeksi klamidia, infeksi gonorrhea, tanda-tanda kekerasan seksual, dan vaginitis yang mungkin menyebabkan dispareunia
- Kelainan pada serviks seperti kanker serviks, infeksi klamidia, infeksi gonorrhea, dan polip serviks
- Kelainan pada uterus seperti prolaps uterus, endometriosis, mioma, dan kanker endometrium, serta untuk menilai kehamilan
- Kelainan pada adneksa seperti kanker ovarium dan kehamilan ektopik[5,8]
Skrining
Pemeriksaan fisik genitalia wanita juga dapat dilakukan untuk skrining keganasan seperti kanker serviks dan untuk skrining penyakit menular seksual. Proses skrining dapat meliputi:
- Pemeriksaan USG transvaginal
- Pengumpulan spesimen swab vagina dan serviks
- Pemeriksaan sitologi serviks[1,5]
Terapi
Teknik pemeriksaan fisik genitalia wanita biasanya juga dilakukan pada terapi beberapa penyakit atau kondisi berikut:
- Pengangkatan polip
- Kuretase servikal
- Pemasangan ring pessaries atau alat kontrasepsi
- Pengeluaran plasenta
- Pengeluaran benda asing
- Ablasi endometrial
- Inseminasi ataupun transfer embrio [4,5]